Monev Kinerja PNS Jakarta Timur 2023

Jakarta | Rabu, 20 Desember 2023 - Kepada yang terhormat, seluruh Pegawai Negeri Sipil (PNS) di Lingkungan Suku Dinas Pendidikan Wilayah I Kota Administrasi Jakarta Timur.

Pembuatan Pesan Izin GDPR

Rabu, 1 November 2023 - Admin berniat ingin membuka google adsense guna mengecek penghasilan dari adsense,...

Asphalt 9: Ares S1 Grand Prix - Greenland Coastal Ice

Senin, 16 Oktober 2023 - Setelah mencoba tes rekam video melalui software Clipchamp, akhirnya gw mencoba kembali merekam video game.

Claim Daily Events Asphalt 9

Senin, 16 Oktober 2023 - Testing record video pake software Clipchamp.

Penginputan EKIN Bulan Juli 2023

Selasa, 1 Agustus 2023 - Info PTK memberitahukan kepada seluruh PNS dan CPNS di lingkungan Dinas Pendidikan Provinsi DKI Jakarta.

PT. HIJAS LINE TUJUH TUJUH - HIJAS TRANS 77
Tampilkan postingan dengan label Farmasi. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Farmasi. Tampilkan semua postingan

Nebacetin Powder

COMPOSITION 

Each gram of NEBACETIN contains: 

  • 5 mg of neomycin sulphate (equivalent to 2.244 IU of neomycin base), 
  • 250 UI of bacitracin. 

PHARMACOLOGY 

NEBACETIN is a combination between antibiotics-neomycin and bacitracin. Research and mechanism show that bacteria cells attacked/destroyed with 2 ways, bacitracin delaying the biosynthesis of cell's wall and neomycin destroy genetic code and synthesis sequel of protein and germ. Hence, NEBACETIN works synergistically. 

Practical, NEBACETIN is not absorbed by skin neither mucous, so far topical use it is acceptable in high dose. Using NEBACETIN in high dose at the ulcer can prevent growth of resistant bacteria. Mechanism of NEBACETIN antibiotic can not be block by blood plasma, pus neither necrotic tissue. 

Basically, NEBACETIN indicated for all local skin and ucus infection. 

INDICATIONS 

Nebacetin Powder: 

Superficial bacterial infection of the skin, such as impetigo, varicose ulcers, pressures sores, tropic ulcers and burn. 

DOSAGE AND ADMINISTRATION 

Nebacetin Powder: 

  • Administration and dosage adults: 

Before use, the area for application should be cleaned gently. Debris such as pus or crusts should be removed from the affected area. A thin film of the ointment / a light dusting of the powder should be applied to the affected area up to three times/day depending on the clinical condition. Treatment should not be continued for more 7 days without medical supervision. 

  • Dosage in children: 

The adults dose is suitable for use in older children, however in infants dosage should be reduced. A possibility of increased absorption exists in very young children, thus ointment/powder is not recommended for use in neonatus. 

  • Dosage in renal impairment: 

Dosage should be reduced in patients with reduced renal function. 

WARNINGS AND PRECAUTIONS

  • Caution should be exercised so that the recommended dosage is not exceeded. 
  • Following significant systemic absorption, amynoglycoside such as neomycin can cause irreversible ototoxicity (and exacerbate existing partial nerve deafness); both neomycin sulphate and bacitracin have nephrotoxic potential. 
  • After a treatment course, administration should not be repeated for at least three months. 
  • In neonatus and infants, absorption by immature skin may be enhanced and renal function may be immature. 
  • In renal impairment the plasma clearance of neomycin is reduced, this is associated with an increased risk of ototoxicity, therefore, a reduction in dose should be made that relates to the degree of renal impairment. 
  • As with other antibacterial preparations, prolonged use may result in overgrowth by non-suspectable organism including fungi. 
  • Concurrent administration of other amynoglycosides is not recommended. 

CONTRAINDICATIONS 

  • In patients who have demonstrated allergic hypersensitivity to the product or any of its constituents, or to cross-sensitising substances such as framycetin, kanamycin, gentamycin and other related antibiotics. 
  • Patients with any degree of nerve deafness in circumstances in which significant systemic absorption could occur. 

ADVERSE EFFECTS 

  • The incidence of allergic hypersensitivity to neomycin sulphate in the general poopulation is low. However, there is an increased incidence of sensitivity to neomycin in certain selected groups of patients in dermatological practice particularly those with venous stasis eczema and ulceration. 
  • Allergic hypersensitivity to neomycin following topical application may manifest it self as a reddening and scaling of the effected skin, as an eczematous exacerbation of the lesion, or as a failure of the lesion to heal. 
  • Allergic hypersensitivity following application of bacitracin has been reported but is rare. 
  • Anaphylactic reactions following the topical administration of bacitracin have been reported but are rare. 
DRUG INTERACTIONS 

Following significant systemic absorption, neomycin sulphate can intensify and prolong the respiratory depressant effect of neuromuscular blocking agent. 

PRESENTATION 

NEBACETIN Powder 
Bottle of 5 g 
Registration No. DKL2140407324A1 

ON MEDICAL PRESCRIPTION ONLY 
HARUS DENGAN RESEP DOKTER 

Store below 30॰C 

Manufactured by: 
PT. Pharos Indonesia 
Jakarta - Indonesia 

For: PRIMA MEDIKA LABORATORIES, Tangerang - Indonesia

Ambroxol HCl

Komposisi:

Tiap tablet mengandung Ambroxol HCl 30 mg. Tiap 5 ml (sendok takar) sirup mengandung Ambroxol HCl 15 mg.

Cara Kerja Obat:

Ambroxol mempunyai sifat sekretolitik dapat mempermudah pengeluaran secret yang kental dan lengket di dalam saluran pernafasan.

Indikasi:

Sebagai sekretolitik pada gangguan saluran nafas akut dan kronis, khususnya pada eksaserbasi bronchitis kronis.

Dosis:

Tablet:

  • Dewasa dan anak di atas 12 tahun: 1 tablet, 2-3 kali sehari.
  • Anak usia 6-12 tahun: ¹/₂ tablet, 2-3 kali sehari.

Sirup:

  • Anak usia 6-12 tahun: 5 ml (1 sendok takar), 2-3 kali sehari.
  • Anak usia 2-6 tahun: 2,5 ml (¹/₂ sendok takar), 3 kali sehari.
  • Anak usia di bawah 2 tahun (¹/₂ sendok takar), 2 kali sehari.

Efek Samping:

  • Rekasi intoleran setelah pemberian Ambroxol pernah dilaporkan tetapi jarang.
  • Efek samping yang ringan pada saluran cerna pernah dilaporkan pada beberapa pasien.
  • Reaksi alergi dapat terjadi dalam keadaan yang jarang dan beberapa pasien yang terkena alergi juga menunjukkan reaksi alergi terhadap obat-obat lain. Reaksi yang ditemukan: pada kulit, pembengkakan wajah, dyspnoea, demam.
  • Tidak diketahui efeknya terhadap kemampuan mengendarai atau menjalankan mesin.
  • Gangguan sistem imun.¹
  • Gangguan kulit dan jaringan sub kutan.²

¹ Gangguan sistem imun:

  • Jarang: reaksi hipersensitif.
  • Frekuensi tidak diketahui: reaksi anafilaksi meliputi anaphylactic shock, angioderma, dan pruritus.

² Gangguan kulit dan jaringan sub kutan:

  • Jarang: ruam dan urtikaria.
  • Frekuensi tidak diketahui: efek samping penyakit kulit berat (meliputi erythema multiforme, Steven-Johnson Syndrome/Toxic Epidermal Necrolysis, dan acute generalized exanthematous pustulosis).

Kontra Indikasi:

Hipersensitif terhadap ambroxol.

Peringatan dan Perhatian:

Ambroxol hanya dapat digunakan selama kehamilan (terutama trimester awal) dan menyusui jika memang benar-benar diperlukan. Pemakaian selama kehamilan dan menyusui masih memerlukan penelitian lebih lanjut.

Ambroxol tidak boleh digunakan dalam jangka waktu yang lama tanpa konsultasi dokter. Dalam beberapa kasus insufisiensi ginjal, akumulasi dari metabolit Ambroxol terbentuk di hati.

Pernah dilaporkan terjadi reaksi alergi berat seperti erythema multiformeSteven-Johnson Syndrome (SJS) / Toxic Epidermal Necrolysis (TEN), dan Acute Generalized Exanthematous Pustulosis (AGEP) dengan pemberian Ambroxol HCl.

Jika gejala atau tanda-tanda ruam kulit yang progresif (seperti lepuh atau lesi mukosa), pengobatan dengan Ambroxol HCl harus segera dihentikan dan hubungi dokter.

