Giat Kerja Bakti Warga Rw. 16 Cililitan

Minggu, 8 Desember 2024 - Komunitas

LPJ Triwulan 3 Kopma UIN Jakarta 2024

Jum'at, 6 Desember 2024 - Koperasi

LMS UNJ Error, Menyulitkan Pejuang Sarjana

Rabu, 4 Desember 2024 - Teknologi Kampus

Munas Dekopin Menuju Indonesia Emas

Minggu, 1 Desember 2024 - Koperasi

Beli Isuzu Sekarang Juga! Sebelum Menyesal

Jum'at, 29 November 2024 - Otomotif

Tampilkan postingan dengan label Sosok. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Sosok. Tampilkan semua postingan

Pria Berumur dengan Sapu Lidi









Hari sudah berganti waktu. Kunikmati indahnya cahaya yang ada di depan mata. Kulihat juga pria berumur yang masih asik dengan sapu lidinya. Entah apa yang ada di pikirannya, sehingga tidak pernah luput dari sapu lidi. Selalu dikibaskan begitu saja di atas aspal. Begitulah pria berumur itu. 

Sumber: Why-Phy.

LiNSi - Caleg Dapil 10

Selasa, 1 Agustus 2023 - Muncul seorang sosok baru di wilayah Jakarta Barat yang ingin menjadi seorang calon legislatif (CALEG) dari Partai Golkar (Golongan Karya) DAPIL 10. Sosok tersebut bernama Lindsey Afsari Puteri ST., M.i.Kom. biasa dipanggil dengan sebutan LiNSi. 

Menurut Quro, kuota untuk menjadi caleg supaya aman itu minimal 15.000 suara. Daerah Pemilihan 10 meliputi ruang lingkup 5 wilayah, diantaranya: 

  1. Kecamatan Kebon Jeruk. 
  2. Kecamatan Palmerah. 
  3. Kecamatan Grogol Petamburan. 
  4. Kecamatan Kembangan. 
  5. Kecamatan Taman Sari. 

LiNSi berdomisili di Kebon Jeruk, Jakarta Barat, yang merupakan anak dari keluarga berpendidikan. Sang ayah bernama Drs. H. Djiman Murdiman Sarosa, MMa. (alm.) dan ibunda bernama Hj. Neng Ani Djiman, SE. (almh.), kedua orang tuanya sudah meninggal. 

PENDIDIKAN FORMAL: 

  • Magister Ilmu Komunikasi, Universitas Profesor Doktor Moestopo (B), Jakarta. 
  • Sarjana Teknik Sipil, Universitas Trisakti, Jakarta. 
  • Ilmu Komunikasi (Public Realtions), STIKOM Inter Studi, Jakarta. 

PENDIDIKAN NON FORMAL: 

  • Economic, Political & Leadership Workshop for Women of Foreign Parties, CWU Beijing, 2019. 
  • Young Leaders and Student Exchange - Pemuda Pelopor, Kemenpora RI & International Department Central Committee, China, 2013. 
  • Pendidikan Kepemimpinan dan Komunikasi Politik, PUSKAPOL Universitas Indonesia, 2012. 

ORGANISASI (Partai Politik / Organisasi Masyarakat / OKP / dll.): 

  • Wakil Sekretaris Jenderal DPP Partai Golkar, 2019-2024. 
  • Sekretaris Jenderal PP KPPG (Pimpinan Pusat Kesatuan Perempuan Partai Golkar), 2019-2024. 
  • Ketua PPK Kosgoro 1957, Bidang Pariwisata dan Budaya, 2021-2026. 
  • Ketua Umum Jaya Karta Forum (Jaga Budaya Jakarta), 2022-2025. 
  • Bendahara Umum Forum Pemuda Betawi, 2022-2026. 
  • Kepala Bidang Hubungan Masyarakat Forum Perempuan Insinyur, Persatuan Insinyur Indonesia, 2018-2021. 
  • Ketua Young Leader Sisterhood, 2018-2020. 
  • Bendahara Umum PP KPPG, 2017-2019. 
  • Wakil Bendahara Umum DPP Partai Golkar, 2014-2019. 
  • Ketua Bidang Perempuan PP AMPG, 2016-2017. 
  • Bidang Pendidikan, IPTEK & Seni Budaya KOWANI (Kongres Wanita Indonesia), 2015-2020. 
  • Ketua Young Mom's Community, 2010-2020. 
  • Wakil Sekretaris Jenderal DPP SDG's LIRA, 20117-2020. 
  • Kepala Bidang Hubungan Antar Lembaga DPP KNPI, 2015-2018. 
  • Sekretaris Jenderal PP Kartini AMPI, 2010-2016. 
  • Wakil Sekretaris Jenderal DPP AMPI, 2010-2016. 
  • Wakil Sekretaris DPD PG DKI Jakarta, 2009-2011. 
  • BEM FTSP Universitas Trisakti, Jakarta. 
  • Sekretaris OSIS SMU Negeri 90 Jakarta.

PEKERJAAN: 

  • Entrepreneur - PT. Kencana Usaha Makmur, Jakarta - Bandung, sebagai Direktur Marketing Komunikasi & Pengembangan Bisnis, 2009-2016 & Direktur Utama 2017-sekarang. 
  • Host TV Bengkel Akhlaq, MNC Hidayah, 2018. 
  • Advertising & Promotion Manager POINS Square Mall & Apartment, Jakarta, 2005-2007. 
  • Coorporate Public Relations Manager, PT. Menara Prambanan, Jakarta, 2003-2005. 
  • Project Coordinator PINPOINT Publishing, Jakarta, 2002-2003. 
  • Advertising & Promotion LIZA Magazine (Group of Indonesia Tatler), 2000-2002. 

NARASUMBER (Seminar / Workshop / Talkshow): 

  • Edukasi Pencegahan Narkoba, melalui Lomba Pidato, Pantun, Puisi, dan Vocal Group. Kerja sama FPB, Dinas Pendidikan, Badan Narkotika Nasional (BNN), DISPORA, dan Dinas Pendidikan (DISBUD) DKI Jakarta, Mei 2023. 
  • Peluang Perempuan & Kaum Muda dalam Pemilihan Legislatif (PILEG), TV One, Apa Kabar Indonesia, 2023. 
  • "Fenomena Citayam Fashion Week", Apa Kabar Indonesia Pagi, TV One, 2022. 
  • "Personal Branding di Media Sosial", Program Ngobrol bareng Legislator & Kementerian KOMINFO, 2022. 
  • Workshop Public Speaking & Leadership, LKKMK, Badan Eksekutif Mahasiswa FTSP, Universitas Trisakti, 2021. 
  • Talkshow Kesehatan dan Peran Perempuan Indonesia, BNI-Trisakti Connect Festival, 2020. 
  • Seminar & Sosialisasi Gerakan Masyarakat Hidup Sehat, "Hidup Berprestasi Tanpa Narkoba ala Milenial", SMP Islam Terpadu Avicenna, Bekasi, 2019. 
  • Workshop, "Peran Aktif Kelompok Perempuan & Milenial sebagai Agen Pendorong Penguatan dan Pengawasan Kebijakan Publik", Divisi Kaderisasi DPP PG, 2018. 
  • Seminar & Talkshow, "Mewujudkan Generasi Bangsa yang Bersih & Bebas dari Narkoba", Universitas Islam Jakarta, 2017. 

FOKUS PERJUANGAN (Pengawalan Isu / Kebijakan Publik) ASPIRASI KAWAN BAIK LINSI: 

Pemberdayaan & Pengembangan Potensi Perempuan, Anak & Pemuda: 

  • Program Pelatihan Keterampilan bagi Ibu/Perempuan Penopang Ekonomi Keluarga. 
  • Kelas Parenting dan Penguatan Banding Orangtua dan Anak. 
  • Program Anak Usia Dini transisi ke SD. 
  • Penguatan Program Karang Taruna berbasis Digital. 
  • Peningkatan Program OKP Visioner berbasis Sosial Modern. 
  • Prioritas Akses Perempuan, Anak, dan Pemuda Disabilitas. 

