Giat Kerja Bakti Warga Rw. 16 Cililitan

Minggu, 8 Desember 2024 - Komunitas

LPJ Triwulan 3 Kopma UIN Jakarta 2024

Jum'at, 6 Desember 2024 - Koperasi

LMS UNJ Error, Menyulitkan Pejuang Sarjana

Rabu, 4 Desember 2024 - Teknologi Kampus

Munas Dekopin Menuju Indonesia Emas

Minggu, 1 Desember 2024 - Koperasi

Beli Isuzu Sekarang Juga! Sebelum Menyesal

Jum'at, 29 November 2024 - Otomotif

Tampilkan postingan dengan label Opini. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Opini. Tampilkan semua postingan

Bukan Nominal Tapi Tanggung Jawab

Saya lebih suka meminjamkan uang ke orang sekecil apapun itu dibalikin. Kalau belum ada, dia ngabarin. Bahkan sampai kita lupa hutangnya, dia selalu ingetin. Karena ini bukan soal nominal, tapi tanggung jawab. 

Sumber: @icaade meneruskan dari @officialsukses_

Merunduk dan Merendahlah

Satu hari jadi bos, satu bulan jadi budak. Ini adalah mindset yang sering bikin orang gagal untuk maju. Kalau posisi Anda masih karyawan, stop deh bergaya hidup Sultan tiap kali gajian. 

Kenapa banyak orang nggak bisa sukses? Karena mereka punya mindset orang miskin. Gaji cuma cukup cukupan, tapi gaya hidup nggak mau kalah. Saya kasih contoh nyata, kebanyakan dari Anda begitu terima gaji langsung kepikiran buat healing atau liburan. 

Yang biasanya beli rokok murah, pas gajian jadi beli rokok mahal. Alasannya, apa salahnya sekali-sekali, kapan lagi. Bro, Anda sadar nggak? Gaji Anda misalnya cuma Rp2.000.000,- (Dua Juta Rupiah), dan Anda memakai Rp500.000,- (Lima Ratus Ribu Rupiah) buat foya-foya sehari doang. 

Tanpa sadar, Anda butuh seminggu kerja buat mengumpulkan uang yang Anda habiskan cuma buat sehari bersenang-senang. Anda masih butuh duit bro, bukan kelebihan duit. Kalau terus kayak gini, Anda cuma bakal jalan di tempat, orang miskin harus tau diri. 

Anda bakal terus disitu-situ saja. Mulai ubah pola pikir Anda sekarang juga. Berakit-rakit ke hulu, bersenang-senang kemudian. Belajar untuk tahan keinginan buat gaya hidup tinggi sekarang, demi kesuksesan di masa depan. 

Selama Anda masih jadi karyawan, jangan keburu gaya hidup seperti bos perusahaan. Ubah mindset Anda, simpan buat investasi, tambah ilmu, agar Anda dapat upgrade diri dan keluar dari siklus ini. Nanti setelah Anda benar-benar sukses, Anda baru bisa menikmati hasilnya dengan puas. 

Merunduk dan merendahlah, karena tanah terlalu keras untuk menyambut jatuhmu. Tapi..!!! "Jika tundukmu diinjak-injak, merendahmu di langkah. Ingat!!! Lahir pun kau berlumur darah," ucap R. Manggala. 

Selagi matahari masih terbit dari timur, tetaplah di jalur tempur. Karena selagi Tuhan yang mengatur, tidak ada kata untuk mundur. 

Sumber: Prabu.

Solusi Tanpa Menyalahkan

Beberapa waktu yang lalu, akun @ichalago sempat meng-upload video mengenai seorang guru yang membangunkan siswanya lagi tidur ketika bapak guru sedang menjelaskan materi pelajaran di depan kelas, dan si anak melawan. 

Dan tetap netizen maha benar dengan segala ketikannya yang menyalahkan si bapak guru ini, gurunya nggak tegas, gurunya belum menemukan metode yang tepat untuk mendiamkan anak di dalam kelas, tepuk pramuka. Salah lagi guru! Salah lagi, pokoknya guru itu sumber kesalahan. 

Seharusnya bapak ini yang diundang ke HARDIKNAS, guru-guru yang tidak terkenal. Ini yang harus diundang ke hardiknas, menceritakan kisah-kisah inspiratif mereka mengenai dunia pendidikan. Guru ini yang harusnya menginspirasi kita. Guru-guru sabar ini dan murid-muridnya yang tidak beradab ini. Guru lagi kan yang salah... Bagaimana profesi guru semakin menantang, makin diuji nyali kita sebagai tenaga pendidik di Indonesia?

*** 

"Anak nakal salah guru, study tour salah guru, hari guru salah guru, PIP gak cair salah guru, THR salah guru, wisuda salah guru, murid sukses lupa sama guru." 

Mungkin sebagian besar adalah benar kenyataannya, namun ada juga yang tidak. Seperti murid sukses lupa sama guru, tidak semua murid yang lupa sama gurunya. Masih banyak murid yang masih selalu ingat terhadap gurunya, bahkan masih tetap saling menjaga komunikasi dan terjalinnya silaturrahim yang baik. 

Seperti halnya juga dikutip akun @janganjadiguru, "Kepala Sekolah sejatinya memang harus jadi Pemimpin Pembelajaran bukan Pemimpin Administrasi. Seandainya semua Kepala Sekolah memahami peranannya sebagai pemimpin pembelajaran, mungkin banyak guru yang mengalami kesulitan di kelas memiliki teman berbagi keluh kesah, dan mempunyai coach yang tiap saat membantunya. Namun apa daya banyak Kepala Sekolah yang masih terjebak fokus ke hal-hal di luar murid." 

Intinya kekurangan yang ada di lapangan bukan hanya guru saja, melainkan semua pihak masih banyak kekurangannya. Contoh kecilnya saja, guru juga ditekan akan administratif yang baik, tetapi muridnya terlantar. 

Sebaliknya pula guru yang peduli dengan murid, tetapi administrasinya berantakan. Tetapi ada juga yang seimbang, peduli terhadap administratif dan murid. Cobalah kita disini mencari solusi yang tepat tanpa saling menyalahkan. 

by ALBOZ.

Thanks For Detik, VTube Being Go On

Alhamdulillaahirobbil'aalamiin... VTube berkembang dengan sangat baik, sehingga menjadi pusat perhatian oleh banyak pihak, menjadi ramai untuk diberitakan.

Terimakasih untuk semua pihak, termasuk teman-teman Detik yang sudah memberikan space pemberitaan kepada VTube agar kami menjadi lebih baik.

Apresiasi untuk teman-teman dari Detik yang sangat profesional dan berimbang dalam memberikan berita, karena di dalam pemberitaan tersebut ikut mengkonfirmasi langsung ke pihak Satuan Petugas (Satgas) Waspada Investasi. Dan informasi yang didapat, dijelaskan bahwa saat ini VTube telah melakukan pengurusan ijin sesuai yang diarahkan oleh Satgas Waspada Investasi (SWI).

Ini membuktikan bahwa Manajemen VTube di belakang kita semua, mereka bekerja keras.

Percayakan kepada manajemen, saat ini manajemen lebih memfokuskan komunikasi secara intens dengan SWI yang berwenang untuk menindaklanjuti proses dilakukannya normalisasi terhadap VTube.

In syaa Allah yang terbaik untuk semuanya...

Pada prinsipnya VTube tidak akan melakukan tindakan yang melanggar hukum dan ingin melakukan aktivitas bisnis yang sesuai aturan. Platform bisnis VTube sangat memberdayakan dan turut serta dalam mewujudkan cita-cita berbangsa dan bernegara demi mewujudkan kesjahteraan umum, terlebih dengan situasi seperti sekarang ini.

Do'akan agar para pihak manajemen dalam keadaan sehat dan diberikan kemudahan, karena VTube muncul sebagai inovasi bisnis, tidak mudah untuk bisa menjelaskan sesuatu hal yang baru, tetapi pihak manajemen tetap berjuang untuk kita semua.

Terimakasih kepada pihak otoritas yang berwenang, Satgas Waspada Investasi (SWI) yang sudah membantu mengarahkan VTube.