Interaksi Obat:

Pemberian bersamaan dengan antibiotik (amoxicillin, cefuroxime, eritromisin, doksisiklin) menyebabkan peningkatan penerimaan antibiotik ke dalam jaringan paru-paru.

Over Dosis:

Belum pernah dilaporkan, seandainya terjadi berikan terapi simpatomatik.

Kemasan:

Dus isi 10 strip @ 10 tablet - No. Registrasi: GKL 1234009410 A1.

Botol 60 ml - No. Registrasi: GKL 1134009137 A1.

Simpan pada suhu di bawah 30⁰C.

Jauhkan dari jangkauan anak-anak.

HARUS DENGAN RESEP DOKTER

Ambroxol HCl diproduksi NOVAPHARIN - Pharmaceutical Industries, Gresik - Indonesia.

AMBROXOL HCl

TERSEDIA DI:

APOTEK ISMA FARMA

Atorvastatin Calcium

KOMPOSISI

Tiap tablet salut selaput mengandung :

  • Atorvastatin calcium setara dengan atorvastatin 10 mg.
  • Atorvastatin calcium setara dengan atorvastatin 20 mg.

FARMAKOLOGI

Farmakodinamik

Atorvastatin calcium adalah obat penurun lipid sintetik, yang merupakan penghambat dari enzim 3-hydroxy-3-methylglutaryl-coenzyme A-(HMG-CoA) reductase. Enzim ini mengkatalisis konversi HMG-CoA ke mevalonate, sebuah langkah awal dan langkah rate-limiting dalam biosintesis kolesterol. Rumus empirik atorvastatin calcium adalah (C₃₃H₃₄FN₂O₅)₂Ca-3H₂O dan berat molekul adalah 1.209,42.

Atorvastatin calcium adalah bubuk kritasl putih - hingga putih yang lebih pucat, praktis tidak larut dalam larutan air dari pH 4 hingga pH dibawahnya. Obat ini memiliki kelarutan sangat rendah dalam air suling, phosphate buffer pH 7,4 dan acetonitrile, kelarutannya rendah dengan ethanol dan sangat larut dalam methanol.

Mekanisme kerja:

Atorvastatin merupakan penghambat HMG-CoA reductase yang selektif dan kompetitif, yaitu enzim yang mengkonversi perubahan 3-hydroxy-3-methyl-glutaryl-coenzyme A menjadi mevalonate, yang merupakan prekursor sterol, termasuk kolesterol.

Pada pasien dengan hiperkolesterolemia familial homozigot, bentuk non-familial dari hiperkolesterolemia dan dislipidemia campuran, atorvastatin menurunkan kolesterol total, kolesterol LDL (LDL-C atau low-density lipoprotein cholesterol), dan apo-B (apolipoprotein-B).

Atorvastatin menurunkan kolesterol dalam plasma dan menurunkan kadar lipoprotein dengan cara menghambat HMG-CoA reductase dan menghambat sintesis kolesterol di hati, serta meningkatkan reseptor LDL-C pada permukaan sel hati, sehingga terjadi peningkatan ambilan dan katabolisme LDL-C. Atorvastatin mengurangi produksi LDL-C dan jumlah partikel LDL-C.

Atorvastatin meningkatkan aktivitas reseptor kolesterol LDL secara nyata dan berkelanjutan, bersamaan dengan perubahan kualitas partikel kolesterol LDL yang bersirkulasi. Atorvastatin efektif dalam mengurangi kadar LDL pada pasien dengan hiperkolesterolemia familial homozigot, populasi yang tidak berespons secara normal terhadap terapi obat penurun lipid.

Atorvastatin dan beberapa metabolitnya secara farmakologi aktif pada manusia. Aksi farmakologik atorvastatin terutama adalah di hati, yang merupakan tempat utama dari pembentukan kolesterol bersihan LDL. Penurunan kolesterol LDL berkorelasi lebih erat dengan dosis obat daripada dengan konsentrasi obat dalam sistemik. Pemberian dosis obat harus diberikan berdasarkan pada respons terapi.

Pada pasien dengan hipertrigliseridemia yang terisolasi, atorvastatin mengurangi kolesterol total, kolesterol LDL, kolesterol VLDL, apo-B, trigliserida, dan kolesterol non-HDL-C, serta meningkatkan kolesterol HDL. Pada pasien dengan disbetalipoproteinemia, atorvastatin mengurangi kadar kolesterol IDL (intermediate density lipoprotein cholesterol).

Farmakokinetik

Absorpsi :

Atorvastatin diabsorpsi dengan cepat setelah pemberian per oral. Konsentrasi maksimum atorvastatin 40 mg dalam plasma rata-rata tercapai dalam 0,64 jam. Walaupun makanan dapat menurunkan angka dan tingkat penyerapan atorvastatin, penurunan LDL-C tidak berbeda antara pemberian atorvastatin dengan atau tanpa makanan. Konsentrasi atorvastatin dalam plasma lebih rendah apabila diberikan pada malam hari, namun penurunan LDL-C tidak tergantung kapan obat diberikan.

Distribusi :

Atorvastatin terikat > 98% pada protein plasma.

Metabolisme :

Atorvastatin secara ekstensif dimetabolisme menjadi turunan ortoparahidroksilat, dan berbagai produk beta-oksidasi lainnya. Penghambatan HMG-CoA reductase in vitro oleh metabolit orto dan parahidroksilat-nya sebanding dengan penghambatan yang terjadi pada atorvastatin. Kurang lebih 70% aktivitas penghambatan HMG-CoA reductase disebabkan oleh metabolit aktif.

Penelitian in vitro menunjukkan pentingnya metabolisme atorvastatin oleh sitokrom P450 3A4, konsisten dengan peningkatan konsentrasi plasma atorvastatin pada manusia setelah pemberian bersama erythromycin, penghambat yang dikenal untuk isozim ini. Pada hewan, metabolit hidroksi-orto ini akan mengalami glukoronidasi lanjut.

Ekskresi :

Atorvastatin dan metabolitnya terutama dieliminasi melalui empedu, menyusul metabolisme hepatik dan ekstrahepatik. Walaupun demikian, obat ini tampaknya tidak melalui sirkulasi enterohepatik.

Populasi Khusus

Pasien usia lanjut :

Pada pasien usia lanjut (65 tahun dan lebih), konsentrasi atorvastatin di dalam plasma lebih tinggi. Tidak ada perbedaan dalam hal efikasi, keamanan, dan target penurunan kadar lipid dengan populasi yang lebih muda.

Anak-anak :

Penelitian farmakologik belum dilakukan pada populasi anak.

Jenis kelamin :

Konsentrasi plasma atorvastatin pada wanita berbeda dengan pria, namun penurunan LDL kolesterol antara pria dan wanita tidak berbeda bermakna.

Gangguan ginjal :

Penyakit ginjal tidak berpengaruh pada konsentrasi maupun efektivitas penurunan lipid atorvastatin. Oleh karena itu, pada pasien dengan kelainan ginjal tidak perlu dilakukan penyesuaian dosis.

Hemodialisis :

Sementara belum dilakukannya penelitian melibatkan pasien dengan penyakit ginjal stadium akhir, hemodialisis diperkirakan tidak meningkatkan bersihan atorvastatin secara bermakna, karena obat ini berikatan secara ekstensif pada protein plasma.

Gangguan fungsi hati :

Konsentrasi plasma atorvastatin meningkat secara nyata pada pasien dengan penyakit hati alkoholik kronik (Childs-Pugh B) dan pada pasien dengan penyakit Childs-Pugh A.

INDIKASI

Atorvastatin diindikasikan sebagai terapi tambahan disamping diet, untuk menurunkan kolesterol total, LDL-C, apolipoprotein-B, dan kadar trigliserida pada pasien dengan hiperkolesterolemia primer, hiperlipidemia kombinasi (campuran), serta hiperkolesterolemia famillial heterozigot dan homozigot, bila diet dan penatalaksanaan non-farmakologik lainnya kurang berhasil.

Pencegahan Komplikasi Kardiovaskuler

Pasien hipertensi dan dislipidemia :

Pada pasien hipertensi (umur 40 tahun atau lebih) dan dislipidemia dengan paling sedikit 3 faktor risiko penyakit seperti :

  • Hipertrofi ventrikel kiri;
  • Abnormalitas EKG (Elektrokardiografi);
  • NIDDM;
  • Penyakit arteri perifer;
  • Riwayat penyakit serebrovaskuler terutama TIA > 3 bulan sebelumnya;
  • Mikroalbuminuria / proteinuria;
  • Perokok (perokok aktif dalam tahun terakhir dengan 20 batang rokok atau cerutu tiap minggu);
  • Rasio kolesterol total / kolesterol HDL > 6;
  • dan riwayat penyakit arteri koroner tingkat pertama relatif sebelum usia 55 tahun (pria) dan 60 tahun (wanita).
Atorvastatin diindikasikan untuk :

  • Mengurangi risiko penyakit jantung koroner berat dan infark miokardium non-fatal.
  • Mengurangi risiko stroke.
  • Mengurangi risiko prosedur revaskularisasi atau angina pektoris.