Seni, Budaya, Pariwisata, dan Ekonomi Kreatif: 

  • Peningkatan Akses Pengembangan Seni sebagai Industri Ekonomi Kreatif. 
  • Penguatan Budaya Lokal dan Kolaborasi Budaya. 
  • Misi Pertukaran Budaya. 
  • Pengembangan Potensi Destinasi Wisata Lokal. 
  • Peningkatan Keahlian dan Akses Pengembangan UMKM berbasis Ekonomi Kreatif (Fashion, Kuliner, dan sebagainya). 

Pendidikan, Kesehatan, dan Olahraga: 

  • Pengawasan KJP, PIP, dan Sarana Pendidikan lainnya. 
  • Edukasi Pencegahan Penyalahgunaan Narkoba. 
  • Pengawasan BPJS, Jaminan Kesehatan Lanjut Usia (Jamkes Lansia), Jampersal, dan lain-lain. 
  • Edukasi Penguatan Kesehatan Mental. 
  • Pembinaan Komunitas Olahraga, Akses Pengembangan Prestasi Olahraga, dan sebagainya. 


Sumber: arifhamdisei.

Habib Ali Kwitang : NU, Banser dan Betawi

Ribuan manusia memadati are Kwitang pada Rabu-Kamis, 13-14 Desember 2017 untuk menghadiri Majelis Rauhah, Ziarah Kubro, dan Maulid Nabi Muhammad SAW di Majelis Taklim Habib Ali Al Habsyi Kwitang, Jakarta Pusat. Kegiatan yang digelar setiap tahun di akhir Kamis bulan Rabiul Awal itu memang selalu dihadiri oleh para ulama, habaib, pejabat, dan para jama'ah dari berbagai daerah.

Ada yang menarik dalam Majelis Rauhah, Ziarah Kubro, dan Maulid Nabi Muhammad SAW di Kwitang tahun ini yaitu dengan dilibatkannya Barisan Ansor Serba Guna (BANSER) dan FPI sebagai panitia bersama. Tentu saja keterlibatan GP Ansor/Banser dan FPI dalam acara tersebut menimbulkan berbagai tanggapan, ada yang bergembira, terharu, simpati, bahkan ada juga yang "nyinyir dan plintir".

GP Ansor selama bulan Rabiul Awal memang kerapkali mengadakan atau dilibatkan dalam Maulid Nabi di berbagai tempat. Di antaranya adalah GP Ansor Jakarta Timur mengadakan Maulid Nabi Muhammad SAW pada Kamis 23 November di Pondok Pesantren Al Hamid Cipayung dengan mengundang Habib Syekh bin Abdul Qodir Assegaf Solo, Habib Muhammad bin Abdurrahman Assegaf, Habib Ali bin Abdurrahman Assegaf, dan Habib Jindan bin Novel bin Salim Jindan.

Sehari setelahnya, Jum'at, 24 November GP Ansor Jakarta Pusat dilibatkan dalam acara Maulid Nabi Muhammad SAW dan Kemayoran Bersholawat yang dihadiri oleh Habib Syekh bin Abdul Qodir Assegaf dan para habaib lainnya, kemudian Banser DKI Jakarta dilibatkan dalam acara Maulid Nabi Muhammad SAW dan Tausyiah Kebangsaan di Silang Monas yang dihadiri oleh Habib Luthfi Yahya dan para habaib lainnya.

Partisipasi Banser dalam 3 (tiga) Maulid Nabi sekala besar di atas yang dihadiri para ulama dan habaib itu nampaknya menjadi perhatian Habib Ali bin Abdurrahman Al Habsyi dan kemudian mengajak agar GP Ansor dan Banser juga bisa terlibat dalam Maulid Nabi Muhammad SAW di Kwitang. Tentu saja bagi GP Ansor itu merupakan kehormatan yang sangat luar biasa dan dengan senang hati menyambutnya.

GP Ansor dan Keluarga Besar NU sangat memahami bahwa Habib Ali Al Habsyi Kwitang semasa hidupnya memiliki ikatan emosional dengan NU dan sangat berperan dalam mengembangkan NU dan Islam Ahli Sunnah Wal Jama'ah di tanah Betawi.

Habib Ali bin Abdurrahman Al Habsyi dilahirkan di Kwitang pada 20 Jumadil Akhir 1286 H/ 20 April 1869 M. Ayahnya, Habib Abdurrahman bin Abdullah bin Muhammad al-Habsyi adalah kelahiran Petak Sembilan Semarang, seorang bangsawan yang kaya dan ulama terkenal saat itu. Ayahnya kemudian pindah ke Jakarta dan menikah dengan Nyai Salmah binti Haji Ali, seorang putri Betawi asli yang berasal dari Mester Pulo (Jatinegara sekarang).

Habib Ali Al Habsyi dan KH. Ahmad Marzuqi (Guru Marzuqi) adalah salah satu tokoh penting dibalik berdirinya Nahdhatul Ulama (NU) di tanah Betawi. Ketika belajar di Makkah, Guru Marzuqi berteman dengan KH. Hasyim Asy'ari. Guru Marzuqi langsung tertarik ketika mendengar bahwa temannya, KH. Hasyim Asy'ari mendirikan NU di Jawa Timur. Namun, sebelum memutuskan untuk mendirikan NU di Jakarta, Guru Marzuqi pergi ke Jombang, Jawa Timur untuk mengetahui visi misi dan ajaran NU. Begitu mengetahui bahwa NU memiliki kepahaman yang sama dengan masyarakat Betawi di bidang aqidah Islam Ahli Sunnah Wal Jama'ah dan setelah bermusyawarah serta meminta restu Habib Ali Al Habsyi, maka Guru Marzuqi mendeklarasikan NU pada tahun 1928 di Jakarta dan ia sebagai Rais Syuriah hingga wafat pada tahun 1934.

Habib Ali Al Habsyi lalu memerintahkan segenap murid=muridnya untuk membantu perjuangan NU dan terjun langsung dalam organisasi tersebut. Murid-murid Habib Ali banyak sekali, bahkan boleh disebut hampir sebagian besar ulama NU dan Betawi berguru kepada Habib Ali, di antaranya Muallim Thabrani Paseban, KH. Abdul Hadi Pisangan, KH. Zayadi Muhajir Klender, KH. Thohir Rahili Bukit Duri, KH. Abdurrazak Makmun, KH. Ismail Pedurenan, KH. Muhammad Naim Cipete, KH. Abdul Rasyid Ramli, KH. Rahmatullah Shidiq, KH. Syafi'i Hadzami, Dr. KH. Nahrawi Abdul Salam, dan lain-lain.

Hubungan antara Habib Ali dengan murid-muridnya cukup menarik dan romantis. Pada saat Pemilu 1955, Habib Ali kendati tidak memperlihatkan berpihak pada salah satu partai dan tidak pernah mengemukakan pilihannya pada orang lain, tetapi ia lebih dekat dengan Nahdhatul Ulama (NU). Ketika NU mengadakan Muktamar di Gedung Olahraga Lapangan Ikada (Monas) Jakarta, Habib Ali diminta membaca do'a. Ia juga banyak memiliki murid-murid orang NU, termasuk Ketua Umumnya saat itu, KH. Idham Khalid yang kerapkali datang ke masjidnya. Sedangkan KH. Abdullah Safi'i yang saat itu masih muda dan gagah menjadi tokoh Partai Masyumi. Pada Pemilu 1955 di Jakarta, NU dan Masyumi saling bersaing merebut massa pemilih. Kendati berbeda partai, tidak mempengaruhi hubungan antar guru, murid, dan sesama murid. Ada beberapa ulama Betawi kendati bermadzhab Syafi'i dan berfaham Ahli Sunnah Wal Jama'ah, tetapi menjadi aktivis Masyumi, seperti KH. Nur Ali, dan lain-lain.

Hubungan Habib Ali Al Habsyi dengan para pendiri NU terjalin dengan baik. KH. Hasyim Asy'ari dan KH. Wahab Hasbullah jika berada di Jakarta, maka hampir dipastikan bersilaturrahim ke rumah Habib Ali Al Habsyi atau mengikuti pengajian Minggu pagi di Majelis Taklim Habib Ali Al Habsyi. Silaturrahim juga dilanjutkan oleh anak dan cucu KH. Hasyim Asy'ari, seperti KH. Wahid Hasyim yang sering berkunjung ke Kwitang dengan mengajak anaknya, KH. Abdurrahman Wahid atau Gus Dur yang masih kecil saat itu. Bahkan Gus Dur saat kecil sempat "ngalap berkah" dengan membaca dan menghatamkan beberapa kitab kecil di hadapan Habib Ali dan disaksikan oleh ayahnya Gus Dur, KH. Wahid Hasyim. Maka tak heran ketika Gus Dur menjadi Presiden RI masih sering berziarah ke makam Habib Ali Al Habsyi dan menghadiri pengajian di Majelis Taklim Kwitang.