Jadi, mari semua VTubers kita hormati prosesnya, ikuti arahan dari otoritas yang berwenang dan jangan sampai kita terpancing dibenturkan dengan Pihak Otoritas Berwenang.

Sumber:

Jawad
PLC 069

Editor:

Admin
Perpustakaan Hibah

Tanda Kiamat Kubro!

KESEDIHAN MADINAH AKIBAT COVID

Madinah hidup dalam saat-saat diam dan sunyi dan hati penduduknya dipenuhi kesedihan. Itu adalah pemandangan yang sangat menyedihkan dan saat yang menyakitkan, yang mencegah mereka mengunjungi Masjid Nabi SAW (shollallaahu 'alaihi wasallam). Tetapi keadaan mereka seperti keadaan seluruh penduduk dunia lainnya.

Pintu-pintu Masjid Nabawi dikunci dan shalat di dalamnya tidak diperbolehkan, kecuali bagi Imam dan segelintir orang shalat. Dan air mata pengkhotbah Masjid Nabawi bercucuran karena tidak adanya jama'ah kaum Muslimin.

"Setelah itu, wahai hamba Allah SWT (subhanahu wa ta'ala) jadikanlah rumah-rumah kalian qiblat dan lakukanlah shalat. Tanamlah di rumahmu taman surga (jannah) dan berdzikirlah pada Allah SWT. Bukalah Al-Qur'anmu dan bacalah kitab Allah SWT."

Wabah corona telah melanda seluruh dunia, dia menyebar cepat bagai api membakar daun kering dan sangat membahayakan keselamatan jiwa.

Setelah kasus pertama di Kerajaan Saudi dan banyak yang kemudian terkena, pihak berwenang menetapkan kebijakan pencegahan: yang pertama menghentikan umrah dan kunjungan ke Tanah Suci. Sejak Masjid Nabawi adalah tempat yang berkumpul di dalamnya ribuan jama'ah shalat.

Telah ditetapkan sejak 10 Rajab 1441 H, mengurangi 50% jama'ah dari kapasitas Masjid Nabawi dengan cara menutup bagian masjid lama dan menutup Raudlah. Menjalankan proses pembersihan dan sanitasi yang intensif dan berkelanjutan. Menutup masjid setelah shalat Isya' setiap hari.

Dan setelah terkonfirmasi kasus pertama virus corona di Madinah, pertama kalinya ditetapkan pada malam Jum'at, 24 Rajab 1441 H. Melarang total jama'ah shalat di Masjid Nabawi.

Yaa Allah..

Pintu masjid yang dahulu terbuka lebar kini tertutup, Mushaf yang mulia ditutup (karena tidak ada yang membacanya), wadah-wadah air zam-zam dikosongkan, alas-alas shalat dilipat, kumpulan majlis ilmu dihentikan, dan tangan-tangan penyapu pembersih masjid dihentikan, serta jalan-jalan di Kota Madinah kosong.

"Solemn silence is slowly creeping to fill over the sanctuary; rows and corridors are motionless, yet sadness and pain are articulated by these tongueless objects. The Prophet's Mosque is missing the hearts attached to it."

Ya Allah.. Semoga wabah corona segera berakhir. Makkah dan Madinah dipenuhi jama'ah seperti sediakala. Mudahkan kami sekeluarga, juga para santri dan keturunan kami ke Makkah Madinah. Wafatkan kami dalam Khusnul Khatimah. Aamiin yaa robbal'aalamiin...

Himbauan Tegas Penundaan Kegiatan di Jatinegara

Assalamu'alaikum Wr. Wb.

Dengan ini menghimbau kepada seluruh masyarakat Jatinegara, melalui Para Lurah. Kepada masyarakat, diminta dengan tegas, untuk menunda setiap rencana kegiatan yang mengumpulnya massa banyak seperti hajatan, arisan, perayaan keagamaan, dan lain-lain, serta membubarkan diri setiap kumpulan atau tongkrongan dimanapun berada (tongkrongan anak-anak dan kebiasaan nongkrong remaja di warung-warung).

Karena kondisi negara kita, terlebih Provinsi DKI Jakarta, jumlah korban positif Corona terus meningkat sangat cepat. Agar menjadi perhatian kita semua.

Sekarang fasilitas kesehatan sudah tidak lagi mampu menampung para penderita yang positif. Terlebih jumlah petugas kesehatan yang berada di garda terdepan dan paling beresiko terpapar juga sangat terbatas. Jika masih berkumpul yang tidak perlu, sangat rentan terjadinya penularan. Ketika sudah menjadi positif, kemana lagi kita akan diobati? Karena fasilitas kesehatan dan tenaga medis saat ini sudah sangat terbatas.

Sekali lagi harap kepada Lurah beserta jajaran, RW, RT, LMK, FKDM, 4 Pilar, Tokoh Masyarakat, Jumantik, para kader semuanya, serta kepada para DKM Masjid-Masjid, Musholla-Musholla, dan tempat ibadah lainnya, untuk berpartisipasi aktif mengikuti seruan Gubernur Provinsi DKI Jakarta dalam upaya memutus mata rantai penyebaran COVID-19. Sampaikan kepada seluruh masyarakat kita untuk tetap di rumah dan tidak kumpul-kumpul.

Yang punya anak pelajar, agar distresing, libur bukan liburan. Tetapi libur untuk mengamankan dari kemungkinan terpapar Virus Corona.

Pada semuanya, diminta kesadaran yang tinggi. Ingat pesan Gubernur Bapak Anis Rasyid Baswedan:
"JIKA ANDA INGIN MENJADI PAHLAWAN, SAAT INILAH DENGAN DIAM DI RUMAH DAN BERAKTIFITAS DI RUMAH. TIDAK PERLU HARUS BERTEMPUR SEPERTI PEJUANG DULU YANG MENGORBANKAN JIWA DAN RAGA SERTA HARTA, CUKUP BERADA DI RUMAH MAKA ANDA SAAT INI MENJADI PAHLAWAN."

Camat Jatinegara sangat peduli kepada masyarakat se-Kecamatan Jatinegara, agar jangan sampai jumlah korban COVID-19 makin meningkat.

Hari ini wilayah Kecamatan Jatinegara sudah ada kelurahan yang masuk ZONA MERAH. Oleh karena itu, semua harus ikut bertanggung jawab untuk menyelamatkan saudara-saudara kita yang ada di wilayah Kecamatan Jatinegara. Demikian atas perhatian dan kerjasamanya, serta ucap terima kasih.

Wassalamu'alaikum Wr. Wb.

By: Endang Sofyan (Camat Jatinegara)
Source: I. Ahmad

Jika Mereka Tak Terpilih

Jika Pak Jokowi dan Kyai Ma'ruf tidak terpilih, mereka akan kembali menjadi Pejabat / Pengusaha dan Ulama / Kyai. Jokowi kembali ke Solo dengan bisnisnya yang bisa membuatnya hidup sangat layak, bercengkrama dengan keluarganya Ibu Ariana, Gibran, Ayang, Kesang, Selvi, dan Bobi. Bermain gobagsodor dengan Ethes dan Sedah, tetap indah dan bahagia.

Kyai Ma'ruf kembali menjadi penasihat para ulama, bahagia menjaga akhlak negeri ini dengan pengajian-pengajiannya. Bahagia bersama keluarganya istri, anak, dan cucu-cucunya. Serta murid ngajinya tetap berjuta di seluruh nusantara, dihormati, dan dikhidmati.

Jika Pak Prabowo dan Mas Sandi tak terpilih, mereka pun memiliki kehidupan yang indah dan bahagia.

Pak Prabowo tetap kaya raya dan tetap menjadi Ketua Umum Gerindra. Melanjutkan hobi berkuda dan bertani dengan orang-orang sekitar rumahnya.

Mas Sandi juga tetap dengan kehidupannya yang bahagia, bersama istri cantiknya, anak-anaknya, meneruskan bisnisnya dan dia tetap menjadi Pengusaha Muslim yang membawa manfaat banyak untuk negeri ini.

Lha... kalo aku, kamu, mereka..?

Kadang sahabatmu dari kecilmu pun sudah kamu blocked, kamu ajak berantem hanya karena pilihannya berbeda.