Pasien anak (10-17 tahun) :

Atorvastatin diindikasikan sebagai terapi tambahan disamping diet untuk mengurangi kadar total-C, LDL-C, dan apo-B pada anak laki-laki dan perempuan postmenarche, umur 10 sampai 17 tahun, dan dengan hiperkolesterolemia famillial heterozigot, jika terapi diet yang dilakukan tidak adekuat dengan tanda :

  • Kadar LDL-C tetap > 190 mg/dL atau
  • Kadar LDL-C tetap > 160 mg/dL.

Kadar LDL-C tetap > 160 mg/dL disertai dengan :

  • Adanya riwayat penyakit kardiovaskuler prematur dalam keluarga, atau
  • Pada pasien anak tersebut ditemukan dua atau lebih risiko penyakit kardiovaskuler.

DOSIS DAN CARA PEMBERIAN

Umum

Sebelum melakukan terapi dengan atorvastatin, harus dilakukan usaha untuk mengontrol hiperkolesterolemia dengan diet yang sesuai, latihan fisik, dan penurunan berat badan pada pasien dengan obesitas, serta mengobati masalah medis yang mendasari.

Pasien harus melanjutkan diet penurun kolesterol standar selama terapi dengan atorvastatin. Dosis awal umumnya 10 mg sekali sehari, kisaran dosis 10 hingga 80 mg sekali sehari. Dosis dapat diberikan setiap waktu sepanjang hari, dengan atau tanpa makanan.

Dosis awal dan pemeliharaan harus diindividualisasi menurut kadar LDL-C, tujuan terapi, dan respon pasien. Setelah terapi awal dan saat titrasi atorvastatin, kadar lemak harus dianalisis dalam 2 hingga 4 minggu, dan dosis disesuaikan dengan hasil pemeriksaan.

Hiperkolesterolemia primer dan hiperlipidemia kombinasi (campuran) :

Umumnya pasien terkontrol dengan atorvastatin 10 mg sekali sehari. Respon terapeutik tampak nyata dalam dua minggu, dan respons maksimum biasanya tercapai dalam empat minggu. Respon tersebut bertahan selama terapi jangka panjang.

Hiperkolesterolemia famillial homozigot :

Dalam suatu studi pada pasien dengan hiperkolesterolemia famillial homozigot, umumnya pasien berespon terhadap atorvastatin 80 mg.

Hiperkolesterolemia famillial heterozigot pada pasien anak (usia 10-17 tahun) :

Dosis awal atorvastatin yang direkomendasikan adalah 10 mg/hari dan dosis maksimum yang direkomendasikan adalah 20 mg/hari (dosis lebih besar dari 20 mg belum diteliti pada populasi pasien ini). Dosis harus diindividualisasi menurut tujuan terapi yang direkomendasikan. Penyesuaian harus dibuat dengan interval 4 minggu atau lebih.

Penggunaan pada pasien dengan insufisiensi hati :

Lihat bagian KONTRAINDIKASI dan PERINGATAN & PERHATIAN.

Penggunaan pada pasien dengan insufisiensi ginjal :

Penyakit ginjal tidak berpengaruh pada konsentrasi plasma atau pada penurunan LDL-C dari atorvastatin. Oleh karena itu, tidak diperlukan penyesuaian dosis.

Penggunaan pada anak :

Pengalaman terapi pada populasi anak terbatas pada dosis atorvastatin hingga 80 mg/hari selama satu tahun pada 8 pasien dengan hiperkolesterolemia familliah homozigot. Tidak dilaporkan kelainan klinis dan biokimia pada pasien tersebut.

Penggunaan pada orang usia lanjut :

Tidak ditemukan perbedaan pada keamanan, efikasi, atau pencapaian tujuan terapi lemak antara pasien usia lanjut dengan populasi secara keseluruhan.

Penggunaan dalam kombinasi dengan senyawa obat lain :

Pada kasus dimana diperlukan pemberian bersama atorvastatin dengan cyclosporine, dosis atorvastatin tidak boleh melebihi 10 mg.

KONTRAINDIKASI

Atorvastatin dikontraindikasikan pada :

  • Pasien dengan hipersensitivitas terhadap komponen obat ini.
  • Pasien dengan penyakit hati aktif atau peningkatan transaminase serum lebih dari tiga kali batas atas normal yang menetap dan tidak dapat dijelaskan.
  • Kehamilan, menyusui, atau berpotensi hamil yang tidak menggunakan kontrasepsi yang adekuat. Atorvastatin harus diberikan pada wanita usia subur hanya jika sangat tidak mungkin hamil dan telah diinformasikan potensi bahayanya pada janin.

PERINGATAN DAN PERHATIAN

Efek pada Hati

Seperti obat penurun lemak lainnya dari golongan yang sama, peningkatan sedang > 3 x batas atas normal (ULN) dari transaminase serum telah dilaporkan setelah terapi dengan atorvastatin. Uji fungsi hati harus dilakukan sebelum permulaan terapi, dan pada 12 minggu setelah mulai terapi dan setiap evaluasi dosis, serta secara periodik (setiap setengah tahun) setelahnya.

Pada pasien yang mengalami tanda dan gejala yang menunjukkan injuri hati harus dilakukan uji fungsi hati. Pada pasien yang mengalami peningkatan kadar transaminase harus dipantau hingga kelainan tersebut pulih. Jika peningkatan ALT atau AST lebih besar dari tiga kali batas atas normal menetap, direkomendasikan penurunan dosis atau penghentian atorvastatinAtorvastatin dapat menyebabkan peningkatan transaminase.

Atorvastatin harus digunakan dengan hati-hati pada pasien yang mengkonsumsi alkohol dalam jumlah yang banyak dan/atau mempunyai riwayat penyakit hati. Penyakit hati aktif atau peningkatan transaminase yang menetap dan tidak dapat dijelaskan merupakan kontraindikasi penggunaan atorvastatin.

Efek pada Otot Rangka

Mialgia telah dilaporkan pada pasien yang diterapi atorvastatin. Miopati, yang didefinisikan sebagai nyeri otot atau kelemahan otot disertai dengan peningkatan kadar creatine phosphokinase (CPK) > 10 kali ULN, harus dipertimbangkan pada pasien dengan mialgia difusa, nyeri atau kelemahan otot, dan/atau peningkatan CPK yang nyata.

Pasien harus disarankan untuk melaporkan dengan segera, baik nyeri, nyeri tekan, atau kelemahan otot, khususnya jika disertai dengan malaise atau demam. Terapi atorvastatin harus dihentikan jika terjadi peningkatan kadar CPK secara nyata atau didiagnosis atau disangka miopati.

Risiko miopati selama terapi dengan obat dalam golongan ini meningkat dengan pemberian bersamaan dengan cyclosporine, derivat fibric acid, erythromycin, atau anti jamur azole. Banyak dari obat ini menghambat metabolisme sitokrom P450 3A4 dan/atau transpor obat.

Atorvastatin dibiotransformasi oleh CYP 3A4. Dokter yang mempertimbangkan untuk mengkombinasi terapi dengan atorvastatin dan derivat fibric acid, erythromycin, obat imunosupresif, anti jamur azole, atau dosis penurun lemak dari niacin, harus dengan hati-hati memperhitungkan potensi manfaat dan risiko serta secara hati-hati memantau pasien untuk tanda dan gejala nyeri, nyeri tekan, atau kelemahan otot, khususnya selama bulan-bulan awal terapi dan selama setiap periode titrasi peningkatan dosis masing-masing obat.

Oleh karena itu, dosis awal dan pemeliharaan atorvastatin yang lebih rendah harus dipertimbangkan jika diminum secara bersamaan dengan obat yang disebutkan. Penghentian sementara atorvastatin mungkin tepat dilakukan selama terapi dengan fusidic acid.

Penentuan creatine phosphokinase (CPK) periodik dapat dipertimbangkan pada situasi seperti itu, tetapi tidak ada jaminan bahwa pemantauan seperti itu akan mencegah kejadian miopati berat. Atorvastatin dapat menyebabkan peningkatan creatine phosphokinase.

Seperti obat lainnya dalam golongan ini, telah dilaporkan kasus yang jarang dari rabdomiolisis dengan gagal ginjal akut, sekunder terhadap mioglobinuria. Suatu riwayat kelainan ginjal dapat menjadi suatu faktor risiko terjadinya rabdomiolisis. Pada pasien seperti ini layak dilakukan pemantauan lebih ketat untuk efek pada otot rangka.

Terapi atorvastatin harus ditunda atau dihentikan pada pasien dengan kondisi akut dan serius yang menunjukkan suatu miopati atau mempunyai faktor risiko terjadinya gagal ginjal sekunder terhadap rabdomiolisis, (misalnya infeksi akut berat, hipotensi, pembedahan mayor, trauma, gangguan metabolik, endoktrin, dan elektrolit berat, serta kejang yang tidak terkontrol).