Habib Ali Al Habsyi juga sangat dekat dengan H. Abdul Manaf bin H. Muhammad Jabbar, tokoh NU dan pengusaha Betawi yang tinggal di Batu Tulis Jakarta Pusat. H. Abdul Manaf di samping sahabat dan murid Habib Ali juga kakek dari Dr. Ing. H. Fauzi Bowo, Mantan Gubernur DKI Jakarta dan nMantan Ketua PWNU DKI Jakarta.

Pada Ahad 20 Rajab 1388 H atau 13 Oktober 1968 M sekitar pukul 20.45 WIB, Habib Ali Al Habsyi wafat dalam usia 102 hijriah atau 99 tahun masehi dan dimakamkan di samping Masjid Ar Riyad, Jalan Kembang VI, Kwitang, Jakarta Pusat.

Alfaatihah.... Kirimkanlah do'a untuk beliau.

Ditulis oleh Ahmad Fadli HS. (Ketua GP Anshor Jakarta Pusat)
Jum'at, 15 Desember 2017

Adam Smith

Adam Smith lahir di kota Kirkcaldy, Skotlandia, tahun 1723. Waktu remaja dia belajar di Universitas Oxford. Dari tahun 1751 sampai 1764 dia menjadi mahaguru di Universitas Glasgow. Selama di situlah dia menerbitkan buku pertamanya: Theory of Moral Sentiments, yang mengangkat dirinya ke tengah-tengah masyarakat intelektual. Puncak kemahsyurannya terutama terletak pada buku karya besarnya: An Inquiry Into The Nature and Causes of The Wealth of Nations yang terbit tahun 1776.

Adam Smith bukanlah orang pertama yang mengabdikan diri pada teori ekonomi, dan gagasan-gagasannya yang terkenal bukanlah asli keluar dari kepalanya. Akan tetapi, dialah orang pertama yang mempersembahkan teori ekonomi yang sistematik dan tepat sebagai dasar bertolak untuk kemajuan bidang itu di masa depan. Atas dasar alasan itu, layaklah dianggap bahwa The Wealth of Nations merupakan pangkal tolak dari penelitian modern politik ekonomi.

Smith dengan gigih menekankan bahwa peningkatan produksi dapat dicapai lewat pembagian kerja yang tepat. Dia menolak semua peraturan pemerintah yang usang dan campur tangannya serta hambatan-hambatan yang menghalangi perkembangan dan perluasan industri. Smith percaya pada sistem perdagangan bebas dan menentang keras harga tinggi. Pada dasarnya dia menentang keras campur tangan pemerintah di bidang bisnis dan pasar bebas. Campur tangan ini, kata Smith, hampir senantiasa akan mengakibatkan kemerosotan efisiensi ekonomi dan ujung-ujungnya akan menaikkan harga.

Sejak teori ekonomi berkembang pesat sesudah masa Smith, dan beberapa gagasannya tergeser oleh pendapat-pendapat lain, sangatlah mudah mengecilkan arti penting Adam Smith. Meski begitu, fakta menunjukkan, dialah pemula dan pendiri tokoh ekonomi sebagai suatu studi yang sistematis, dan dia sesungguhnya tokoh terkemuka dalam sejarah pemikiran manusia.

Source: 
  • Diolah dari www.adamsmith.org
  • Buku ajar Matematika, EKSIS (Efektif untuk Kegiatan Siswa)

Di Indonesia Pahlawan, di Singapura Penjahat

Oleh Moh. Hibatul Wafi

Perpustakaan Hibah - Sempat kita membicarakan perbincangan beberapa waktu silam, seorang sosok yang dikenal sebagai penjahat di negara yang dijuluki sebagai Kota Singa. Ya, dia itu adalah pahlawan tangguh kita yaitu Kopral Anumerta Harun Said, lahir di Pulau Bawean, Kabupaten Gresik, Jawa Timur pada tanggal 4 April 1947, yang kemudian meninggal umur 21 tahun di Singapura pada tanggal 17 Oktober 1968. 

Kopral ini adalah salah satu dari dua anggota KKO (Korps Komando Operasi; kini disebut Marinir) Indonesia yang ditangkap di Singapura pada saat terjadinya Konfrontasi dengan Malaysia. Bersama dengan seorang anggota KKO lainnya bernama Usman, ia dihukum gantung oleh pemerintah Singapura pada Oktober 1968 dengan tuduhan meletakkan bom di wilayah pusat kota Singapura yang padat pada 10 Maret 1965 (Pengeboman MacDonald House). 

Atas jasa-jasanya kepada negara, Kopral KKO TNI Anumerta Harun bin Said alias Thohir bin Mandar (Anggota Korps Komando Angkatan Laut Republik Indonesia) dianugerahi gelar Pahlawan Nasional berdasarkan Surat Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 050/TK/Tahun 1968 tanggal 17 Oktober 1968. Ia dimakamkan di Taman Makam Pahlawan (TMP) Kalibata, Jakarta Selatan.

Motivator Muda Ternama di Asia

By : Melki Amirus Soleh*

Siapa sangka mahasiswa Jurusan Komunikasi Penyiaran Islam (KPI) Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi, itu kini menjadi motivator muda ternama di Asia. Edvan M Kautsar tak hanya berbakat, tapi juga sangat inspiratif bagi generasi zamannya.

Karirnya sebagai motivator sudah dimulai sejak Edvan berusia 14 tahun. Bermula sebagai motivator dan entrepreneur di sekolahnya, lalu ditekuni hingga sekarang. Berkat ketekunannya itu, ia pun pernah dikukuhkan sebagai The Youngest Motivator of Asia saat acara Entrepreneur Festival atas prestasi sebagai motivator yang membuka kelas seminar dan pelatihan sejak duduk di bangku kelas 2 SMP. "Ini pengalaman yang luar biasa bagi saya," ujar mantan Direktur Golden IDE itu.

Tak hanya sebagai motivator termuda, ia juga kini mulai merambah dengan menulis buku. Buku pertamanya yang sudah terbit berjudul Dream Come True langsung menjadi best seller di pasaran. Buku yang berisi empat kunci mengejar kesuksesan dalm hidup itu, diambil dari pengalaman jatuh bangun dirinya dalam mengejar cita-cita hingga mencapai kesuksesannya sekarang.

"Buku Dream Come True merupakan percikan kisah perjalanan hidup dan karir saya," ungkap sebagai pengisi program Yok Kite Bisnis di salah satu radio di Jakarta itu.

Kini, di usianya yang masih muda, Edvan telah banyak mengisi acara pelatihan di mancanegara, seperti Arab Saudi, Uni Emirat Arab, Malaysia, dan Singapura, termasuk di Indonesia. "Ini merupakan bagian dari nikmat bersyukur," kata pendiri usaha jajanan kuliner "Dimsum Kautsar" tersebut.

*Pernah dimuat dalam Buletin Mahasiswa dan Alumni PRESTASI Inovatif dan Kreatif - Vol. 03/September-Desember 2014 Hal. 3

Mahasiswi Sastra Inggris Hafal 30 Juz

By : Rahma Sari*

Banyak mahasiswa UIN Jakarta yang memiliki kemampuan menghafal al-Qur'an, salah satunya Satilah Fitrianti (23), mahasiswi Jurusan Bahasa dan Sastra Inggris Fakultas Adab dan Humaniora semester 7. Konon ia mulai belajar menghafal sejak kelas 1 SMP saat tinggal di Pesantren Al-Amin, Prenduan, Sumenep, Madura.

Menghafal al-Qur'an itu gampang-gampang susah. Selain harus memiliki waktu cukup, kemauan dan niat beribadah yang bulat juga menjadi faktor penentu. Hal itu pula yang dialami Fitri, panggilan akrab Satillah Fir\trianti, saat dirinya berniat ingin menghafal al-Qur'an 30 juz.