Jangan-jangan kamu sudah malu datang ke reuni karena setiap reuni sebelumnya, kamu rajin mendalilkan ayat-ayatmu hanya untuk mendukung satu paslon (pasangan calon) dukunganmu dan sudah kamu kafirkan temanmu.

Jangan-jangan kamu tak berani lagi menyapa sahabatmu karena sudah terbiasa memanggilnya cebong, kampret, atau panggilan cacian, dan lain-lain.

Jangan-jangan saat kamu butuh pekerjaan, butuh bantuan, temanmu tak lagi ingat padamu karena saling olok pasukan nasi bungkus, dan sebagainya.

Jangan-jangan perseteruan kalian tak pernah usai hingga salah satu dari kalian meninggal karena perbedaan pilihan 5 tahun lalu menjadi dendam 5 tahun ke depan dan ke depannya terus.

Jangan-jangan hidupmu yang penuh dendam karena bukan kefanatikan pilihan yang entah dalilnya kamu ambil dari ayat mana sesukamu hanya untuk memenuhi nafsumu sendiri.

Jangan-jangan mulutmu, tanganmu sudah terbiasa menghujat dan mencela hingga memanggil manusia lain dungu pun kamu anggap ibadahmu.

Jangan-jangan kamu akan membesarkan anak-anakmu menjadi generasi hoax, generasi pencela, generasi pengumpat, karena dari kecil sering mendengarmu berapi-api menyebut orang lain kampret, cebong, dungu, penipu, bodoh, dan lain-lain.

Pak Jokowi, Kyai Ma'ruf Amin, Pak Prabowo, dan Mas Sandi melanjutkan hidupnya dengan bakti mereka, hidup bahagia.

Aku, kamu, mereka...?

Hidup merugi setelah sekian lama hanya sering mencari kekurangan para bapak yang hebat-hebat itu, menghinakan mereka, padahal mengenal mereka pun tidak. Semua berdasarkan asumsimu, katanya-katanya yang dipercayai sebagai kitab suci.

Astaghfirullah... Masih mau melanjutkan semua kekonyolan yang kamu yakini itu kebenaran versimu?

Jika mereka tak terpilih, mereka tetap bahagia.

Aku... Kalian.....?

Tetap berjuang untuk melanjutkan kehidupan masing-masing...

Pesta demokrasi jangan dinodai dengan merusak NKRI dan permusuhan antara anak bangsa.

#Salam Indonesia Damai dan Sejahtera.

Sumber: Al-Haq

Kritikan, Sikap, dan Tuntutan Terhadap Pemprov DKI Jakarta

Jakarta (19/5) - Sepulang dari Badan Pertanahanan Nasional Jakarta Timur melewati depan Walikota Jakarta Timur, terdapat beberapa demonstran yang sedang melakukan aksi demonstrasi. Salah satu aksi demonstran ini membagikan selebaran kertas sebanyak 3 lembar kepada pengendara motor yang melintas di jalan. Kemudian saya yang sengaja mengambil untuk mengetahui isi dari lembaran tersebut. Ternyata setelah dibaca bahwasanya Forum Solidaritas Bangsa Beragama (FSBB), yang dipimpin oleh Agus Harta, Koordinator FSBB sedang mengkritik pemerintah daerah DKI Jakarta. FSBB disini tergabung dari:
  1. Forum Silaturahmi Majelis Ta'lim Jatinegara (FOSMA).
  2. Himpunan Mahasiswa Islam (HMI).
  3. Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia (KAMMI).
  4. Aliansi Muda Untuk Demokrasi (ALMUD).
Berikut isi kritikan tersebut:

Reformasi Piagam Madinah yang menjadi acuan kami berfikir dan bergerak. Rasulullah Nabi Muhammad SAW membuat dan mengawal langsung aturan-aturan di kota Madinah pada zamannya. Point-point yang tertulis di Piagam Madinah ialah mengatur semua penduduk untuk diberi kebebasan mengamalkan agama masing-masing, tiada gangguan dan paksaan dalam hal keagamaan, dan keselamatan semua penduduk adalah terjamin selama mereka mematuhi perlembagaan/administrasi yang berlaku. Rasulullah SAW mengeluarkan Piagam Madinah untuk menciptakan hidup damai, bertoleransi antar umat beragama, karena penduduk Madinah pada saat itu yang multi agama dan berlangsung adil dan damai.

Dan Undang-Undang Dasar 1945 Pasal 29 ayat 2; yang menyatakan bahwa setiap warga negara berhak memeluk agama yang diyakininya, selain itu diperkuat juga oleh:

  • Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia (HAM).
  • Surat Keputusan Bersama (SKB) 2 (Dua) Menteri Nomor 8 dan 9 Tahun 2006.
  • Peraturan Gubernur (PERGUB) DKI Jakarta Nomor 170 Tahun 2009 tentang Forum Kerukunan Umat Beragama.
  • Peraturan Gubernur (PERGUB) DKI Jakarta Nomor 83 tentang Prosedur Pemberian Persetujuan Pembangunan Rumah Ibadat.
Semua yang tertulis diatas adalah landasan berfikir dan pergerakan kami yang bersatu di FSBB. Melihat kejadian dan kejanggalan proses pembangunan rumah peribadatan (Gereja) di Jl. Catur Tunggal Rt. 012 Rw. 01, Kelurahan Cipinang Muara, Kecamatan Jatinegara, Jakarta Timur, yang telah mengundang banyak pertanyaan dan keresahan oleh masyarakat setempat, persoalan pertama yaitu soal persetujuan atau ijin membangun gereja terhadap masyarakat setempat. Persoalan-persoalannya antara lain:

  • Persoalan pertama yaitu soal persetujuan atau ijin membangun gereja terhadap masyarakat setempat.
  • Adanya pengkondisian atau pembagian uang sogok tanpa ada surat keterangan tertulis perihal ijin pembangunan Gereja kepada masyarakat setempat.
  • Dan masyarakat yang menerima dan menandatangani, sekarang merasa kecewa dan dibohongi, karena sudah jelas pihak pemilik Gereja tidak mensosialisasikan niat baiknya untuk membangun Gereja.
Dan kami menilai persoalan pertama adalah pihak pemilik Gereja telah melakukan pembodohan dan penipuan terhadap masyarakat, dan itu adalah perbuatan melawan hukum dan perlu di tindak pidana.

Dan beberapa tokoh masyarakat pun menjelaskan, bahwa sejak awal tahun 1989 sipemilik rumah yang beralamatkan di Jl. Catur Tunggal Rt. 012 Rw. 01, Kelurahan Cipinang Muara, Kecamatan Jatinegara, Jakarta Timur, tokoh masyarakat menjelaskan bahwa tempat tersebut adalah Rumah Tinggal Keluarga. Sejak tahun 1989 masyarakat pun menaruh kecurigaan, karena pihak pemilik rumah telah mengalihfungsikan yang tadinya rumah tinggal menjadi rumah peribadatan (Gereja) dan itu dilakukan tanpa adanya sosialisasi dan perijinan kepada pengurus RT/RW, tokoh masyarakat, dan masyarakat setempat. Dan akhirnya masyarakat menentang keras pada saat itu, karena tidak ada surat perijinan dari pemerintah setempat. Berjalannya waktu, pihak pemilik rumah tinggal yang dijadikan Gereja terus menjalankan peribadatan, dan menurut kami dari FSBB menilai masyarakat sudah melaksanakan toleransi sesama umat beragama.

Dan di tahun 2013, pihak pemilik rumah tinggal yang dialihfungsikan menjadi Gereja, kini melakukan hal yang sama, membangun rumah peribadatan tanpa adanya surat ijin mendirikan bangunan (IMB), di era reformasi saat ini masyarakat sudah mulai cerdas dan melek hukum, inisiatif masyarakat melaporkan dari pemerintahan kelurahan, kecamatan sampai ke Walikota Madya Jakarta Timur. Dan pemerintah kecamatan menanggapi pengaduan masyarakat dan menyatakan "benar, bahwa tidak ada IMB untuk pembangunan Gereja", bahkan pejabat kecamatan pun mengeluarkan pernyataan untuk menghentikan pembangunan hingga menyegel bangunan tersebut pada Mei 2013, namun pembangunan Gereja terus dilakukan hingga 2015 dan tidak mematuhi peraturan pemerintah setempat dan itu sudah termasuk melawan hukum yang berlaku di Republik Indonesia. Ada pelanggaran tentunya ada sanksi yang harus dikenakan kepada pihak pemilik Gereja. Dan upaya hukum sudah kami tempuh ke beberapa instansi terkait, tetapi lambannya proses penegakan hukum di Republik Indonesia sudah menjadi barang yang lumrah sehingga krisis kepercayaan masyarakat semakin meningkat. Jangan Salahkan Rakyat Jika Terjadi Perpecahan Antar Umat Beragama Di DKI Jakarta.