Stroke Hemoragik

Pasien dengan stroke hemoragik mempunyai peningkatan risiko untuk terjadinya stroke hemoragik berulang.

Kehamilan dan Menyusui

Atorvastatin diindikasikan pada kehamilan. Wanita yang berpotensi hamil harus menggunakan kontrasepsi yang adekuat. Atorvastatin harus diberikan pada wanita usia subur hanya jika sangat tidak mungkin hamil dan telah diinformasikan potensi bahayanya terhadap janin. Jika pasien menjadi hamil selagi minum obat ini, terapi harus dihentikan dan pada pasien dilakukan pemeriksaan potensi bahayanya terhadap janin.

Aterosklerosis merupakan suatu proses kronik dan penghentian obat penurun lemak selama kehamilan mempunyai sedikit dampak pada hasil terapi jangka panjang hiperkolesterolemia primer. Kolesterol dan produk lain dari sintesis kolesterol merupakan merupakan komponen yang esensial untuk perkembangan janin (termasuk sintesis steroid dan membrane sel).

Karena penghambat HMG-CoA reductase menurunkan sintesis kolesterol dan kemungkinan sintesis substansi yang aktif secara biologi lainnya yang diturunkan dari kolesterol, maka dapat menyebabkan bahaya pada janin jika diberikan kepada wanita hamil. Oleh karena itu, penghambat HMG-CoA reductase dikontraindikasikan selama kehamilan dan pada ibu menyusui.

Atorvastatin dikontraindikasikan selama menyusui. Tidak diketahui apakah obat ini diekskresi ke dalam air susu ibu. Karena potensi efek samping pada bayi yang menyusui, maka wanita yang minum atorvastatin tidak boleh menyusui.

Efek pada Kemampuan untuk Mengendarai dan Menggunakan Mesin

Tidak diketahui.

INTERAKSI OBAT

Risiko miopati selama terapi dengan penghambat HMG-CoA reductase meningkat dengan pemberian bersamaan dengan cyclosporine, derivat fibric acid, niacin, atau penghambat sitokrom P450 3A4 (misalnya erythromycin dan anti jamur azole).

Penghambat sitokrom P450 3A4 :

Atorvastatin dimetabolisme dengan sitokrom P450 3A4. Pemberian bersamaan atorvastatin dengan penghambat sitokrom P450 3A4 dapat menyebabkan peningkatan konsentrasi plasma atorvastatin. Besarnya interaksi dan potensiasi efek tergantung para variabilitas efek terhadap sitokrom P450 3A4.

Penghambat transporter :

Atorvastatin dan metabolit atorvastatin merupakan substrat dari transporter OATP1B1. Penghambat OATP1B1 (misalnya cyclosporine) dapat meningkatkan bioavailabilitas atorvastatin. Pemberian bersamaan dengan atorvastatin 10 mg dan cyclosporine 5,2 mg/kg/hari mengakibatkan peningkatan paparan terhadap atorvastatin.

Erythromycin/Clarithromycin :

Pemberian bersamaan atorvastatin dan erythromycin (500 mg empat kali sehari), atau clarithromycin (500 mg dua kali sehari) yang dikenal sebagai penghambat sitokrom P450 3A4, dikaitkan dengan konsentrasi plasma atorvastatin yang lebih tinggi.

Penghambat protease :

Pemberian bersamaan atorvastatin dan penghambat protease, yang dikenal sebagai penghambat sitokrom P450 3A4, dikaitkan dengan konsentrasi plasma atorvastatin yang lebih tinggi.

Diltiazem hydrocloride :

Pemberian bersamaan atorvastatin (40 mg) dengan diltiazem (240 mg) dikaitkan dengan konsentrasi plasma atorvastatin yang lebih tinggi.

Cimetidine :

Telah dilakukan suatu studi interaksi atorvastatin dengan cimetidine, dan tidak tampak interaksi yang bermakna secara klinis.

Itraconazole :

Pemberian bersamaan atorvastatin (20 hingga 40 mg) dan itraconazole (200 mg) dikaitkan dengan peningkatan AUC atorvastatin.

Jus jeruk Bali :

Mengandung satu atau lebih komponen yang dapat menghambat CYP 3A4 dan dapat meningkatkan konsentrasi plasma atorvastatin, khususnya dengan konsumsi jus jeruk Bali yang berlebihan (> 1,2 liter per hari).

Penginduksi sitokrom P450 3A4 :

Pemberian bersamaan atorvastatin dengan penginduksi sitokrom P450 3A4 (misalnya efavirenz dan rifampin) dapat menyebabkan penurunan konsentrasi plasma atorvastatin yang bervariasi. Disebabkan karena mekanisme interaksi ganda dari rifampin (induksi sitokrom P450 3A4 dan penghambatan ambilan hepatosit transporter OATP1B1).

Direkomendasikan pemberian simultan atorvastatin dengan rifampin, karena penundaan pemberian atorvastatin dengan setelah pemberian rifampin telah dikaitkan dengan penurunan konsentrasi plasma atorvastatin yang bermakna.

Antacid :

Pemberian bersamaan atorvastatin dengan suspensi antacid oral yang mengandung magnesium dan aluminum hydroxide, menurunkan konsentrasi plasma atorvastatin, namun penurunan LDL-C tidak berubah.

Antipyrine :

Karena atorvastatin tidak mempengaruhi farmakokinetik antipyrine, maka tidak diharapkan adanya interaksi dengan obat lain yang dimetabolisme melalui isozim sitokrom yang sama.

Colestipol :

Konsentrasi plasma atorvastatin lebih rendah jika colestipol diberikan dengan atorvastatin. Namun, efek lemak lebih besar jika atorvastatin dan colestipol diberikan bersama dibanding jika obat tersebut diberikan sendiri.

Digoxin :

Jika dosis multiple digoxin dan atorvastatin 10 mg diberikan bersama, konsentrasi digoxin plasma dalam kondisi mantap tidak terpengaruh. Namun, konsentrasi digoxin meningkat setelah pemberian digoxin dengan atorvastatin 80 mg setiap hari. Pasien yang minum digoxin harus dipantau dengan tepat.

Azithromycin :

Pemberian bersamaan atorvastatin (10 mg sekali sehari) dan azithromycin (500 mg sekali sehari) tidak mengubah konsentrasi plasma atorvastatin.

Kontrasepsi oral :

Pemberian bersamaan dengan kontrasepsi oral yang mengandung norethindrone dan ethinyl estradiol meningkatkan nilai AUC untuk norethindrone dan ethinyl estradiol. Peningkatan ini harus dipertimbangkan jika memilih kontrasepsi oral untuk seorang wanita yang minum atorvastatin.

Warfarin :

Telah dilakukan suatu studi interaksi atorvastatin dengan warfarin, dan tidak tampak interaksi yang bermakna secara klinis.

Amlodipine :

Dalam suatu studi interaksi obat-obat pada subyek sehat, pemberian bersamaan atorvastatin 80 mg dan amlodipine 10 mg mengakibatkan peningkatan paparan terhadap atorvastatin yang tidak berarti secara klinis.

Fusidic acid :

Meskipun studi interaksi dengan atorvastatin dan fusidic acid belum dilakukan, beberapa masalah otot seperti rabdomiolisis telah dilaporkan dalam pengalaman pasca-pemasaran dengan kombinasi ini. Pasien harus dipantau secara ketat dan penghentian sementara pengobatan atorvastatin mungkin tepat untuk dilakukan.

Terapi penyerta lain :

Atorvastatin digunakan secara bersamaan dengan obat antihipertensi dan terapi sulih estrogen tanpa bukti interaksi yang merugikan dan bermakna secara klinis. Studi interaksi dengan obat spesifik belum dilakukan.

EFEK SAMPING

Atorvastatin secara umum ditoleransi dengan baik. Efek samping biasanya ringan dan sementara. Efek samping yang paling sering dikaitkan dengan terapi atorvastatin :

  • Gangguan psikiatri : insomnia.
  • Gangguan sistem saraf : sakit kepala.
  • Gangguan gastrointestinal : mual, diare, nyeri abdomen, dispepsia, konstipasi, flatulence.
  • Gangguan muskuloskeletal dan jaringan ikat : mialgia dan artralgia.
  • Gangguan umum dan kondisi lokasi pemberian : astenia.