"Saya menghafal al-Qur'an dimulai dari ikut lomba tahfidh pada Musabaqah Tilawatil Qur'an (MTQ) cabang satu juz," katanya. Kemampuan Fitri menghafal al-Qur'an di antaranya juga karena ikut program takhashshus tahfidh di pesantren tersebut.

Untuk menghafal al-Qur'an, Fitri memang harus pintar-pintar membagi waktu. Biasanya, saat menghafa, ia selalu sempatkan jika ada waktu luang, kapan dan dimana pun.

"Awalnya saya cuma hafal satu juz dan terselesaikan selama 10 hari. Itu pun karenakebetulan ada lomba MTQ. Nah, setelah tinggal di pesantren, saya hafalkan semuanya, yakni 30 juz," ujar dara cantik kelahiran Palembang, Sumatera Selatan, 17 April 1991, ini.

Menurut Fitri, tak semua santri di pesantren itu wajib hafal 30 juz. Semua disesuaikan dengan kemampuan. Jika tak mampu menghafal 30 juz, ia masuk program kelas terbatas dan hanya wajib hafalan 15 juz saja.

Fitri mengatakan, agar dapat menghafal al-Qur'an dengan mudah, syarat lain harus paham bahasa Arab, karena al-Qur'an ditulis dalam bahasa Arab. Selebihnya harus ada mood dan konsisten dengan waktu.

"Jika tidak ada mood, sulit untuk cepat menghafal. Karena itu sangat tidak dianjurkan saat bad mood untuk menghafal, sebab hasilnya pun tak akan maksimal," tuturnya.

Berkat kemampuan menghafal al-Qur'an 30 juz itu pula, Fitri kemudian dianugerahi penghargaan"Student Achievement Award 2014" oleh UIN Jakarta pada 29 November 2014 di Auditorium Harun Nasution.

*Pernah dimuat dalam Buletin Mahasiswa dan Alumni PRESTASI Inspiratif dan Inovatif - Vol. 03/September-Desember 2014.

Memupuk Kepedulian pada Sesama

Ditulis oleh Agita Surya Pertiwi*

Kecintaan Ranny Junita Amalia (23), terhadap dunia pendidikan dan anak-anak dhu'afa sudah lama tertanam. Hal itu pula yang melatarbelakangi dirinya mau menjadi relawan sosial, yakni mengajari anak-anak kurang mampu untuk belajar membaca dan menulis di Kelas Oki di kawasan Bintaro, Tangerang Selatan.

Ya, di tempat inilah, setiap Sabtu, Ranny rutin memberikan bimbingan tentang berbagai hal terhadap anak-anak putus sekolah. Tak hanya mengajarkan tentang pengetahuan, ia juga mengajak anak-anak lebih kreatif lagi, misalnya membuat berbagai keterampilan dari barang bekas.

"Saya mengajarkan banyak hal, misalnya membuat kerajinan dari limbah rumah tangga atau industri, serta memberi tahu bagaimana menjaga lingkungan dengan baik, termasuk cara mencuci tangan yang benar," ujar mahasiswi Jurusan Pendidikan Bahasa Inggris Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan semester 9 ini.

Menurut wanita kelahiran Jakarta ini, dirinya menjadi relawan sosial sejak semester lima. Selain menjadi tenaga pengajar, ia juga menjadi relawan dalam berbagai tugas kemanusiaan, seperti penanganan banjir, kebakaran, dan kegiatan sosial di Dompet Dhuafa.

Berkat kepeduliannya pada sesama itulah, ia kemudian diberi penghargaan "Student Achievement Award 2014" oleh UIN Jakarta pada 29 November 2014. "Saya senang dan bahagia menerimanya," ungkap Ranny dengan mata berkaca-kaca.

*Artikel ini diperoleh dari Buletin Mahasiswa dan Alumni PRESTASI UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Vol. 03/September-Desember 2014.

Penyanyi Solo Idola Nasyid Indonesia

Oleh Irfan Ma'ruf*

Awal karir penyanyi solo ini yang bernama TB Ahmad Akbar Al-Qadly dimulai sejak ia duduk di kelas dua MAN 2 Bogor, Jawa Barat. Saat itu ia diajak temannya untuk bermain musik Akapela (musik dengan mulut). Bersama dengan delapan orang dalam satu grup, saat pertama kali mengikuti lomba ia mampu meraih juara pertama mewakili sekolah. Dari juara itulah hingga dirinya kemudian menggeluti nasyid, terutama saat masuk Solid Vois, grup nasyid Asosiasi Seni Islam MAN 2 (ASIMA) Bogor.

"Kami sering mengikuti lomba dan selalu juara. Diantaranya Festival Nasyid Pemuda Indonesia (FNPI) yang masuk sembilan besar dari 40 peserta," ungkap mahasiswa Jurusan Bahasa dan Sastra Arab (BSA) Fakultas Adab dan Humaniora ini.

Satu tahun setelah masuk di dunia kampus, tepatnya semester dua, ia kembali meraih juara ketiga tingkat nasional pada ajang Festival Timur Tengah (FTT) 2012 di Universitas Indonesia, Depok, pertengahan April 2014. Saat itu ia tampil mewakili UIN Jakarta kategori lagu Arab.

Selain itu, Ahmad juga pernah menjadi duta Radio Republik Indonesia (RRI) Bandung lomba nasyid tingkat nasional di Ternate. Di tahun 2014 ini, dia kembali membawa nama UIN Jakarta dengan mendapat juara pertama saat grand final menyanyi nasyid kategori solo di "Islamic Book Fair", Senayan, Jakarta. Ia mengalahkan peserta dari Sekolah Tinggi Akuntansi Negara (STAN) Jakarta yang menduduki juara kedua.

"Karena juara, saya kemudian diminta menjadi bintang tamu di acara Indonesia Islamic Book Fair tersebut," jelas Akbar pada saat diwawancarai.

*Artikel ini diperoleh dari Buletin Mahasiswa dan Alumni PRESTASI UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Vol. 03/September-Desember 2014.

Lima Asosiasi Keraton

Oleh Mohammad Hibatul Wafi Albadruzzaman*

Pada saat menjelang lokakarya yang lalu di Hotel Grand Cempaka, muncul sosok Raja Maluku XIV yang saat ini dipimpin oleh Ukulatu ML Raja Samu Samu VI, dimana beliau sangat dikenal oleh kalangan kerajaan di Indonesia. Saat bertemu di acara tersebut, beliau sangat antusias terhadap Lokakarya Festival Agung Keraton Sedunia (World Royal Heritage Festival) tahun 2014. Persiapan ini sangat penting guna kelancaran acara FAKS 2015 mendatang, yang rencananya akan digelar di Jakarta.

Beliau juga mengungkapkan sejarah kerajaan Maluku sampai terbentuknya asosiasi keraton di Indonesia. Mulai dari awal berdirinya kerajaan Maluku tahun 1976 dipimpin oleh Raja I, pemimpin ini sangat ekstrimis ketika melawan para penjajah Belanda. Sebelumnya pada tahun 1527, kerajaan ini pernah membantu kerajaan Ternate.

Asosiasi keraton yang berada di Indonesia saat ini hanya ada 6 asosiasi, diantaranya sebagai berikut:
  1. Badan Pengurus Silaturahmi Nasional Raja dan Sultan Nusantara (BP Silatnas).
  2. Forum Komunikasi dan Informasi Keraton Se-Nusantara (FKIKN).
  3. Forum Silaturahmi Keraton Nusantara (FSKN).
  4. Yayasan Raja dan Sultan Nusantara (Yarasutra).
  5. Asosiasi Kerajaan dan Kesultanan Indonesia (AKKI).
BP Silatnas saat ini diduduki oleh Raja Samu Samu VI selaku Sekretaris Jenderal. Asosiasi ini ternyata memiliki badan hukum resmi yang telah diaktekan oleh pihak notaris sejak tanggal 18 Desember 2008 dan sekaligus menjadi kegiatan Silatnas yang pertama. Kemudian pada 7 Agustus 2009, BP Silatnas baru dibuka resmi oleh Susilo Bambang Yudhoyono (mantan Presiden) di Istana Merdeka.