Untuk menjaga Bhinneka Tunggal Ika dan untuk mengantisipasi adanya konflik horizontal, kami berharap kepada pihak pemerintah dan pihak yang berwajib tidak melakukan politik pembiaran terhadap permasalahan yang ada.

Adapun sikap dan tuntutan yang disampaikan dalam aksi ini adalah sebagai berikut:
  1. Bongkar segera Gereja di Cipinang Muara Jakarta Timur tanpa ijin mendirikan bangunan (IMB).
  2. Gubernur DKI Jakarta harus bersikap tegas menghadapi persoalan bagi umat beragama yang melawan hukum dan HAM.
  3. Tangkap mafia perijinan pembangunan yang menyebabkan konflik agama di Jakarta.
  4. Dinas Kesbangpol Pemprov DKI Jakarta harus cerdas menanggapi persoalan bangsa atau bubarkan FKUB.
  5. Pecat oknum Lurah, Camat, Walikota yang berkonspirasi pemecah belah umat.

Remaja dan Layanan Kesehatan Reproduksi

By : Iklimah Fadillah*


Remaja adalah individu unik dengan berbagai kebutuhan yang khas, salah satu diantaranya yaitu kebutuhan untuk mengaktualisasikan diri atau mencari jati diri. Dalam mengaktualisasikan diri tersebut remaja cenderung menerima tantangan dan mencoba-coba sesuatu tanpa didasari pemikiran yang matang.

Rasa keingintahuan tanpa didasari pertimbangan matang inilah yang kemudian menyudutkan remaja dalam beberapa persoalan seperti kesehatan reproduksi, yang tidak mudah bagi remaja untuk membicarakannya dengan orang lain termasuk orang tua. 

Masih sering kita melihat berita baik di media massa seperti televisi atau internet,remaja mengalami kekerasan dalam pacaran, remaja melakukan aborsi dan lain-lain. Terimakasih untuk Yayasan Kesehatan Perempuan yang telah mendukung jalannya acara dan teman-teman Looper yang telah bekerjasama.

Semangat Remaja!

*Mahasiswa UPN Veteran Jakarta Jurusan Kesehatan Masyarakat semester 2 dan mengikuti organisasi Forum Peduli Kesehatan Remaja Indonesia.

10 Kerusakan dalam Perayaan Tahun Baru

(DITULIS PADA TANGGAL 31 DESEMBER 2013)

Kerusakan Pertama : Merayakan Tahun Baru Berarti Merayakan 'Ied (Perayaan) yang Haram

Perlu diketahui bahwa perayaan ('ied) kaum muslimin hanya ada dua yaitu 'Idul Fithri dan 'Idul Adha. Anas bin Malik mengatakan, “Orang-orang Jahiliyah dahulu memiliki dua hari (hari Nairuz dan Mihrojan) di setiap tahun yang mereka senang-senang ketika itu. Ketika Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam tiba di Madinah, beliau mengatakan, “Dulu kalian memiliki dua hari untuk senang-senang di dalamnya. Sekarang Allah telah menggantikan bagi kalian dua hari yang lebih baik yaitu hari Idul Fithri dan Idul Adha”.

Syaikh Sholeh Al Fauzan hafizhohullah menjelaskan bahwa perayaan tahun baru itu termasuk merayakan ‘ied (hari raya) yang tidak disyariatkan karena hari raya kaum muslimin hanya ada dua yaitu 'Idul Fithri dan 'Idul Adha. Menentukan suatu hari menjadi perayaan (‘ied) adalah bagian dari syari’at (sehingga butuh dalil).

Kerusakan Kedua : Merayakan Tahun Baru Berarti Tasyabbuh (Meniru-niru) Orang Kafir

Merayakan tahun baru termasuk meniru-niru orang kafir. Dan sejak dulu Nabi kita shallallahu 'alaihi wa sallam sudah mewanti-wanti bahwa umat ini memang akan mengikuti jejak orang Persia, Romawi, Yahudi dan Nashrani. Kaum muslimin mengikuti mereka baik dalam berpakaian atau pun berhari raya.

Dari Abu Sa'id Al Khudri, ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, “Sungguh kalian akan mengikuti jalan orang-orang sebelum kalian sejengkal demi sejengkal dan sehasta demi sehasta sampai jika orang-orang yang kalian ikuti itu masuk ke lubang dhob (yang penuh lika-liku, pen), pasti kalian pun akan mengikutinya.” Kami (para sahabat) berkata, “Wahai Rasulullah, Apakah yang diikuti itu adalah Yahudi dan Nashrani?” Beliau menjawab, “Lantas siapa lagi?”

Lihatlah apa yang dikatakan oleh Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam. Apa yang beliau katakan benar-benar nyata saat ini. Berbagai model pakaian orang barat diikuti oleh kaum muslimin, sampai pun yang setengah telanjang. Begitu pula berbagai perayaan pun diikuti, termasuk pula perayaan tahun baru ini.

Ingatlah, Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam secara tegas telah melarang kita meniru-niru orang kafir (tasyabbuh). Beliau bersabda, ”Barangsiapa yang menyerupai suatu kaum, maka dia termasuk bagian dari mereka”.

Kerusakan Ketiga : Merekayasa Amalan yang Tanpa Tuntunan di Malam Tahun Baru

Kita sudah ketahui bahwa perayaan tahun baru ini berasal dari orang kafir dan merupakan tradisi mereka. Namun sayangnya di antara orang-orang jahil ada yang mensyari'atkan amalan-amalan tertentu pada malam pergantian tahun.

“Daripada waktu kaum muslimin sia-sia, mending malam tahun baru kita isi dengan dzikir berjama'ah di masjid. Itu tentu lebih manfaat daripada menunggu pergantian tahun tanpa ada manfaatnya”, demikian ungkapan sebagian orang. Ini sungguh aneh. Pensyariatan semacam ini berarti melakukan suatu amalan yang tanpa tuntunan. Perayaan tahun baru sendiri adalah bukan perayaan atau ritual kaum muslimin, lantas kenapa harus disyari'atkan amalan tertentu ketika itu? Apalagi menunggu pergantian tahun pun akan mengakibatkan meninggalkan berbagai kewajiban sebagaimana nanti akan kami utarakan.

Jika ada yang mengatakan, “Daripada menunggu tahun baru diisi dengan hal yang tidak bermanfaat (bermain petasan dan lainnya), mending diisi dengan dzikir. Yang penting kan niat kita baik.” Maka cukup kami sanggah niat baik semacam ini dengan perkataan Ibnu Mas’ud ketika dia melihat orang-orang yang berdzikir, namun tidak sesuai tuntunan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Orang yang melakukan dzikir yang tidak ada tuntunannya ini mengatakan pada Ibnu Mas’ud, ”Demi Allah, wahai Abu ‘Abdurrahman (Ibnu Mas’ud), kami tidaklah menginginkan selain kebaikan.” Ibnu Mas’ud lantas berkata, “Betapa banyak orang yang menginginkan kebaikan, namun mereka tidak mendapatkannya.”

Jadi dalam melakukan suatu amalan, niat baik semata tidaklah cukup. Kita harus juga mengikuti contoh dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, baru amalan tersebut bisa diterima di sisi Allah.

Kerusakan Keempat : Mengucapkan Selamat Tahun Baru yang Jelas Bukan Ajaran Islam

Komisi Fatwa Saudi Arabia, Al Lajnah Ad Daimah ditanya, “Apakah boleh mengucapkan selamat tahun baru Masehi pada non muslim, atau selamat tahun baru Hijriyah atau selamat Maulid Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam? ” Al Lajnah Ad Daimah menjawab, “Tidak boleh mengucapkan selamat pada perayaan semacam itu karena perayaan tersebut adalah perayaan yang tidak masyru’ (tidak disyari’atkan dalam Islam).”