Efek samping tambahan berikut ini telah dilaporkan dalam terapi atorvastatin :

  • Gangguan metabolisme dan nutrisi : hipoglikemia, hiperglikemia, dan anoreksia.
  • Gangguan sistem saraf : neuropati perifer dan parestesia.
  • Gangguan telinga dan labirin : tinitus.
  • Gangguan gastrointestinal : pankreatitis dan muntah.
  • Gangguan hepatobilier : hepatitis dan cholestatic jaundice.
  • Gangguan kulit dan jaringan subkutan : alopesia, pruritus, ruam, dan urtikaria.
  • Gangguan muskuloskeletal dan jaringan ikat : miopati, miositis, dan kram otot.
  • Gangguan sistem reproduksi dan payudara : impotensi.
  • Gangguan umum dan kondisi lokasi pemberian : edema angioneurotik dan malaise.
  • Kardiovaskuler : angina.

Tidak semua efek yang terdaftar di atas telah dikaitkan secara kausal dengan terapi atorvastatin.

Pasien anak (usia 10-17 tahun) yang diterapi dengan atorvastatin mempunyai profil pengalaman yang tidak diharapkan, secara umum sama dengan pasien yang diterapi dengan plasebo. Pengalaman yang tidak diharapkan yang ditemukan pada dua kelompok, terlepas dari penilaian kausalitas, adalah infeksi.

Dalam pengalaman pasca-pemasaran, efek samping yang tidak diharapkan tambahan berikut ini telah dilaporkan :

  • Gangguan darah dan sistem limfe : trombositopenia.
  • Gangguan sistem imun : reaksi alergi (termasuk anafilaksis).
  • Injuri, keracunan, dan komplikasi prosedur : ruptur tendon.
  • Gangguan metabolisme dan nutrisi : penambahan berat badan.
  • Gangguan sistem saraf : hipoestesia, amnesia, pusing, dysgeusia.
  • Gangguan telinga dan labirin : tinitus.
  • Gangguan kulit dan jaringan subkutan : sindrom Stevens-Johnson, nekrolisis epidermal toksik, eritema multiforme, dan ruam bulosa.
  • Gangguan muskuloskeletal dan jaringan ikat : rabdomiolisis, artralgia, dan nyeri punggung.
  • Gangguan umum dan kondisi lokasi pemberian : nyeri dada, edema perifer, malaise, dan kelelahan.

OVERDOSIS

Tidak ada terapi spesifik untuk overdosis atorvastatin. Jika terjadi overdosis, pasien harus diterapi dengan simtomatik, dan tindakan suportif dilakukan sesuai yang diperlukan. Disebabkan karena ikatan obat yang ekstensif pada protein plasma, maka hemodialisis tidak dapat meningkatkan bersihan atorvastatin secara bermakna.

PENYIMPANAN

Simpan di bawah 25⁰C, lindungi dari panas dan kelembaban.

KEMASAN

Atorvastatin 10 mg

Dus : 3 blister x 10 tablet salut selaput (Reg. No. GKL1408517817A1).

Atorvastatin 20 mg

Dus : 3 blister x 10 tablet salut selaput (Reg. No. GKL1408517817B1).

HARUS DENGAN RESEP DOKTER

Atorvastatin Calcium diproduksi oleh PT. Kalbe Farma, Tbk., Bekasi - Indonesia untuk Hexparm Jaya (HJ) - A Kalbe Company, Bekasi - Indonesia.

ATORVASTATIN CALCIUM

TERSEDIA DI :

APOTEK ISMA FARMA


Cetirizine HCl

Komposisi:

Tiap tablet salut selaput mengandung Cetirizine HCl 10 mg.

Famakologi:

Cetirizine HCl pada dosis aktif secara farmakologi merupakan antihistamin potensial yang tidak terlalu menyebabkan kantuk (potensi kantuk rendah) dengan sifat tambahan anti alergi.

Cetirizine HCl merupakan selektif H₁-antagonis dengan efek yang rendah terhadap reseptor lain dan juga benar-benar bebas dari efek antikolinergik dan antiserotonin.

Cetirizine HCl menghambat "early phase histamine-mediated" pada reaksi alergi dan juga mengurangi migrasi sel yang menginflamasi dan pelepasan mediator yang berhubungan dengan "late allergic response".

Dosis:

  • Dewasa dan anak usia diatas 12 tahun: 1 tablet 10 mg, 1 kali sehari.
  • Belum ada data klinis yang cukup untuk mendukung penggunaan pada anak usia dibawah 12 tahun dan penderita usia lanjut.
  • Penggunaan pada penderita gangguan fungsi ginjal: dosis sebaiknya dikurangi menjadi 1/2 (setengah) tablet sehari.

Indikasi:

Pengobatan rhinitis menahun (perennial allergic rhinitis), alergi rhinitis musiman (seasonal allergic rhinitis), dan idiopatik urtikaria kronik (chronic idiopatic urticaria).

Kontraindikasi:

  • Penderita dengan riwayat hipersensitif terhadap kandungan dalam obat.
  • Wanita menyusui, karena kandungan aktif Ceritizine HCl diekskresi pada air susu ibu.

Overdosis:

Gejala overdosis dapat berupa drowsiness, terjadi pada pemberian 50 mg dosis tunggal.

Overdosis pada anak dapat menyebabkan agitasi. Pada kasus lebih parah harus dilakukan pengosongan lambung bersamaan dengan penanganan overdosis umumnya. Belum ada antidot yang spesifik.

Peringatan dan Perhatian:

Penelitian terhadap sukarelawan yang sehat pada 20 dan 25 mg per hari, tidak menunjukkan pengaruh pada kewaspadaan atau waktu reaksi, akan tetapi penderita disarankan tidak menggunakan melebihi dosis yang dianjurkan jika mengendarai kendaraan atau mengoperasikan mesin.

Penggunaan pada kehamilan: pada penelitian terhadap binatang hamil tidak ada reaksi samping yang dilaporkan. Pada keadaan hamil, Cetirizine HCl hanya sedikit atau tidak digunakan sama sekali. Seperti obat lainnya penggunaan Cetirizine HCl pada keadaan hamil harus dicegah.

Efek Samping:

Kadang-kadang dilaporkan efek samping seperti sakit kepala, pusing, mengantuk, agitasi, mulut kering, dan rasa tidak enak pada pencernaan. Jika perlu dosis dapat diminum 5 mg pada pagi hari dan 5 mg pada sore hari. Pada beberapa individu, reaksi hipersensitivitas termasuk reaksi kulit dan angioedema dapat terjadi.

Interaksi Obat:

Sampai saat ini belum diketahui interaksi dengan obat lainnya. Penelitian dengan diazepam dan cimetidin menunjukkan kejadian interaksi obat. Sama seperti antihistamin lain, disarankan untuk menghindari konsumsi alkohol yang berlebihan.

Kemasan:

Box 10 strip @ 10 tablet salut selaput.

No. Registrasi: GKL0408511617A1.

HARUS DENGAN RESEP DOKTER

Simpan pada suhu dibawah 30⁰C dan terlindung dari cahaya.

Cetirizine HCl diproduksi Hexparm Jaya (HJ) - A Kalbe Company, Bekasi - Indonesia.

CETIRIZINE HCl

TERSEDIA DI:

APOTEK ISMA FARMA


Metformin HCl Tablet Salut Selaput

Komposisi:

Tiap tablet salut selaput mengandung Metformin HCl 500 mg.

Farmakologi:

Metformin merupakan obat antidiabetik oral yang berbeda dari golongan sulfonilurea, baik secara kimiawi maupun dalam cara bekerjanya. Obat ini merupakan suatu biguanida yang tersubstitusi rangkap yaitu Metmorfin (dimethylbiguanide) Hydrochloride.

Mekanisme kerja Metformin antara lain:

  • Metformin merupakan zat antihiperglikemik oral golongan biguanid. Mekanisme kerja Metformin menurunkan kadar gula darah dan tidak meningkatkan sekresi insulin.
  • Metformin tidak mengalami metabolisme di hati, diekskresikan dalam bentuk yang tidak berubah terutama dalam air kemih dan sejumlah kecil dalam tinja.

Indikasi:

  • Untuk terapi pada pasien diabetes yang tidak tergantung insulin dan kelebihan berat badan, dimana kadar gula tidak bisa dikontrol dengan diet saja.
  • Dapat dipakai sebagai obat tunggal atau dapat diberikan sebagai obat kombinasi dengan Sulfonilurea.
  • Untuk terapi tambahan pada penderita diabetes dengan ketergantungan terhadap insulin yang simptomnya sulit dikontrol.

Kontraindikasi:

  • Koma diabetik dan ketoasidosis.
  • Gangguan fungsi ginjal yang serius, karena semua obat-obatan terutama diekskresi melalui ginjal.
  • Penyakit hati kronis, kegagalan jantung, miokardial infark, alkoholisme, keadaan penyakit kronik, atau akut yang berkaitan dengan hipoksia jaringan. Keadaan yang berhubungan dengan laktat asidosis, seperti syok, insufisiensi pulmonary, riwayat laktat asidosis, keadaan yang ditandai dengan hipoksemia.
  • Hipersensitif terhadap obat ini.
  • Kehamilan dan menyusui.