Adapun Silatnas ke-II telah diadakan pada tahun 2011 di Bandung. Sedangkan Silatnas ke-III diadakan di Malang pada 22 s/d 24 Juni 2013. Dan kemudian akan digelar kembali Silatnas yang ke-IV pada 27 April s/d 1 Mei 2015 mendatang di Puri Agung Klungkung Bali, pada Silatnas IV ini akan dibuka oleh Panglima TNI, yang juga akan mengisi sebagai narasumbernya.

FKIKN dipimpin oleh Sekretaris Jenderal yang bernama Gusti Moen' atau sering disebut GKR, dan nama aslinya adalah Koes Muriyah Wardan Sari Gusti Mung. Pada tahun 1996 silam, Festival Keraton Nusantara pernah diadakan dan sekarang sudah menjadi agenda kegiatan 2 tahun sekali.

FSKN sendiri dipimpin oleh Raja Denpasar IX sebagai Ketua Umum, badan organisasi ini telah mempunyai akte notarisnya. Menurut Raja Samu Samu VI, asosiasi ini terpecah menjadi 2 bagian, yakni FSKN dan FSK Se Nusantara karena adanya konflik internal. FSK Se Nusantara dipimpin oleh Ketua Umum yang bernama Sinuhun Tedjo Wulan.

Aosisasi selanjutnya adalah Yarasutra (telah berakta) dipimpin oleh Sultan Mahmud Iskandar Badaruddin (Sultan Palembang) selaku Ketua Umum. Dan asosiasi terakhir adalah AKKI diketuai oleh Executive National bernama Lalu Parma Padmanegara.

*Saat bertemu dengan Raja Samu Samu VI di ruang Semanggi VIP Hotel Grand Cempaka, Jakarta Pusat.

Rencana Kegiatan Bidang Rohani

Oleh Imam Wahyono

Imam Wahyono adalah seorang pengurus RT 17 di daerah Ciledug pada periode 2011 s/d 2013, beliau merencanakan program kegiatan yang sangat bermanfaat bagi masyarakatnya, diantaranya sebagai berikut:
  1. Memberantas buta huruf arab (membaca Al-Qur'an), bagi warga yang belum bisa atau memperbaiki bacaan mohon keikhlasan untuk tidak malu belajar, Insya Allah kami siap membantu dan dirahasiakan.
  2. Pengajian gabungan dengan taklim ibu-ibu pada acara-acara tertentu selain yang sudah berjalan (Tarhib dan Halal Bil Halal).
  3. Adanya upaya mendorong bapak-bapak untuk bisa hadir dalam taklim rutin jum'atan.
Begitulah yang disampaikan oleh beliau, semoga bisa menjadi agenda kita bersama.
Wassalamu'alaikum wr wb.

Nabila JKT48

Pasti semua orang sudah pada tahu dengan Girlband Indonesia JKT48, girlband yang kini namanya sedang naik daun di belantika musik Indonesia. Seperti halnya AKB48 girlband asal negeri sakura Jepang, yang namanya lebih dulu dikenal, JKT 48 terdiri dari banyak personil. Salah satunya adalah Nabila, pemilik nama lengkap Nabilah Ratna Ayu Azalia ini, bisa dibilang salah satu personil yang paling imut dan menggemaskan.

PROFIL
  • Nama Lengkap : Nabilah Ratna Ayu Azalia
  • Nama Panggilan : Nabila JKT48
  • Tanggal Lahir : 11 November 1999
  • Golongan Darah : B
  • Zodiak : Scorpio
  • Tinggi Badan :148cm
  • Julukan : Ayu-chin
  • Twitter : @nabilahJKT48
Nabilah Ratna Ayu Azila, itulah nama lengkap dari salah satu personil JKT48 yang cantik dan imut ini. Di usianya yang sangat belia ini, dia berhasil menjadi artis terkenal di Indonesia, dengan menjadi bagian dari JKT48. Gigi gingsul-nya, adalah salah satu ciri khas dari Nabila, wajah imut dan cantik sungguh membuat orang-orang tertarik melihatnya.

FOTO



Soeharto Pernah Ditampar Kopassus

Kolonel Alex Evert Kawilarang
(Bapak Kopassus yang tampar Soeharto)
Di zaman Belanda, Alex mengikuti pendidikan perwira Koninklijk Militaire Academie (KMA) di Bandung. Sebenarnya KMA Bandung merupakan sekolah perwira darurat karena saat itu Belanda telah dikuasai Jerman dalam perang dunia II. KMA Breda di Belanda pun tutup.

Alex tak lama menjadi perwira Koninklijke Nederlands Indische Leger (KNIL), atau Tentara Kerajaan Hindia-Belanda. Tahun 1942, Jepang keburu masuk dan KNIL dibubarkan. Walau begitu dia tercatat sebagai satu dari sedikit orang Indonesia yang bisa menjadi perwira KNIL.

Setelah Indonesia merdeka tahun 1945, Alex bergabung dengan TNI. Awalnya dia menjadi perwira penghubung dengan pasukan Inggris. Karirnya terus merangkak naik. Kawilarang dipercaya memimpin ekspedisi TNI menumpas berbagai pemberontakan di hari-hari awal republik. Mulai dari Operasi Penumpasan Pemberontakan Andi Azis di Makassar, pemberontakan Republik Maluku Selatan (RMS), dan Pemberontakan Kahar Muzakkar di Sulawesi Selatan.

Pengalaman menumpas berbagai pemberontakan ini yang membuat Kawilarang berfikir perlunya Indonesia memiliki pasukan kecil dengan kemampuan tempur hebat. Kawilarang begitu kagum akan kemampuan musuhnya, pasukan baret merah dan hijau Belanda dari Korps Speciale Troepen. Dia banyak berdiskusi dengan Letkol Slamet Riyadi soal pembentukan pasukan elite ini.

Pada 1951-1956, Kawilarang diangkat sebagai Panglima Komando Tentara dan Territorium VII/Indonesia Timur (TTIT) di Makassar. Nah saat itu Kawilarang melapor pada Presiden Soekarno bahwa kondisi Makassar sudah aman. Tapi Soekarno malah menunjukkan radiogram yang memberitakan Makassar diserang pasukan KNIL.

Kawilarang mencari Komandan Brigade Mataram Letkol Soeharto yang bertugas menjaga Kota Makassar. Dia kesal melihat anak buah Soeharto malah melarikan diri.

"Lelucon apa ini," kata Kawilarang pada Soeharto. "Plak!" Soeharto pun ditampar.

Saat menjabat Panglima TT III/Siliwangi, Kawilarang merintis pembentukan Kesatuan Komando Territorium III (Kesko TT-III) Siliwang bulan April 1951. Kesatuan inilah yang kelak menjadi Kopassus.

Walau merintis pasukan elite tersebut, baru tahun 1999 Kawilarang diterima menjadi warga kehormatan Kopassus. Hal ini baru bisa dilakukan setelah Soeharto lengser.

Kawilarang pernah dianggap bersalah telah menyebrang ke pihak PRRI/Permesta yang saat itu memberontak pada pemerintah Jakarta. Tapi Soekarno kemudian mengeluarkan abolisi walau memberikan sanksi Pangkat Brigjen Kawilarang diturunkan menjadi Kolonel. Kawilarang kemudian memilih mengundurkan diri dari TNI. Padahal bersama Nasution, Kawilarang banyak memberikan saran dalam membangun TNI.

Saat Orde Baru hubungan Kawilarang dan Soeharto tetap kurang harmonis. Soeharto rupanya belum lupa pernah ditempeleng. Maka Kawilarang hidup sebagai pengusaha. Dia meninggal tahun 6 Juni 2000, pada usia 80 tahun. Bapak Kopassus ini dimakamkan di taman makam pahlawan Cikutra, Bandung.

Diteruskan dari Facebook.

Teaternya Sang Politik

Ditulis Oleh Putu Wijaya / Budayawan

Egy adalah keturunan orang Bugis yang menjadi anggota Teater Mandiri sejak 1983, sampai kini masih tetap anggota Teater Mandiri meskipun sudah menjadi eksekutif muda yang berhasil dan calon anggota legislatif DPR RI Partai Golkar Daerah Pemilihan DKI Jakarta II (Jakarta Selatan, Jakarta Pusat dan Luar Negeri). Ia tetap mempraktekkan ethos kerja teater "Bertolak Dari Yang Ada", sehingga bergulat di lapangan becek, mengucurkan keringat, dalam segala kekurangan dan kesulitan baginya tak sulit.