Kerusakan Kelima : Meninggalkan Shalat Lima Waktu

Betapa banyak kita saksikan, karena begadang semalam suntuk untuk menunggu detik-detik pergantian tahun, bahkan begadang seperti ini diteruskan lagi hingga jam 1, jam 2 malam atau bahkan hingga pagi hari, kebanyakan orang yang begadang seperti ini luput dari shalat Shubuh yang kita sudah sepakat tentang wajibnya. Di antara mereka ada yang tidak mengerjakan shalat Shubuh sama sekali karena sudah kelelahan di pagi hari. Akhirnya, mereka tidur hingga pertengahan siang dan berlalulah kewajiban tadi tanpa ditunaikan sama sekali. Na’udzu billahi min dzalik. Ketahuilah bahwa meninggalkan satu saja dari shalat lima waktu bukanlah perkara sepele. Bahkan meningalkannya para ulama sepakat bahwa itu termasuk dosa besar.

Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam juga mengancam dengan kekafiran bagi orang yang sengaja meninggalkan shalat lima waktu. Buraidah bin Al Hushoib Al Aslamiy berkata, ”Aku mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Perjanjian antara kami dan mereka (orang kafir) adalah shalat. Barangsiapa meninggalkannya maka dia telah kafir.” Oleh karenanya, seorang muslim tidak sepantasnya merayakan tahun baru sehingga membuat dirinya terjerumus dalam dosa besar.

Kerusakan Keenam : Begadang Tanpa Ada Hajat

Begadang tanpa ada kepentingan yang syar'i dibenci oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Termasuk di sini adalah menunggu detik-detik pergantian tahun yang tidak ada manfaatnya sama sekali. Diriwayatkan dari Abi Barzah, beliau berkata, “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam membenci tidur sebelum shalat 'Isya dan ngobrol-ngobrol setelahnya.”

Ibnu Baththol menjelaskan, “Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam tidak suka begadang setelah shalat 'Isya karena beliau sangat ingin melaksanakan shalat malam dan khawatir jika sampai luput dari shalat shubuh berjama'ah. 'Umar bin Al Khottob sampai-sampai pernah memukul orang yang begadang setelah shalat Isya, beliau mengatakan, “Apakah kalian sekarang begadang di awal malam, nanti di akhir malam tertidur lelap?!” Apalagi dengan begadang ini sampai melalaikan dari sesuatu yang lebih wajib (yaitu shalat Shubuh)?!

Kerusakan Ketujuh : Terjerumus dalam Zina

Jika kita lihat pada tingkah laku muda-mudi saat ini, perayaan tahun baru pada mereka tidaklah lepas dari ikhtilath (campur baur antara pria dan wanita) dan berkholwat (berdua-duan), bahkan mungkin lebih parah dari itu yaitu sampai terjerumus dalam zina dengan kemaluan. Inilah yang sering terjadi di malam tersebut dengan menerjang berbagai larangan Allah dalam bergaul dengan lawan jenis. Inilah yang terjadi di malam pergantian tahun dan ini riil terjadi di kalangan muda-mudi.

Kerusakan Kedelapan : Mengganggu Kaum Muslimin

Merayakan tahun baru banyak diramaikan dengan suara mercon, petasan, terompet atau suara bising lainnya. Ketahuilah ini semua adalah suatu kemungkaran karena mengganggu muslim lainnya, bahkan sangat mengganggu orang-orang yang butuh istirahat seperti orang yang lagi sakit. Padahal mengganggu muslim lainnya adalah terlarang sebagaimana sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, “Seorang muslim adalah seseorang yang lisan dan tangannya tidak mengganggu orang lain.”

Ibnu Baththol mengatakan, “Yang dimaksud dengan hadits ini adalah dorongan agar seorang muslim tidak menyakiti kaum muslimin lainnya dengan lisan, tangan dan seluruh bentuk menyakiti lainnya. Al Hasan Al Bashri mengatakan, “Orang yang baik adalah orang yang tidak menyakiti walaupun itu hanya menyakiti seekor semut”.

Perhatikanlah perkataan yang sangat bagus dari Al Hasan Al Basri. Seekor semut yang kecil saja dilarang disakiti, lantas bagaimana dengan manusia yang punya akal dan perasaan disakiti dengan suara bising atau mungkin lebih dari itu?!

Kerusakan Kesembilan : Melakukan Pemborosan yang Meniru Perbuatan Setan

Perayaan malam tahun baru adalah pemborosan besar-besaran hanya dalam waktu satu malam. Jika kita perkirakan setiap orang menghabiskan uang pada malam tahun baru sebesar Rp 1.000,- untuk membeli mercon dan segala hal yang memeriahkan perayaan tersebut, lalu yang merayakan tahun baru sekitar 10 juta penduduk Indonesia, maka hitunglah berapa jumlah uang yang dihambur-hamburkan dalam waktu semalam? Itu baru perkiraan setiap orang menghabiskan Rp 1.000,- Bagaimana jika lebih dari itu?! Padahal Allah Ta’ala telah berfirman (yang artinya), “Dan janganlah kamu menghambur-hamburkan (hartamu) secara boros. Sesungguhnya pemboros-pemboros itu adalah saudara-saudara syaitan.” (QS. Al Isro’: 26-27).

Kerusakan Kesepuluh : Menyia-nyiakan Waktu yang Begitu Berharga

Merayakan tahun baru termasuk membuang-buang waktu. Padahal waktu sangatlah kita butuhkan untuk hal yang manfaat dan bukan untuk hal yang sia-sia. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam telah memberi nasehat mengenai tanda kebaikan Islam seseorang, “Di antara tanda kebaikan Islam seseorang adalah meninggalkan hal yang tidak bermanfaat baginya.” Semoga kita merenungkan perkataan Ibnul Qoyyim, “(Ketahuilah bahwa) menyia-nyiakan waktu lebih jelek dari kematian. Menyia-nyiakan waktu akan memutuskanmu (membuatmu lalai) dari Allah dan negeri akhirat. Sedangkan kematian hanyalah memutuskanmu dari dunia dan penghuninya.”

Seharusnya seseorang bersyukur kepada Allah dengan nikmat waktu yang telah Dia berikan. Mensyukuri nikmat waktu bukanlah dengan merayakan tahun baru. Namun mensyukuri nikmat waktu adalah dengan melakukan ketaatan dan ibadah kepada Allah, bukan dengan menerjang larangan Allah. Itulah hakekat syukur yang sebenarnya. Orang-orang yang menyia-nyiakan nikmat waktu seperti inilah yang Allah cela. Allah Ta’ala berfirman (yang artinya), “Dan apakah Kami tidak memanjangkan umurmu dalam masa yang cukup untuk berfikir bagi orang yang mau berfikir, dan (apakah tidak) datang kepada kamu pemberi peringatan?” (QS. Fathir: 37). Qotadah mengatakan, “Beramallah karena umur yang panjang itu akan sebagai dalil yang bisa menjatuhkanmu. Marilah kita berlindung kepada Allah dari menyia-nyiakan umur yang panjang untuk hal yang sia-sia.”

Wallahu walliyut taufiq...

Taubat

Oleh Drs. Muhammad Arifin, MA.

Menurut bahasa, taubat memiliki arti kembali. Maksudnya, kembali dari segala yang tercela menurut agama Islam, menuju semua hal yang terpuji. Taubat apabila dibahasakan secara ringkas adalah meninggalkan atau menyesali dosa dan berjanji tidak mengulanginya lagi (penyesalan atas semua perbuatan tercela yang pernah dilakukan). Untuk membersihkan hati dari dosa yang pernah dilakukannya, manusia diperintahkan untuk bertaubat. Taubat merupakan media untuk mendekatkan diri kepada Allah.

Allah memerintahkan dalam hal taubat ini berupa taubat yang semurni-murninya, sebagaimana firman-Nya: "Hai orang-orang yang beriman, bertaubatlah kepada Allah dengan taubat yang semurni-murninya." (QS. At-Tahrim [66] : 8). Nabi Muhammad meskipun telah dijamin atau terpelihara dari segala dosa (maksum), tetap bertaubat dan mohon ampun kepada Allah. Berbicara masalah taubat, ternyata berkaitan erat dengan istighfar, yaitu memohon ampun dari semua dosa kepada Allah dengan menundukkan hati, jiwa, dan pikiran.