Dosis dan Cara Pemberian:

Dosis awal 500 mg : 1 tablet 3 kali sehari.

  • Pemberian Metformin 500 mg dalam beberapa hari biasanya cukup dapat mengendalikan penyakit diabetes, tetapi tidak jarang efek terlambat dicapai sampai dua minggu. Apabila dosis yang diinginkan tidak tercapai, dosis dapat dinaikkan secara berhati-hati (maksimum 3 gr sehari). Bila gejala diabetes telah dapat dikontrol, dosis dapat diturunkan.
  • Pada pengobatan kombinasi dengan Sulfonilurea, mula-mula diberikan 1 tablet Metformin 500 mg, dosis dinaikkan perlahan-lahan sampai diperoleh kontrol optimal. Dosis Sulfonilurea dapat dikurangi, pada beberapa pasien bahkan tidak perlu diberikan lagi. Pengobatan dapat dilanjutkan dengan Metformin sebagai obat tunggal.

Apabila diberikan bersama insulin, dapat mengikuti petunjuk ini:

  1. Bila dosis insulin kurang dari 60 unit sehari, permulaan diberikan 1 tablet Metformin 500 mg, kemudian dosis insulin dikurangi secara berangsur-angsur (4 unit setiap 2-4 hari). Dosis Metformin dapat ditambah setiap interval mingguan.
  2. Bila dosis insulin lebih dari 60 unit sehari, pemberian Metformin adakalanya menyebabkan penurunan kadar gula darah dengan cepat. Pasien yang demikian harus diobservasi dengan hati-hati selama 24 jam pertama setelah pemberian Metformin. Setelah itu dapat diikuti petunjuk (a).

Tablet diberikan bersama makanan atau setelah makan. Dosis percobaan tunggal. Penentuan kadar gula darah setelah pemberian suatu dosis percobaan tunggal tidak memberikan petunjuk apakah seorang penderita diabetes akan memberikan respon terhadap Metformin berminggu-minggu. Oleh karena itu, dosis percobaan tunggal tidak digunakan sebagai penilaian.

Overdosis:

  • Gejala-gejala: Hipoglikemia dapat terjadi bila diberikan bersama Sulfonilurea, insulin, atau alkohol. Pada dosis berlebih dapat terjadi asidosis.
  • Cara penanggulangan: Terapi penunjang dapat diberikan secara intensif terutama memperbaiki hilangnya cairan dan gangguan metabolik.

Peringatan dan Perhatian:

  • Hati-hati penggunaan pada penderita gangguan fungsi ginjal.
  • Tidak dianjurkan penggunaan pada kondisi dimana menyebabkan dehidrasi atau pada penderita yang baru sembuh dari infeksi serius atau trauma.
  • Dianjurkan pemeriksaan berkala kadar B12 pada penggunaan jangka panjang.
  • Oleh karena adanya kemungkinan terjadinya hipoglikemia pada penggunaan kombinasi dengan Sulfonilurea, kadar gula dalam darah harus dimonitor.
  • Pada penggunaan kombinasi Metformin dan insulin, sebaiknya dilakukan di rumah sakit agar tercapai rasio kombinasi pada kedua obat dengan mantap.
  • Hati-hati pemberian pada pasien usia lanjut yang mempunyai gangguan fungsi ginjal.
  • Tidak direkomendasikan penggunaan pada anak-anak.

Efek Samping:

  • Metformin dapat diterima baik oleh pasien dengan hanya sedikit gangguan gastro-intestinal yang biasanya bersifat sementara. Hal ini umumnya dapat dihindari apabila Metformin diberikan bersama makanan atau dengan mengurangi dosis secara temporer. Biasanya efek samping telah lenyap pada saat diabetes dapat dikontrol.
  • Bila tampak gejala-gejala intoleransi, penggunaan Metformin tidak perlu langsung dihentikan, biasanya efek samping demikian tersebut akan hilang pada penggunaan selanjutnya.
  • Anoreksia, mual, muntah, diare.
  • Berkurangnya absorbsi vitamin B12.

Interaksi Obat:

  • Kemungkinan terjadi interaksi antara Metformin dan antikoagulan tertentu. Dalam hal ini mungkin diperlukan penyesuaian dosis antikoagulan.
  • Terjadi penurunan kliren ginjal Metformin pada penggunaan bersama dengan Simetidin, maka dosis harus dikurangi.

Penyimpanan:

Simpan pada suhu di bawah 30⁰C, terlindung dari cahaya.

Kemasan:

Dus isi 10 strip x 10 tablet salut selaput.

Reg. No. : GKL0608513117A1

HARUS DENGAN RESEP DOKTER.

Metformin diproduksi Hexpharm Jaya (HJ) - A Kalbe Company, Bekasi Indonesia.

METFORMIN HCl

TERSEDIA DI:

APOTEK ISMA FARMA


Glibenclamide Tablet (Diabetes Mellitus)

Pemerian:

Tablet bulat datar, warna putih, salah satu sisi dengan grafir P dalam segi enam. Sisi yang lain dengan grafir "GLB/5" dengan garis pemisah.

Komposisi:

Tiap tablet Glibenclamide mengandung dosis 5 mg.

Cara Kerja Obat:

Glibenclamide adalah derivat sulfonilurea yang bekerja dengan merangsang sekresi insulin dari pankreas.

Glibenclamide bersifat membantu mengurangi kebutuhan akan insulin yang diberikan dari luar.

Indikasi:

Diabetes mellitus ringan atau sedang "maturity onset" tanpa komplikasi, yang tidak responsif dari diet saja.

Kontraindikasi:

  • Diabetes mellitus 'Insulin - dependent' (tipe I).
  • Dekompensasio metabolik yang disebabkan oleh diabetes (misalnya ketoasidosis).
  • Gangguan fungsi ginjal dan hati yang parah.
  • Hipersensitivitas terhadap Glibenclamide.
  • Keadaan hamil.

Posologi:

Dosis tergantung pada individualis:

  • Dosis awal: 2,5 - 5 mg per hari bersama makan pagi, tetapi beberapa penderita dengan 1,25 mg telah responsif.
  • Bila perlu setelah 7 hari, dosis dapat dinaikkan 2,5 mg per minggu sampai mencapai dosis yang mencukupi (maksimal 20 mg per hari).
  • Dosis lebih 10 mg per hari diberi dalam 2 kali pemberian.
  • Pada usia lanjut dan gangguan fungsi hati, dosis perlu lebih rendah.

Efek Samping:

  • Reaksi alergi kulit yang bersifat reversibel.
  • Kemungkinan dapat terjadi reaksi alergi silang dengan sulfonamide berserta derivatnya.
  • Gangguan gastrointestinal, cholestatic jaundice, hepatitis (jarang).
  • Hipoglikemia.

Peringatan / Perhatian:

  • Reaksi hipoglikemiadapat terjadi karena pemberian Glibenclamide dengan dosis tinggi.
  • Kemampuan konsentrasi bagi pengendara motor atau operator mesin dapat terganggu.
  • Keamanan dan efektivitas pada anak-anak belum dipastikan.

Interaksi Obat:

  • Alkohol dapat mempertinggi efek Glibenclamide.
  • Salisilat, sulfonamide, fenilbutazon, dikumarol dapat mempengaruhi potensiasi Glibenclamide.
  • Kortikosteroid, diuretik, estrogen dapat mengurangi efek Glibenclamide.

Penyimpanan:

Simpan dalam suhu kamar (suhu 25-30⁰ Celcius) dalam wadah tertutup rapat, terlindung dari cahaya dan kelembaban.

Kemasan:

Glibenclamide tabelt 5 mg, dos, 10 strip @ 10 tablet.

Reg. No. GKL9519915210A1.

HARUS DENGAN RESEP DOKTER

Glibenclamide diproduksi oleh PT. Phapros Tbk., Semarang, Indonesia.

GLIBENCLAMIDE TABLET
TERSEDIA DI APOTEK ISMA FARMA

Imboost Force

Kaplet Salut Selaput

KOMPOSISI:

Tiap kaplet salut selaput mengandung:

  • Echinacea purpurea herb dry extract sebesar 250 mg.
  • Black elderberry fruit dry extract 400 mg.
  • Zn Picolinate 10 mg dan 15% AKG berdasarkan pada diet 2150 kkal (kilo kalori).
  • Bahan tambahan: FD&C Blue No. 1, FD&C Red No. 3.

KEGUNAAN:

Membantu dan memelihara daya tahan tubuh.

PERINGATAN DAN PERHATIAN:

  • Hentikan pemakaian jika terjadi reaksi alergi.
  • Tidak dianjurkan digunakan lebih dari 8 (delapan) minggu.
  • Hindari penggunaan pada wanita hamil dan menyusui.
  • Konsultasikan dengan dokter jika digunakan bersama obat lain.