Foto diambil dari akun FB Ya Asurandi A. Hamid - Egy sedang menikmati suasana di pinggir pantai.
Terlebih saat harus menyambangi sejumlah konstituennya yang berada di Malaysia, Jepang, Jerman, Perancis, Ceko, Belanda, Korea Selatan, Austria, Singapore, dan Australia untuk konsentrasi Dapilnya di Luar Negeri. Hal itu merupakan sebuah tantangan menyenangkan baginya. Ia sudah menyerap dan kini meyakini, dengan kerja keras di balik setiap kesulitan dan kemalangan selalu ada janji dan harapan. Karena itu ia percaya komunitas teater bukan hanya tempat bermain dan bertemu, tetapi juga mengasah dan menempa manusia menjadi mandiri, berdisiplin, punya arah dan paham bekerja sebagai sebuah tim.

Ambisi Egy untuk menjadikan teater sebagai kantong yang mengolah generasi muda Indonesia untuk siap pakai dalam membangun NKRI yang baru dan satu menjadi menarik. Kehidupan dan negara sendiri adalah sebuah panggung teater yang memerlukan pekerja-pekerja yang ulet, setia dan terlatih. Tak hanya cerdas, tetapi juga bijak, gesit dan memiliki kepekaan yang tinggi pada kemanusiaan. 

Teater yang mencakup hampir seluruh cabang kesenian dan juga berbagai aspek dari disiplin lain (psikologi, filsafat, sejarah, politik, hukum bahkan ekonomi dan sebagainya) akan menjadi bengkel pelatihan bukan saja bagi mereka yang ingin menjadi pekerja teater, tetapi seluruh kemungkinan profesi dari kelas pekerja maupun pemimpin.

Begitu pula Egy yang melatari karirnya sebagai penulis lepas di sejumlah surat kabar, yang kemudian secara resmi bergabung di sebuah harian umum lalu berpindah ke sebuah tabloid mingguan dengan jabaran terakhirnya redaktur Pelaksana. Dulu di sela tugas-tugas jurnalistik, Egy juga menulis cerpen, puisi, essay dan lain-lain. Prestasi atas kreativitasnya juga telah ia buktikan dengan memenangi lomba penulisan essay Diplomasi Kebudayaan Indonesia-Amerika dalam rangka KIAS pada tahun 1987 serta menulis buku antara lain Srikandi : Sejumlah Wanita Indonesia; Top Eksekutif Indonesia; dan Top Pengusaha Indonesia. 

Bila saja Egy punya kesempatan dan berhasil konsisten dengan mimpinya yang indah dan menyala-nyala ini, kita mungkin dapat sedikit menolong menyelamatkan generasi muda dari jilatan neraka kehidupan yang terjulur dari liang narkoba. Dan itu pasti akan terjadi kalau kita memberi dia kesempatan sekaligus menjaga langkah-langkahnya agar tidak terjerumus ke arah yang keliru, mengingat dunia politik memilik seribu peta buta.

Informasi lebih lanjut silahkan klik link EGY MASSADIAH.

Mantan Ketua PPI MA DKI Ikut Pemilu 2014

 
Abdul Azis Khafia lahir di Cidodol Kebayoran Lama Jakarta pada 23 November 1975 dari pasangan KH. Muhammad Sholeh dan Siti Yayah Maersaroh, kabarnya masih keturunan Sunan Gunung Jati atau Syarif Hidayatullah dari garis ibunya, sedang dari ayahnya adalah Betawi Kebayoran dikenal sebagai guru ngaji di kampungnya. Masa kecilnya dihabiskan seperti kebanyakan anak Betawi Kebayoran lainnya, yang senang mandi di kali dan main bola diwaktu sore.

Pendidikan formalnya dimulai dari Sekolah Dasar Negeri 10 Pagi Grogol Selatan Jakarta, dilanjutkan ke SMPN 66 Kebayoran Lama Jakarta Selatan, MAN 4 Pondok Pinang Jakarta, Universitas Islam Assyafi’iyah (UIA) Fakultas MIPA, Jurusan Biologi (S1), S2 Ilmu Komunikasi di UPI YAI Jakarta dan S3 nya di Universitas Padjajaran (UNPAD) Bandung.

Pendidikan non formal yang sempat diikutinya adalah; Achievement Motivation Training (AMT), National Research Camp, Basic Training in Student Leadership of UIA, Preliminary National Defense Education, Training in Environmental Presentation of Bird Life, Training in Leadership of Neighborhood Youth Association of DKI Jakarta, Training of Trainer (TOT) in Human Rights (HAM), LEMHANAS PEMUDA tingkat Nasional Tahun 2007, aktifis tahun 1998 ini juga hobi mengoleksi buku-buku langka dan rajin menghadiri berbagai kajian ilmiah.

Pengalaman organisasi; Ketua Umum Purna Paskibraka Indonesia Madrasah Aliyah (PPI MA) DKI Jakarta 2002-2007, Ketua Garda Muda Merah Putih (GMPP) DKI Jakarta, Wakil Sekjend BAMUS Betawi, Ketua Umum Forum Pemuda Betawi (FPB), Ketua Senat FMIPA UIA 1997, Ketua III (hubungan luar negeri) DEMA UIA Tahun 1998, Anggota Majelis Ulama Indonesia Jakarta Timur, Ketua dari Forum Bersama Untuk Satu (FB-1), LITBANG Lembaga Pengelola Perkampungan Budaya Betawi (PBB) Setubababkan, wakil Sekretaris KNPI Prop DKI Jakarta dan Komisi Agama DPP KNPI. Dari aktifitas berorganisasi inilah yang mengantarnya sempat melakukan lawatan ke beberapa Negara ASEAN diantara; Malaysia dan Singapura (2006), Thailand (2007) dan Brunei Darussalam (2008), Hongkong dan Macau (2011)

Prestasi yang pernah dicapai dan pengalaman pekerjaannya adalah; ia pernah menjuarai Lomba Pidato Lingkungan hidup Tahun 1993 di IAIN Jakarta, Juara pertama Lomba Khotib Jum’at, bagi Siswa Madrasah Aliyah Se-DKI Jakarta, Juara Pertama Lomba Pidato Nasional Tahun 1998 yang diselnggarakanoleh OXFORD. Meski tidak bercita-cita menjadi seorang guru tetap jalur hidupnya membawanya dalam dunia pendidikan, Selepas Aliyah ia sudah menjadi Guru Fisika di MTs Al Ukhuwah Slipi Jakarta Barat, saat masih kuliah mengajar privat dan mengajar Biologi di SMU Budaya Kelender Jakarta dan beberapa SMP yang ada di Jakarta. Aktifitasnya kini selain sebagai pemberi testimony (ceramah agama) dan motivator di beberapa tempat wilayah Jakarta dan sekitarnya, juga sebagai penulis yang sedang melanjutkan program S3 nya di UNPAD Bandung.

Merdeka 100%

Oleh Dede Supriyatna*

Berapa hari yang lalu seorang teman berkata pada saya, ia mengungkapkan tentang kemerdekaan 100% yang digagas oleh Tan Malaka. Atas apa yang diungkapkannya, akhirnya kami tanpa sadar berdialog perihal tersebut.

Secara pribadi, saya kurang mengetahui pemikiran Tan Malaka, jadi wajar jika saya menanyakan perihal kemerdekaan 100% tersebut. Dari mempertanyakan maksud dari kemerdekaan 100%? Lalu secepat kilat teman saya menjawabnya, ia mengatakan bahwa dalam kemerdekaan 100% tak ada yang menginterpensi atau pun diinterpensi. Lalu kembali saya bertanya padanya, apakah sekarang kita sudah merdeka 100%? Secara tegas, ia menjawab belum. Sebab kita masih diinterpensi.

Selintas Panjang lebar ia menjabarkan tentang Indonesia, kita masih dijajah oleh pihak asing, dan kita masih dijajah oleh orang Indonesia sendiri, begitu banyak penjabaran darinya. Tapi,satu hal yang hendak saya simpulkan dari obrolan, yakni bagaimana ia berbicara tentang pengusaha asing yang berkerjasama dengan orang-orang Indonesia.