Kehidupan terus berputar. Terjerembab jangan membuat mata kita terus sembab. Terpuruk tak berarti masa depan kita buruk. Terkadang kita tergerus dosa, namun jangan sampai putus asa. Ibnul Qayyim dalam kitab Madarijus Salikin mengutip ucapan salaf yang terasa aneh: "Adakalanya seorang hamba berbuat dosa, namun masuk surga. Dan adakalanya seseorang mengerjakan ketaatan, namun masuk neraka.' Benar demikian, dosa dan kemaksiatan yang diikuti dengan pertaubatan sungguh-sungguh selalu melahirkan lompatan keimanan yang jatuh lebih tinggi dari sebelum berbuat dosa.

Sementara ketaatan yang diikuti rasa puas diri dan sikap jumawa akan menggerus pahala sampai titik nol yang sia-sia. Kesedihan dan penyesalan akan sebuah kesalahan adalah hal yang perlu, tapi berputus asa dan lemah semangat setelahnya adalah jauh dari sikap mereka para tokoh kesatria nan mulia. Mari kita belajar dari sosok Nabi Sulaiman as., satu-satunya di dunia ini yang diberikan tiga hal yang bahkan tidak diberikan kepada Nabi Muhammad saw.

Tiga hal tersebut adalah kekayaan, kenabian, dan kekuasaan. Namun tidak selamanya kehidupan beliau berjalan dengan lancar tanpa hambatan. Ada satu episode kehidupan beliau yang bahkan dicatat dalam Al-Qur'an dan diperjelas dalam As-Sunnah, yang memberikan pelajaran bagi kita tentang sikap pertaubatan yang dahsyat.

Kisah ini termuat begitu lengkap dalam kitab Hadits Bukhari dan Muslim, bagaimana suatu ketika Nabi Sulaiman as. begitu percaya diri mengumandangkan tekadnya: "Aku akan menggilir sembilan puluh sembilan isteriku semalaman, yang kesemuanya akan melahirkan anak laki-laki yang berperang 'fii sabiilillah'. Ia akan merindukan generasi yang hebat, maka sebuah tekad yang dahsyat pun dilantunkan. Hanya saja pada waktu itu beliau tidak menambahkan kalimat insya Allah (jika Allah berkehendak). Seorang sahabat beliau telah mengingatkan: "Ucapkan Insya Allah." Namun beliau lalai dan tak hati-hati, terlupa nasihat sang sahabat dan langsung menjalankan apa yang ia tekadkan, menggilir isterinya dalam satu malam.

Apa yang terjadi kemudian adalah episode keterpurukan dan ujian bagi Nabi Sulaiman as. Dari 99 isterinya tersebut, ternyata hanya seorang saja yang melahirkan bayi dan itupun dalam keadaan cacat, digambarkan dalam hadits sebagai "setengah manusia". Maka orang-orang pun meletakkan bayi itu di atas kursi Sulaiman, dan melihat hal tersebut Nabi Sulaiman pun terpuruk, bersedih mengingat ucapannya terdahulu. Inilah yang digambarkan dalam surat Shad ayat 34, Allah SWT berfirman mengisahkan: "dan Sesungguhnya Kami telah menguji Sulaiman dan Kami jadikan dia (anaknya) tergeletak di atas kursinya sebagai tubuh (yang lemah cacat), kemudian ia (Sulaiman) bertaubat."

Bahkan Rasulullah saw. pun menambahkan saat menceritakan kisah ini, sekiranya ia (Sulaiman) mengucapkan insya Allah, niscaya setiap isterinya akan hamil dan melahirkan seorang anak yang akan berjuang di jalan Allah. Nabi Sulaiman pun bertaubat, beliau meminta ampunan sekaligus penyesalan yang mendalam di hadapan Allah SWT. Namun itu tidak disertai kesedihan yang bertalu-talu, ataupun rasa putus asa yang menggurita dalam dada, justeru sebaliknya Sulaiman tahu ia sedang diuji. Maka ia pun bertaubat dengan mengajukan permohonan yang lebih dahsyat dari yang ia capai sebelumnya. Sebuah istighfar segera disusul dengan proposal untuk mendapatkan kerajaan terbesar yang pernah dikenal dalam sejarah manusia.

Allah SWT. memerintahkan kepada orang-orang mukmin untuk bertaubat agar mereka beruntung. Sebagaimana Firman Allah SWT. dalam Al-Qur'an: "Dan bertaubatlah kamu sekalian kepada Allah, hai orang-orang yang beriman supaya kamu beruntung." (QS. An-Nur [24] : 31). Subhanallah, taubat juga bisa melahirkan semangat dahsyat. Dalam taubatnya Nabi Sulaiman terus melanjutkan cita, bahkan ia mempunyai target yang lebih kuat, lebih besar, dari yang ia miliki sebelumnya.

Kerajaan yang akan senantiasa dikenang dalam sejarah tentang kebesaran dan kekuasaannya. Maka Allah pun memberikan kepada Nabi Sulaiman apa yang ia cita-citakan. Angin pun dalam genggaman, para jin tunduk di hadapan, bahkan penguasa-penguasa negeri lain siap bergabung dalam keislaman. Pelajaran besar dapat kita raih. Mari kita bertaubat layaknya Nabi Sulaiman. Sebuah pertaubatan yang akan melahirkan keberuntungan berupa hentakan sejarah, untuk mencapai kemenangan dan kejayaan jauh lebih besar dari yang kita capai sebelumnya.

Wallahu al-Mustaan

NB: Tulisan ini pernah dimuat dalam Buletin Mimbar Jum'at - Menggali Khazanah Islam - No. 09 Th. XXVI 18 Rabiul Akhir 1434 H - 1 Maret 2013 Jum'at I.

Sudahkah Anda Shalat Tahajud?

Oleh Dr. KH. A. Juaini Syukri, Drs., BA., Lcs., MA.

Shalat Tahajud merupakan shalat malam yang dikerjakan sebanyak 2 raka'at saja dan itu sudah cukup. Karena hanya dengan shalat Tahajud, maka derajat seseorang pasti dinaikkan oleh Allah SWT ke derajat yang setinggi-tingginya di dunia dan di akhirat (Fid Dunyaa Wal Akhirah). Kemudian membaca Al-Qur'an, Wa Minal Layli Fa Tahjjad Bihi Naafilatan Laka 'Asa An Yab'atsaka Maqaaman Mahmuudah.

Catatan:
Silahkan sebarkan (forward) ke teman-teman sekelas Anda.
Sumber: Guru SDN Muhammadiyah, Kartika Zeni - Angkatan Darat, Corp Policy Militer (CPM) Belanda.

Motivasi Diri

Lautan Tak Berombak
Tidak Akan Pernah Melahirkan Pelaut Yang Handal

Terkadang kita mengeluh dengan semua cobaan atau rintangan dalam hidup kita, namun itu semua secara tidak sadar akan membentuk diri kita yang lebih kuat, lebih tangguh menghadapi masalah yang menghadang.

Keep Fighting!

Jangan Khianati Dia!

Oleh Ustadz Juaini Syukri, Lcs. MA.

Pada waktu kita susah, tak akan ada yang mau menolong dengan cara apapun kecuali seorang hamba Allah yang masih menaruh percaya hati kepada kita. Jangan jauhi beliau apalagi lebih dari itu, seperti menyusahkan hatinya. Kenapa? Karena beliau itulah yang menjadi perantara antara Allah SWT dengan kita, kalau kita khianati perantara atau washilah tersebut, itu sama halnya dengan mengkhianati Allah, karena Allah SWT tidak mungkin menjelmakan dzat-Nya kecuali Ia mengutuskan hamba-Nya sebagai perantara atau washilah untuk menolong kita.