INTERAKSI:

Tidak boleh digunakan bersama dengan produk immunosu-presan.

KONTRAINDIKASI:

Tidak boleh digunakan oleh penderita sklerosis multipel, penyakit kolagen, leukosis, tuberkulosis, AIDS, dan penyakit autoimun.

EFEK SAMPING:

Walau sangat jarang terjadi, pada dosis tinggi menyebabkan gangguan perut ringan atau reaksi alergi.

ATURAN PAKAI:

Dewasa: 3 x 1 kaplet/hari.

KEMASAN:

Box, 3 strip @ 10 kaplet salut selaput.

POM SD. 021 503 871

Amlodipine Besilate Tablet - Dexa

Komposisi

Tiap tablet mengandung Amlodipine Besilate setara dengan Amlodipine 5 mg.

Farmakologi

Amlodipine adalah inhibitor influks ion kalsium (slow-channel blocker atau antagonis ion kalsium) dan menghambat influks transmembran ion-ion kalsium ke dalam otot jantung dan otot polos vaskular.

Mekanisme kerja antihipertensi amplodipine adalah karena efek relaksasi secara langsung pada otot polos vaskular.

Mekanisme yang tepat dari amlodipine untuk meredakan angina belum sepenuhnya diketahui, tetapi amlodipine memperkecil beban iskemia total dengan 2 dua cara sebagai berikut:

  1. Amplodipine menimbulkan dilatasi ateriol perifer sehingga menurunkan tahanan perifer total (afterload), di mana kerja jantung adalah melawan tahanan ini. Karena denyut jantung tetap stabil, keadaan tidak bertambahnya beban jantung ini (unloading) menurunkan konsumsi energi miokardium dan kebutuhan oksigen, hal ini dapat meningkatkan efektivitas amlodipine terhadap iskemia miokardium.
  2. Amlodipine menimbulkan dilatasi arteri koroner utama dan arteriol koroner, baik pada daerah yang normal maupun yang mengalami iskemia. Dilatasi ini meningkatkan penyampaian oksigen miokardium pada penderita dengan spasme arteri koroner (angina Prinzmetal atau angina varian).

Pada pasien hipertensi, pemberian dosis sekali sehari memberikan penurunan tekanan darah yang signifikan secara klinis baik pada posisi terlentang maupun berdiri selama interval waktu 24 jam.

Karena mula kerja yang lambat, maka tidak terjadi hipotensi akut setelah pemberian amlodipine.

Pada pasien angina, pemberian dosis sekali sehari memperlama waktu total untuk dapat melakukan kegiatan fisik dan menurunkan frekuensi serangan angina, serta konsumsi tablet nitrogliserin.

Amlodipine tidak berhubungan dengan efek-efek metabolik yang tidak diinginkan atau perubahan-perubahan lemak dalam plasma dan cocok untuk digunakan oleh pasien dengan asma, diabetes, dan gout.

Farmakokinetika

Setelah pemberian dosis terapeutik secara oral, amlodipine diabsorpsi dengan baik dan kadar puncak dalam plasma tercapai 6-12 jam setelah pemberian.

Bioavailabilitas absolut diperkirakan berkisar antara 64 dan 80%. Volume distribusi amlodipine kira-kira 21 liter/kg (liter per kilogram).

Absorpsi amlodipine tidak terpengaruh oleh adanya makanan. Waktu paruh eliminasi plasma terminal adalah sekitar 35-50 jam dan konsisten pada pemberian dosis sekali sehari.

Kadar plasma pada keadaan lunak tercapai setelah 7-8 hari pemberian secara terus-menerus.

Amlodipine sebagian besar dimetabolisme oleh hati menjadi metabolit tidak aktif, di mana 10% senyawa asal dan 60% metabolit diekskresikan melalui urin.

Studi in vitro memperlihatkan bahwa sekitar 97,5% amlodipine dalam sirkulasi berikatan dengan protein plasma.

Indikasi

Amlodipine diindikasikan untuk pengobatan hipertensi dan dapat digunakan sebagai obat tunggal untuk mengontrol tekanan darah pada sebagian besar pasien.

Pasien-pasien yang tidak terkontrol dengan baik bila hanya menggunakan obat antihipertensi tunggal dapat memperoleh manfaat dengan penambahan amlodipine, yang diberikan dalam kombinasi dengan diuretik thiazide, inhibitor 𝛃-andrenoseptor, atau inhibitor angiotensin-converting enzyme.

Amlodipine diindikasikan untuk pengobatan lini pertama iskemia miokardium, baik yang disebabkan obstruksi menetap (angina stabil) dan/atau vasospasme/vasokonstriksi (angina Prinzmetal atau angina varian) dari pembuluh darah koroner.

Amlodipine dapat digunakan bila gambaran klinik menunjukkan suatu kemungkinan komponen vasospastik/vasokonstriksi tetapi lokasi vasospasme/vasokonstriksi belum dapat dipastikan.

Amlodipine dapat digunakan tunggal sebagai monoterapi atau dikombinasi dengan obat-obat antiangina lainnya pada pasien angina yang refrakter terhadap nitrat dan/atau dengan 𝛃-blocker pada dosis yang memadai.

Kontraindikasi

Amlodipine dikontraindikasikan pada pasien yang diketahui sensitif terhadap dihydropyridines.

Dosis dan Cara Pemberian

Dewasa:

Baik untuk hipertensi maupun angina, dosis lazim adalah 5 mg amlodipine satu kali sehari, dapat ditingkatkan sampai dosis maksimum 10 mg tergantung respons pasien secara individual dan berat penyakit.

Pasien yang lemah dan lanjut usia dapat dimulai dengan 2,5 mg amlodipine satu kali sehari dan dosis ini dapat digunakan ketika amlodipine ditambahkan pada terapi antihipertensi lain.

Sebagian besar pasien hipertensi dengan dosis pemakaian 5 mg/hari (mg per hari) tidak memerlukan peningkatan dosis. Bagi mereka yang memerlukan dosis tinggi, amlodipine dapat ditingkatkan 7,5 mg/hari dengan dosis maksimum 10 mg/hari.

Dosis yang dianjurkan untuk angina stabil yang kronik atau angina vasospastik adalah 5-10 mg, dengan dosis yang lebih rendah untuk pasien lanjut usia dan pasien dengan insufisiensi hati.

Untuk pasien dengan gangguan fungsi: lihat pada bagian peringatan dan perhatian.

Tidak perlu dilakukan penyesuaian dosis amlodipine, bila diberikan bersamaan dengan penyerta diuretik thiazide, 𝛃-blocker, atau inhibitor angiotensin-converting enzyme.

Anak-anak:

Sampai saat ini penggunaan amlodipine untuk anak-anak tidak pernah dilaporkan.

Peringatan dan Perhatian

Penggunaan pada pasien dengan gagal ginjal

Amlodipine sebagian besar dimetabolisme menjadi metabolit yang tidak aktif di mana 10% diekskresikan dalam bentuk utuh melalui urin.

Tidak ada korelasi perubahan-perubahan kadar amlodipine dalam plasma dengan derajat gangguan ginjal. Amlodipine dapat digunakan pada pasien tersebut dengan dosis normal. Amlodipine tidak daat didialisis.

Penggunaan pada pasien dengan gangguan fungsi hati

Seperti semua antagonis kalsium yang lain, waktu paruh amlodipine lebih panjang pada pasien dengan gangguan fungsi hati dan rekomendasi dosis belum ditetapkan.

Oleh karena itu, perlu perhatian khusus dalam memberikan obat ini kepada pasien dengan gangguan fungsi hati.

Penggunaan pada kehamilan dan laktasi

Keamanan penggunaan amlodipine pada ibu hamil dan menyusui belum dibuktikan.

Amlodipine tidak menunjukkan toksisitas pada janin ataupu potensi teratogenik dalam penelitian reproduktif pada binatang, selain menunda partus dan memperlama persalinan pada tikus percobaan yang diberi 50 kali dosis maksimum yang direkomendasikan pada manusia.

Berdasarkan hal tersebut, penggunaan pada ibu hamil dan menyusui hanya direkomendasikan bila tidak ada alternatif lain yang lebih aman dan bila penyakitnya sendiri membawa risiko yang lebih besar terhadap ibu dan janin.

Penggunaan pada pasien lanjut usia

Waktu untuk mencapai konsentrasi puncak dari amlodipine dalam plasma serupa pada subjek lanjut usia dan yang lebih muda.

Bersihan amlodipine cenderung menurun yang berakibat pada meningkatnya AUC dan waktu paruh eliminasi pada pasien lanjut usia.

Amlodipine yang digunakan pada dosis serupa, baik pada pasien lanjut usia maupun pasien yang lebih muda, sama-sama ditoleransi dengan baik. Oleh karena itu, direkomendasikan pemberian dosis normal untuk pasien lanjut usia.