“Lantas solusinya bagaimana, agar kita terlepas dari penjajahan dan kita dapat merdeka 100%?” Sepertinya teman saya kaget dengan pertanyaan saya, lalu ia merenung untuk menjawabnya. Belum sempat ia menjawab, saya telah berkomentar kembali, mungkin Indonesia suka untuk dijajah dan tak mau merdeka.

Jika Indonesia suka untuk dijajah, lalu bagaimana mungkin kita dapat merdeka 100%. Kita lihat saja dari hal-hal yang terkecil, yakni makanan, dan minuman. Coba tengok saja beberapa orang yang secara sengaja datang ke KFC, atau sejenisnya, dan begitu juga dengan minumannya berapa orang yang datang untuk nongkrong di Seven Eleven, atau sejinisnya. Bukankah kita telah diinterfensi oleh makanan dan minuman tersebut. [Baca Selengkapnya]

Tak Ada Penyewa, Kami Hanya Berjualan

Oleh Angkringanwarta*

Kamis (5/6) dini hari, kira-kira waktu telah menunjukan pukul 03.00 WIB, secara tiba-tiba terdengar ketukan pintu terdengar begitu keras, dan sepertinya sedang tergesa-gesa. Saya pun terpaksa membukanya, sebab berharap pemilik rumah untuk membuka pintu tak kian kunjung. Setelah pintu terbuka dengan cepat ia berujar “mana ibu?” pernyataanya terasa begitu tergesa-gesa, dan diikuti dengan reaksiku yang secepat kilat aku membangunkan seorang sehabat yang merpukan pemilik dari rumah tersebut, ia masih tergelatak nyaman tak jauh dari keberadaan saya... Selengkapnya

*Sebuah media online.

Habis Dulu, Baru Mudik

Oleh Dede Supriyatna*

Makanan itu, mengingatkan saya tatkala masih duduk di Sekolah Dasar (SD). Saat sesorang memanggul sambil tangannya menggerakan sebuah kotak kaleng bekas minyak rambut lavender, di tengah kaleng tersebut terdapat tali yang mengikat besi kecil, sambil melangkahkan kaki, tangannya memeganggan bambu yang dijadikan pegangan keleng teresebut diputar-putar sehingga akan mengeluarkan bunyi hasil dari benturan antar besi kecil dengan kaleng tersebut.

kala suara itu terdengar, maka saya bersama teman-teman akan berlari menemuinya, biasanya untuk mendapatkan makanan tersebut, kami cukup dengan menukar benda-benda rusak yang dapat di daur ulang, atau dengan uang sebagai alat tukar untuk mendapatkan makanan itu.

Dan saat ini (27/8), saya dapati makanan tersebut di panggul oleh laki-laki kurus, umurnya telah mencapai 60 tahun. Laki-laki itu, memanggul kaleng, ada dua keleng yang dibawa olehnya, ke dua kaleng tersebut berukuran sama, untuk ukurannya tersebut hampir sama dengan kaleng kerupuk yang berada di warung-warung klontong, cuma untuk kaleng yang disini telah terdapat sedikit tambahan sehingga ukuran menjadi lebih besar.

Lalu ia letakan barang panggulannya, sambil mengucapkan sesuatu, bahwa ia hendak beristirahat. Ia amati sesaat kaleng-kaleng tersebut terdapat tulisan “harum manis.” Sebaris kata yang menunjukan nama makanan tersebut, makanan yang masih sama dengan yang beberapa tahun lalu, yakni rambut-rambut lengket, berwarna merah dan berasa manis, yang diapit oleh kerupuk tipis yang terasa renyah. Mungkin dari rasa manis tersebut, menjadikan orang-orang memangginya dengan sebutan harum manis.

Sesudah ia letakan kedua kaleng panggulannya, ia langkahkan kakinya mendekat sebuah tempat duduk yang terletak di samping gerobak rokok. Dari wajahnya terlihat bagaimana ia mengatur napas. Selang beberapa saat, “enggak mudik, pak?” kata-kata pertama yang saya lontarkan padanya. “Seandainya habis, saya baru akan mudik, masih banyak” ucapan yang terlontar darinya sebagai jawaban. Lalu ia tambahkan ungkapan saya berjualan di depan mall Giant yang terletak tak jauh dari terminal Lebak Bulus, dan untuk sampai ke tempat saya berjualan, saya menempuh waktu selama satu jam.” Seusai berujar, ia hisap dalam-dalam sebatang rokok kretek.

“Saya mulai berjualan kira-kira pukul 11.00 WIB, baru ke luar dari kontrakan dan sampai jam sekarang.” waktu HP, waktu telah menunjukan pukul 23.00 WIB. Sebuah kontrakan yang terletak di daerah Rempoa, tepatnya di kampung Setu. 

Untuk pendapatan dari hasil penjualan tersebut, tak menentu terkadang mendapatkan Rp 50.000,- , itu juga yang laku paling berapa, dan untuk sekarang yang laku baru sebanyak tujuh bungkus, untuk satu bungkus seharga Rp 7.000,- dan berisi beberapa keping harum manis.

Dari uang tersebut akan dipakai untuk kembali memebeli makanan tersebut, dan juga untuk memenuhui kebutuhan sehari-hari. Jadi belum cukup untuk mudik. Sebenarnya, saya sudah merasa kangen sama keluarga, di kampung halaman telah menunggu istri dan anak-anak ke dua anak saya. Pak Robi hanya melamunkan dirinya, seperti sedang menghanyal, lalu ia lanjutkan tentang seorang istri dan anak-anaknya. Sebenarnya saya telah mempunyai empat orang anak, anak laki-laki yang pertama meninggal saat masih bayi dan meninggal karena sakit, sedangkan yang kedua meninggal juga, saat ia sedang melahirkan anak. Dan yang tersisa anak laki-laki yang sedang duduk di kelas tiga Sekolah Menengah Pertama (SMP), sedangkan yang terakhir merupakan perempuan berumur 2 tahun.

Dari Brebes saya merantau ke Jakarta sekitar tahun '75-an, saat itu jalanan di pasar Jum’at yang tepat di hadapan kami belum seramai sekarang, dan masih kecil. Kendaraan yang masih ada, yakni oplet dan roda niaga.

Untuk sampai ke Jakarta dari kampung halaman saya, memakan waktu yang cukup lama, jika berangkat jam 06.00WIB, maka bisa sampai jam 21.00,an. Dan waktu itu, saya turun di terminal Polau Gadung, terminal pertama di Jakarta.

Untuk awal mula saya merantau saya mengikuti kakak saya berkerja sebagai sopir, dan karena dilarang oleh orang tua maka saya berjualan, saya berjualan sudah bermacam-macam dari rujak bebek, ketoprak, dan harum manis.

Malam pun semakin larut. Setelah merasa cukup untuk beristirahat ia pun letakan pundaknya di bawah sebelah bambu yang digunakan sebagai jembatan antar ke dua kaleng tersebut. Lalu ia angkat angkat bambu tersebut dengan pundaknya.

*Aktif menulis di Sosok Angkringanwarta.

Dianggap Teroris, 1,5 Jam diperiksa

Oleh Dede Supriyatna*

Tubuhnya tak terlalu tinggi, dengan tubuh berperawakan kurus. Jemarinya sedang asik menghisap sebatang rokok. Terkadang tatapannya kosong seperti sedang memikirkan sesuatu. dan sesekali, ia tak ragu untuk mengeluarkan senyuman. Begitulah kira-kira gambaran dari pemilik nama Yayan bun Yamin, seorang pemuda asal Tasikmalaya.

Ia meninggalkan kampung halamannya, guna mencari ilmu dan sekarang terdaftar sebagai mahasiswa Fakultas Ushulludin, UIN Jakarta. Selama perjalanan kuliah yang telah ditempuh, ia masih mencoba untuk berbagi dengan orang-orang kampung halamannya.

Apa yang dibagi ke warga kampung Tambak Baya, Desa Marga Laksana, Kecamatan Sukaraja, Kabupatan Tasik bukanlah sebuah uang, atau materi lainya, namun ia bersama dengan sahabat-sahabatnya dan juga siapa saja yang mau ikut untuk ngobrol bareng mengenai bacaan yang ada di dalam buku, atau bahasa lainya, yakni bedah buku. Apa yang dibedah dari buku tersebut, diharapakan kita dapat mempraktekkan apa yang ada di dalam buku.

