Oleh Pandi Merdeka*
Wajahnya bingung di depan sebuah meja. lawanya tersenyum nakal seraya mengejek. namun papan hitam putih itu diam. Ramid berusaha menyelamatkan sebanyak mungkin pion-pion caturnya. Dia kembali bingung dan berpikir lebih keras. haruskah dia menjadikan rakyatnya martir bagi pandangan dan tujuan yang hendak dicapainya, menang! Pion-pion catur mungkin tidak hidup dan catur hanyalah sebuah permainan. Ramid tahu pasti bahwa dia tidak mungkin menang jika tidak mengorbankan beberapa rakyatnya.
Dulu ketika Ramid pertama kali belajar catur dengan ayahnya, Ia takjub dengan posisi posisi yang ada di dalamnya. ada raja, ratu, kuncung, kuda dan benteng, tak ketinggalan barisan pion yang berjejer seragam didepan para pejabat negara putih dan hitam.
pion melangkah dan perang pun dimulai. 10 langkah pertama saling menyusun strategi, berusaha menyusupkan perwiranya ke dalam jantung pertahanan lawan. tidak ada yang bisa dilakukan tanpa pengorbanan. tidak ada yang bisa diandalkan dari taktik yang sama berulang ulang. zaman berkembang demikian juga catur. walau catur tidak pernah menambahkan personil atau kawasan. [Baca Selengkapnya]
*Sumber: Fiksi Angkringanwarta.
0 comments:
Posting Komentar