Lalu kita khianati? Kemana hati nurani dan keimanan, masih percayakah kita akan adanya surga, neraka, dan hari pembalasan yang tiada tara? Penyesalan dan taubatan nasuha itulah satu-satunya jalan penebus segala dosa. Ya atau kita pilih azab dunia dan akhirat, azab kubur dan alam Mahsyar? Inilah yang harus kita timbang baik-baik sebelum kebangkrutan dunia akhirat menimpa kita. Allahumma Yaa Rabb! Lindungilah dan bimbinglah kami ke arah jalan yang lurus tenang menyenangkan. Amiin...

Lomba Opini "Perempuan Pemimpin" Lingkar Puisi Dan Prosa Lembaga Bhinneka


Dalam sejarah, walau perempuan didiskriminasi, tapi beberapa dari mereka berhasil menjadi pemimpin yang disegani. Contohnya adalah Ratu Elizabeth (Inggris), Ratu Catherine (Russia), Ratu Maria Theresa (Austria). Bahkan para pemimpin ini dianggap jauh lebih berhasil dari kebanyakan pemimpin lelaki di jamannya. Bagaimana opini Anda tentang Perempuan Pemimpin?

Persyaratan:
  1. Jumlah kata 1000 - 2000 kata (tidak termasuk rujukan).
  2. Tulisan disertai rujukan atau referensi.
  3. Tulisan tidak pernah dipublikasi di media apapun, bukan hasil saduran, dan tidak sedang diikutkan dalam lomba serupa atau proses penerbitan dalam bentuk karya lainnya.
  4. Waktu pengiriman 3 September - 22 September (Pukul 22.00 WIB).
  5. Dikirim ke email LPP-LB (lingkarpuisiprosa@gmail.com) dengan subjek email : LOMBA OPINI PEREMPUAN PEMIMPIN. Tulisan dikirim dalam format Ms. Word (Margin Top-Left-Right-Bottom / 4-4-3-3 cm, Times New Roman 12, Spasi 1,5) dengan nama file berisi Nama dan Judul (Contoh: Do Ro – Teladan Perempuan Pemimpin).
Hadiah: Lima artikel terbaik akan dipublikasi di Majalah Bhinneka, dengan hadiah uang masing-masing Rp. 300.000,-.Para pemenang akan diumumkan tanggal 4 Oktober 2012.

Mari bersuara wahai perempuan. Mari bersuara untuk perempuan. Bersuara, bersuaralah dengan berani!

Sumber: Timeline Goodreads Indonesia.

Enggak Jadi Lebaran

Oleh Dede Supriyatna*

Semenjak adzan magrib gema taqbir mulai terdengar berkumandang, langit hitam terlihat indah dengan pancaran kembang api, anak-anak yang asik memukul beduk, mereka ada juga yang berlari-lari, dan para ibu-ibu semenjak sore sibuk mengayam janur menjadi sebuah ketupat. Semua bersuka ria menyambut hari kemenangan, hari kemenangan setelah selama satu bulan umat Islam menjalankan ibadah puasa.

Namun, seketika suara-suara itu perlahan mulai melenyap, anak-anak yang menyalakan kembang api atau berlari-lari mulai mulai berdiam kembali, mereka kembali ke kediamannya masing-masing. Dari beberapa orang mulai mengobrol seputar kapan lebaran?

Dari obrolan tersebut, seorang ibu berteriak, enggak jadi Lebaran dengan perasaan kecewanya. Obrolan tersebut terlontar setelah keputusan Kementerian Agama (Kemenag) yang memutuskan bahwa Idul Fitri jatuh pada hari Rabu (31/6), dan tak hanya itu, para warga ikut-ikutan memberikan komentar terhadap sidang Istbat digelar di Kementrian Agama, Jl Lapangan Banteng, Senin, (29/8). [Read More]

*Sumber: Warta Angkringanwarta.

Pasar Tradisional, Nasibmu

Oleh Dede Supriyatna*

Malam itu, entah apa penyebabnya yang membuat saya putuskan pergi ke kost teman. Sesampainya, saya dapatkan sedang asik bermain game, sambil mengisap sebatang rokok. Langsung saja saya berujar “Rokok mana?” “Di atas monitor,” jawabnya, masih asik dengan permainan gamenya. Tanpa basa-basi lagi, kuambil sebatang rokok, dan langsung saya nyalakan.

Makian terkadang terdengar darinya, sambil asik tangan menggerakan sedikit mouse agar bola yang keluar dari mulut si katak tepat pada sasarannya, nama permainan adalah Zuma, jadi bagi orang yang pernah memainkannya, tentu mengetahui jenis permainan tersebut.

Di sampingnya telah terdapat secangkir kopi hitam yang cukup kental, dan kusambar kopi tersebut untuk kuseruput cairan hitam, sambil menggoda konsentrasinya, “Ke depannyu, natap langit.” “Tawaran yang menarik,” jawabnya. “Ayu.” “Entar dulu.” Sambil tetap asik dengan permainannya.

Setelah beberapa lama akhirnya, ia pun menyelesaikan permainana tersebut. Lalu menyusul saya yang lebih dahulu ke luar kost berukuran kurang lebih 3x4M. “Di sini, jangan keras-keras, engga enak ama tetangga.” “Aku pun memelankan kata-kataku.” “Jalan ajayu, siapa tahu dapat memberikan pencerahan, atas kepusingan yang sedang dihadapi. “Ke mana?” tanyaku. “Terserah.” [Read More]

*Sumber: Celoteh Angkringanwarta

Ketika Curhat Dilarang

Oleh Dede Supriyatna*

“Saat curhat dilarang.” ungkapanku padanya, sambil menunggu tanggapan atas celetukanku. “Siapa yang ngelarang, kenapa dilarang, enggak mungkin, memang ada,” begitulah reaksi yang agak histeris atas celutukan saya.  

Berbicara mengenai curhat,  mungkin hampir seluruh atau sebagian orang pernah melakukanya, walau hanya sekedar mengutarakan sebuah unek-uneknya, mengeluh, dan yang lainnya. Sebuah curhat terkadang datang begitu saja tanpa disadari, seperti halnya saat kita berada di jalan raya lalu mengumpat atas jalanan yang macet, saat berobat dengan biaya yang mahal.

Dan bisa juga, kondisi lainya, kondisi yang secara kebetulan singgah di dalam benak manusia sehingga membuat perasaan batinnya resah. Maka ata apa yang menimpanya, ia berusaha meluapkan dengan cara berbicara langsung, atau menulisnya dengan berharap mendapatkan solusi atau minimal ada orang yang menyikapinya. 

Sepertinya persoalan curhat sudah lazim dalam kehidupan kita, namun apa yang akan terjadi jika curhatan dilarang? Mungkin bukan sebuah jawaban yang akan didapat, melainkan pertanyaan yang terlontar sebagaimana pada awal kalimat di paragrap pertama. 

Maka untuk itu pula pelarangan curhat tak bisa dilepas dalam persoalan kekuasaan. Berbicara mengenai kekukuasaan sudah terlampau banyak contohnya. Dan tak usah lagi kita berbincang-bincang tentang siapa yang pernah mengalami korban dari akibat mereka mengutarakan uneg-unegnya, salah satunya Wiji Thukul yang hingga kini belum juga ditemukan keberadaannya. [Selengkapnya]

Jendolan

Oleh Dede Supriyatna*

Ada yang suka, ada juga tidak, dan ada di antara keduanya yang biasa-biasa saja. Untuk kata biasa-biasanya tak perlu perdebatan, sebagaimana halnya antara yang suka maupun yang tidak, sebuah perdebatan yang tak akan bertemu benang mereh apalagi jika keduanya benar-benar memliki sifat fanatik. Lalu untuk apa mereka berdebat, tanyakan saja pada mereka.

Sebagimana halnya obralan yang sudah acap kali mereka lakukan. Pagi itu, rutinitas kembali terjadi, sambil bersantai setelah bergelut dengan dapur. Apa yang mereka obrolkan dari persoalan masakan, si anu, dan tak ketinggalan persolan Negara, sebagaimana mereka bertanya-tanya tentang dengan perasaan aneh dengan di bawah kelopak mata SBY, di bawah kelopak yang membentuk jendolan, dan saat mereka menyaksikan kala SBY berbicara di hadapan para kader partai Demokrat, ia sedang berbicara menjadi seorang pembina dari partai demokrat.