Memang waktu itu, sebelum buku-buku yang dibedah kami ambil dari perpustakaan dengan nama Taman Bacaan Masyarakat (TBM) Cendikia yang sekarang telah mempunyai buku mencapai ratusan buku dari buku komik untuk anak-anak, cerpen, novel, agama, tafsir, pendidikan, pertanian, kesehatan, dan juga buku masak yang biasa dibaca oleh ibu-ibu. Selaian itu, dalam perpustakaan telah memiliki satu unit komputer.

Kira-kira satu tahun yang lalu saat TBM Cendikia awal hadirnya, tepatnya diresmikan pada tanggal 28 Okterber 2010. Dengan niatan awalnya kami hanya berharap bagaimana caranya agar masyarakat tak terlalu buta dengan ilmu pengatahuan. Dan salah satu yang menjadi alasan kami, yakni perasaan prihatin perasaan prihatin menyaksikan anak-anak SD sudah asik dengan berkerja yang tak jarang membuat mereka berhenti untuk melanjutkan pendidikannya.

Lalu saya coba obrolkan dengan ketiga sahabat, yakni Arta yang lulusan SD dan sekarang sudah berumah tangga, Budi lulusan SMP, dan juga Abdul lulusan Aliyah. Maka dari obrolan kecil, pada akhirnya kami menemukan kesepakatan untuk mebuat perpustakaan dengan mendiami kontrakan dengan harga sewa mencapai Rp 100.000,-.

“jangan tanya masalah uang sewa?” sebab untuk menutup dana sewa dan kebutuhan peralatan seperti pembuatan rak buka, dan lain-lainya. “kami menggunakan uang pribadi, masing-masing dari kami untuk mengeluarkan dana sebesar tiga puluh ribu perbulan”. Dan ketiga sahabat saya selain meraka sebagai donatur, mereka juga bertugas untuk menjaga perpustakaan secara bergiliri.

Sedangkan, mengenai bukunya sendiri digunakan buku yang saya miliki, dan untuk awalnya saya menghubungi beberapa lembaga, penerbit, dan segala macam untuk meminta bantuan dalam bentuk buku. Dan saya bersyukur dari proposal yang saya sebar, hanya Republika yang hingga kini belum memberikan buku.

Pernah suatu ketika, saat itu, kala musimg-musimnya bom buku. Dan certia ini adalah cerita yang begitu mengesankan diantara cerita-cerita yang lainnya, yakni saat saya dengan senang hati datang ke penerbit Kompas karena proposal pengajuan buku saya telah diterima. Akhirnya saya datang ke Kompas untuk mengambil buku yang telah disiapkan.

Lalu dari Kompas saya melanjukan perjalan sendiri ke Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) untuk menemui salah satu anggota dewan. Karena dari Kompas yang terletak di Palmerah tak ada kendaraan yang langsung ke DPR maka saya putuskan untuk berjalan kaki sambil memanggul kardus yang berisikan buku-buku.

Sesampainya di DPR dan kebetulan waktu itu, musim bom buku, akhirnya buku-buku yang berada di kardus diacak-acak untuk diperiksa. Setiap buku diperiksa sampai perlembar buku, sehingga memakan waktu 1,5 Jam. Dan setelah selesai diperiksa, saya harus merapihkan dan memaksukan buku satu-persatu ke dalam kardus kembali, mereka hanya mengacak-acak tanpa mau membantu merapihkan kembali. Mungkin mereka mengira saya adalah teroris, dan hal ini juga, membuat saya terlambat untuk bertemu dengan salah satu anggota dewan.

Tapi, entah mengapa saya menjalankan itu semua dengan rasa senang hati, mungkin rasa semangat untuk menciptakan pengetahuan di kampung halaman, meskipun teguran dari orang tua. Sebab tak lain, karena persoalan kuliah.

Memang pada semester V, kuliah saya sedikit terganggu, tapi saya telah dapat mengejar kuliah yang tertinggal. Dan untuk saat ini saya harus pulang ke Kampung halaman sebulan sekali untuk membahas bersama warga, dan terkadang kami membuat sesuatu bersama warga, semisal membuat es krim dari jagung untuk menu maupun caranya kami ambil dari buku.

Atas kami lakukan diharapkan menambahkan semangat membaca, memang mereka yang baca tidak kami pungut biaya sama sekali, jika ada diantara mereka yang hendak menjadi donator kami terima. tapi, yang jelas kami mempersilahkan siapapun yang datang untuk membaca tanpa dipungut biaya, mereka mau datang untuk membaca saja, saya sudah senang.

Dan untuk yang membaca telah mencapai telah rata-rata perhari pernah didatangi hingga mencapai 80 orang, bahkan pernah ada seorang yang mencari refrensi untuk skripsi ke TBM Cendikia.

*Aktif menulis di Angkringanwarta.

Kuliah, Peras Keringat Dulu

Oleh Ayip Tayana*

Pada akhir pekan, saat matahari masih malu-malu menampakkan sinarnya, orang-orang masih terlelap tidur, namun botol susu, tempat makan, dan botol minuman berbahan plastik itu sudah berbaris rapih seakan sedang upacara bendera. Tepat di belakang botol itu ada seorang pemuda bertopi coklat dengan sorot mata yang tajam.

Barisan benda plastik adalah itu, adalah barang dagangannya, Abdul Muis harus merapihkan barang sebelum para pembeli berdatangan. Pemuda kelahiran Cirebon 7 Januari, telah berjualan selama kurang lebih 2,5 tahun, bertempatkan di pasar Sandratex Ciputat Tangerang Selatan (Tangsel), yang memang kebetulan pasar itu, bukan pada hari Sabtu dan Minggu.

”Untuk lebih tepatnya, saya berjualan dimulai semenjak bulan Ramadhan 1431 H lalu” ujarnya sambil mengambil secangkir kopi yang ada disebelahnya. Hal ini harus ditempuhnya tak lain bertujuan untuk meneruskan pendidikan saya. Sekarang saya sudah semester VII, Jurusan Psikologi, UIN Jakarta.

Mungkin ini, jalan yang harus ditempuh untuk memenuhi biaya dan kehidupan sehari-hari, dan belajar mandiri. Awalnya, saya menjadi desain pada salah satu percetakan yang bertempat di Ciputat, waktu itu, saya masih semester II.

Namun, Pemuda yang ditinggal Ayahnya sejak duduk dibangku kelas 6 SD merasa kurang cocok dengan pekerjaan tersebut, sehingga diputuskan untuk memilih berdagang. ”Aku enggak betah diem, mas, inginnya gerak terus, ngadepin dengan computer, kan buat BT”.

Terkadang saat berjualan, ia ditemani oleh teman satu kampung yang kebetulan sama-sama kuliah di UIN Jakarta. Sahabat karibnya, yakni Eef juga telah berteman dari kecil. Sahabat karibnya, acapkali membantu berjualan.

Meskipun sebagian waktunya digunakan untuk memeras keringat, dan juga kuliah, ia juga merupakan seorang aktivis, hal ini terlihat dari kegiatanya yang mengikuti sebuah organisasi ekstra kampus dan pernah menjabat sebagai elit kampus.

Kedudukan sebagai elit kampus, membuat dia merasa malu untuk berterus terang perihal pekerjaannya sebagai pedagan kaki lima. Namun, dari kebiasaannya berjualan membuat dia membuang jauh-jauh rasa tersebut.

Meskipun, demikian ia tak menjadikan pribadi yang sombong dalam persahabatan, ia merupakan sahabat yang baik hati. Hal ini, diungkapkan Ayip salah satu teman kosan lainnya. Ayip menambahkan, semisal dalam persolan uang, ”Aku sering pinjam uang ke dia, tapi dia ga mau nagih.”

Bahkan ada keinginan untuk memeberikan hasil berjualan untuk orang tuanya, tapi untuk saat ini saya belum bisa. Dari hasil penjulan sendiri hanya cukup untuk kehidupan sehari-hari, dan sebisa mungkin saya tabung untuk kebutuhan kuliah.

Dan ia tambahkan jadwal jualannya bukan hanya pada pagi di hari Sabtu dan Minggu pagi, melainkan pada malam haripun ia berjualan di Jalan Jambu dan kampung Sawah, hal itu bermula dari seorang sesama pedagang yang menelepon.

*Aktif menulis di Angkringanwarta.