Selintas tentangnya mewarnai obralan pagi hari itu, obralan para ibu-ibu. Dari satu hingga menjadi obralan yang hangat diantara mereka. Memang jika kita umpamakan bahwa SBY adalah sebuah teks maka tak akan lepas dari sang penafsir teks tersebut. Apa yang hendak ditafsirkan adalah hak dari sang penafsir itu sendiri, walaupun pada akhirnya bersifat multi tafsir.

Mereka yang berbincang mempertanyakan perihal jendol kelopak mata SBY,  Tak hanya itu,  perbincangan mereka yang ngalor-ngidul merembat pada tentang bendahara partai demokrat Nazaruddin. Mereka menggunjing perihal bendahara tersebut, “gregetan dah, gw,” dengan tampang penuh sewot ujar salah satu ibu tersebut. [Selengkapnya]

“Biar Negara Hangus Terbakar...”

Oleh Ahmad Syafi’i Ma’arif*

Revolusi mempertahankan kemerdekaan Indonesia pada 1945-1949 sungguh kritikal, melelahkan, tetapi syarat dengan harapan untuk menang. Ia menyisakan berjuta pengalaman suka duka, heroisme, dan idealisme dengan kualitas hampir tanpa cacat.

Sebagai anak kampung yang tersuruk di lembah Bukit Barisan dalam usia di bawah 14 tahun, saya tidak menyumbang apa pun untuk kepentingan revolusi itu. Sekiranya Pemerintah Darurat Republik Indonesia (PDRI) pimpinan Sjafruddin Prawiranegara tidak menjadikan kampung saya, Sumpur Kudus, sebagai salah satu pusat pemerintahan gerilya selama beberapa minggu pada 1949, kampung ini-seperti ribuan desa lain di seluruh Nusantara-tidak akan pernah dicatat dalam peta perjuangan kemerdekaan.

Semboyan Perjuangan
Sebagai anak kampung yang lugu dengan pendidikan Sekolah Rakyat (SR) pada 1942-1947, tidak banyak yang singgah dalam memori saya tentang percikan api revolusi di lingkungan pedesaan yang terisolasi itu. Namun, bait lagu atau semboyan yang rasanya berbunyi: “Biar negara hangus terbakar, asal tidak dijajah lagi”, masih bertahan di otak saya sampai hari ini.

Saya tidak tahu siapa pencipta lagu atau semboyan yang sangat nasionalistis itu, yang getarannya dirasakan jauh sampai ke pelosok yang tak dikenal. Rakyat udik pun telah lama menjatuhkan talak tiga terhadap apa yang bernama penjajahan. Semboyan ini pun bergema pada saat-saat yang menentukan itu: merdeka atau mati!

Maka, tidak mengherankan apabila rakyat desa menyambut para pejuang kemerdekaan dengan semangat pengorbanan yang teramat tulus. Segalanya diberikan: harta dan jiwa tanpa mengharap imbalan apa pun. Inilah pengorbanan yang paling otentik yang dikenal dalam masa revolusi. Pemimpin dan rakyat hidup berdampingan tanpa jarak. Kesederhanaan adalah fenomena keseharian saat itu.

“Biar negara hangus terbakar” melambangkan sebuah tekad yang teramat kuat untuk menjadi bangsa merdeka. Sistem penjajahan pada masa lampau itu asing sifatnya harus segera dihalau, sekali dan untuk selama-lamanya.

Karena bercorak serba asing, apakah penjajah itu berhidung mancung atau bermata sipit, kita dengan sangat mudah mengenalinya. Kelakuannya serupa: zalim, diskriminatif, eksploitatif, opresif, dan represif. Rakyat terjajah tak dianggap manusia penuh. Semua kelakuan buruk dan busuk ini menyatu dengan sistem penjajahan itu.

Namun, setelah merdeka muncul kesulitan karena yang berkuasa telah digantikan oleh anak bangsa sendiri, sekalipun kelakuan buruk bisa saja berlanjut. Penguasa baru itu, yang saya kategorikan sebagai londo ireng, tidak jarang pula meneruskan sifat-sifat penjajahan yang tidak hirau dengan masalah keadilan dan nasib rakyat banyak. Akibatnya, sila kelima Pancasila berupa Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia masih tetap menggantung di awan tinggi, belum membumi untuk dapat dirasakan oleh seluruh rakyat Indonesia.

Zaman Bergerak, Sikap Berubah
Pada era 1950-an, beberapa tahun pascarevolusi, kesederhanaan gaya hidup para elite kita masih sangat terlihat. Bahkan, seorang perdana menteri hanya memakai baju hem lengan pendek saat dilantik Presiden. Kesenjangan sosial-ekonomi belum dirasakan benar. Maklumlah, negara dalam kondisi miskin.

Ada, memang, pertentangan ideologi politik antarpartai yang cukup tajam, tetapi tak pernah berdarah-darah. Jika ada darah yang tertumpah, itu semata-mata untuk melumpuhkan pemberontakan, seperti kasus DI/TII, dan sebelumnya terjadi pula pemberontakan PKI Madiun yang memang harus ditumpas.

Pada akhir 1950-an, dipicu oleh kesenjangan antara daerah dan pusat serta semakin dominannya pengaruh komunisme, pergolakan daerah sulit untuk dihindari dan penyelesaiannya pun berdarah-darah. Sesuatu yang sangat disayangkan.

Akan tetapi, gaya hidup para elite masih dalam batas normal. Kesederhanaan belum lagi meninggalkan panggung politik nasional. Pesta pora perkawinan yang ekstra mewah, seperti yang terlihat belakangan, jarang sekali terjadi. Roh proklamasi dengan pesan kesederhanaan dan egalitariannya masih belum pupus dari kehidupan para elite. APBN dan APBD ketika itu tak dijadikan sapi perahan oleh perselingkuhan penguasa atau politisi dan pengusaha.

Dengan bergeraknya zaman, berlaku pulalah pergeseran kelakuan. Batas-batas moral telah dilanggar semau gue. Sebagian pejabat eksekutif, legislatif, dan yudikatif tanpa rasa malu telah sama berkubang dalam dosa dan dusta. Pernyataan-pernyataan politik dan hukum telah kehilangan otentisitasnya karena pada umumnya adalah untuk melestarikan kekuasaan dan berebut tulang. Dalam kondisi semacam ini, tuan dan puan akan sia-sia berharap perbaikan kehidupan rakyat banyak secara menyeluruh. Kekuasaan telah dijadikan tujuan.

Ironisnya, ia sering dibungkus dalam bahasa lembut, tetapi culas, demi kekuasaan dan uang. Teramat kecil jumlah anak bangsa ini yang masih berpikir tentang masa depan bangsa dan negara. Kepentingan kekinian yang serba pragmatis telah menjadi “agama”, mengalahkan tujuan jangka jauh bagi kelangsungan negara kepulauan yang cantik tetapi merana ini.

To have more and to use more (semakin banyak memiliki dan semakin banyak pula menggunakan), tulis Erich Fromm, adalah sifat masyarakat konsumeristik. Dikatakan bahwa masyarakat ini telah menghasilkan barang-barang tunaguna dan pada tingkat yang sama telah melahirkan pula manusia tak berguna. Namun, sudah demikian burukkah masyarakat Indonesia sekarang? Saya rasa belum, tetapi gejala ke arah itu telah semakin terang benderang. Jika tidak dibendung dengan seksama oleh seluruh kekuatan akal sehat yang sesungguhnya masih hidup dalam jiwa bangsa ini, jalan ke arah itu makin terbuka.

Akhirnya...
Semboyan masa revolusi yang berbunyi “Biar negara hangus terbakar, asal tidak dijajah lagi” telah digeser oleh filosofi pragmatis para elite: “Biar negara jadi sapi perahan dan korupsi merajalela, asal aku tetap berkuasa”. Lagi-lagi, kekuasaan telah dijadikan tujuan tertinggi.

Inilah penguasa londo ireng yang berlagak santun, tetapi hati nuraninya telah lama lumpuh. Dan, kelumpuhan nurani ini pulalah yang menjadi sumber utama dari segala macam ketidakberesan yang sedang menerpa Indonesia sekarang.

*Mantan Ketua Umum PP Muhammadiyah dan artikel ini pernah dimuat di Opini Kompas pada hari Rabu, 4 Januari 2012.