Efek pada kemampuan mengendarai dan menggunakan mesin

Tidak dapat ditentukan.

Efek Samping

  • Amlodipine ditoleransi dengan baik. Pada uji klinik dengan kontrol plasebo yang melibatkan pasien dengan hipertensi atau angina, efek samping yang paling umum terjadi adalah sakit kepala, edema, lelah, mual, flushing, dan pusing.
  • Somnolence, palpitasi, pruritus, ruam, dispnea, astenia, kram otot, dispepsia, hiperplasia, gingiva, serta eritema multiforme.
  • Seperti calcium channel blockers lainnya, efek samping berikut jarang dilaporkan dan tidak dapat dipisahkan dari riwayat penyakitnya sendiri, seperti: infark miokardium, aritmia (termasuk bradikardia, takikardia ventrikular, dan fibrilasi atrial), serta nyeri dada.
  • Tidak ada kelainan-kelainan tes laboratorium yang signifikan secara klinis berkaitan dengan amlodipine.

Interaksi Obat

Amlodipine aman diberikan bersama-sama diuretik thiazide, 𝛃-blocker, atau inhibitor angiotensin-converting enzyme, nitrat kerja panjang, nitrogliserin sublingual, obat-obat anti-inflamasi nonsteroid, antibiotika, dan hipoglikemik oral.

Penelitian menunjukkan bahwa pemberian amlodipine bersamaan dengan digoxin tidak mengubah kadar digoxin dalam serum ataupun bersihan ginjal digoxin pada relawan normal, dan pemberian bersamaan dengan cimetidine tidak mengubah farmakokinetika amlodipine.

Data in vitro dari penelitian dengan plasma manusia menyebutkan bahwa amlodipine tidak mempunyai efek pada ikatan protein dari obat-obat yang diuji (digoxin, phenytoin, warfarin, atau indomethacin).

Overdosis

Pada manusia, pengalaman overdosis yang disengaja adalah terbatas. Pada beberapa kasus, bilas lambung dapat membantu. Data yang ada menunjukkan bahwa overdosis yang berat dapat menyebabkan vasodilatasi perifer yang berlebihan diikuti dengan hipotensi sistemik yang nyata dan mungkin terjadi dalam waktu yang lama.

Hipotensi yang signifikan secara klinik karena overdosis amlodipine memerlukan dukungan kardiovaskular aktif termasuk pemantauan fungsi jantung dan pernapasan, peningkatan ekstremitas, serta perhatian terhadap volume cairan sirkulasi dan pengeluaran urin.

Vasokonstriktor dapat membantu memulihkan tanos vaskular dan tekanan darah, diberikan bila tidak ada kontraindikasi terhadap penggunaannya. Pemberian calcium gluconate secara IV dapat bermanfaat untuk melawan efek blokade calcium channel. Karena amlodipine sebagian besar terikat protein, dialisis tampaknya tidak akan memberikan manfaat.

Kemasan dan Nomor Registrasi

Kotak, 5 blister x 10 tablet : GKL0705042510A1.

Kotak, 10 blister x 10 tablet : GKL0705042510A1.

HARUS DENGAN RESEP DOKTER

SIMPAN PADA SUHU 30⁰C, TERLINDUNGI DARI CAHAYA.

Amlodipine Besilate Tablet - Kalbe

KOMPOSISI

Tiap tablet AMLODIPINE 5 mengandung: Amlodipine Besilate 6,93 mg setara dengan Amlodipine 5 mg.

Tiap tablet AMLODIPINE 10 mengandung: Amlodipine Besilate 13,9 mg setara dengan Amlodipine 10 mg.

DESKRIPSI

Struktur amlodipine adalah 3-ethyl-5-methyl-2-(2-aminoethoxymethyl)-4-(2-chlorophenyl)-1,4-dihydro-6-methyl-3,5 pyridinedicarboxylate benzenesulphonate.

FARMAKOLOGI

Amlodipine merupakan antagonis calcium golongan dihydropirydine (antagonis ion kalsium) yang menghambat influks ion calcium melalui membran ke dalam otot polos vaskular dan otot jantung sehingga mempengaruhi kontraksi otot polos vaskular dan otot jantung. Amlodipine menghambat influks ion calcium secara selektif, di mana sebagian besar mempunyai efek pada sel otot polos vaskular dibandingkan sel otot jantung.

Efek antihipertensi amlodipine adalah dengan bekerja langsung sebagai vasodilator arteri perifer dan dapat menyebabkan penurunan resistensi vaskular serta penurunan tekanan darah. Dosis satu kali sehari akan menghasilkan penurunan tekanan darah yang berlangsung selama 24 jam. Onset kerja amlodipine adalah perlahan-lahan, sehingga tidak menyebabkan terjadinya hipotensi akut.

Efek antiangina amlodipine adalah melalui dilatasi arteriol perifer sehingga dapat menurunkan resistensi perifer total (afterload). Karena amlodipine tidak mempengaruhi frekuensi denyut jantung, pengurangan beban jantung akan menyebabkan penurunan kebutuhan oksigen miokardial serta kebutuhan energi.

Amlodipine menyebabkan dilatasi arteri dan arteriol koroner, baik pada keadaan oksigenisasi normal maupun keadaan iskemia. Pada pasien angina, dosis amlodipine satu kali sehari dapat meningkatkan waktu latihan, waktu timbulnya angina, waktu timbulnya depresi segmen ST, dan menurunkan frekuensi serangan angina, serta penggunaan tablet nitrogliceryne.

Amlodipine tidak menimbulkan perubahan kadar lemak plasma dan dapat digunakan pada pasien asma, diabetes, dan gout.

FARMAKOKINETIK

Amlodipine diabsorpsi secara bertahap pada pemberian per oral. Konsentrasi puncak dalam plasma dicapai dalam waktu 6-12 jam. Bioavailabilitas amlodipine sekitar 64-90% dan tidak dipengaruhi makanan. Ikatan dengan protein plasma sekitar 93%. Waktu paruh amlodipine sekitar 30-50 jam dan kadar mantap dalam plasma dicapai setelah 7-8 hari.

Amlodipine dimetabolisme di hati secara luas (sekitar 90%) dan diubah menjadi metabolit inaktif, dengan 10% bentuk awal serta 60% metabolit diekskresi melalui urin.

Pola farmakokinetik amlodipine tidak berubah secara bermakna pada pasien dengan gangguan fungsi ginjal, sehingga tidak perlu dilakukan penyesuaian dosis. Pasien usia lanjut dan pasien dengan gangguan fungsi hati didapatkan peningkatan AUC sekitar 40-60%, sehingga diperlukan pengurangan dosis pada awal terapi. Demikian juga pada pasien dengan gagal jantung sedang sampai berat.

INDIKASI

Amlodipine digunakan untuk pengobatan hipertensi, angina stabil kronik, angina vasospastik (angina prinzmetal atau variant angina). Amlodipine dapat diberikan sebagai terapi tunggal ataupun dikombinasikan dengan obat antihipertensi dan antiangina lain.

DOSIS DAN CARA PEMBERIAN

Penggunaan dosis diberikan secara individual, bergantung pada toleransi dan respon pasien.

Dosis awal yang dianjurkan adalah 5 mg satu kali sehari, dengan dosis maksimum 10 mg satu kali sehari. Untuk melakukan titrasi dosis, diperlukan waktu 7-14 hari. Pada pasien usia lanjut atau dengan kelainan fungsi hati, dosis yang dianjurkan pada awal terapi 2,5 mg satu kali sehari. Bila amlodipine diberikan dalam kombinasi dengan antihipertensi lain, dosis awal yang digunakan adalah 2,5 mg.

Dosis yang direkomendasikan untuk angina stabil kronik ataupun angina vasospastik adalah 5-10 mg, dengan penyesuaian dosis pada pasien usia lanjut dan kelainan fungsi hati.

Amlodipine dapat diberikan dalam pemberian bersama obat-obat golongan thiazide, ACE inhibitor, beta-blocker, nitrate, dan nitroglycerine sublingual.

KONTRAINDIKASI

Amlodipine tidak boleh diberikan pada pasien yang hipersensitif terhadap amlodipine dan golongan dihydropirydine lainnya.

PERINGATAN DAN PERHATIAN

Pasien dengan gangguan fungsi hati: Waktu paruh amlodipine menjadi lebih panjang, sehingga perlu pengawasan.

Pasien gagal ginjal: Perubahan dalam konsentrasi plasma, amlodipine tidak berhubungan dengan derajat kerusakan ginjal, sehingga amlodipine dapat diberikan dengan dosis biasa.

Pasien gagal jantung kongestif: Secara umum, obat golongan antagonis calcium harus diberikan secara hati-hati pada pasien gagal jantung.

Pasien usia lanjut: Waktu yang diperlukan untuk mencapai kadar puncak dalam plasma serupa pada pasien muda maupun usia lanjut. Amlodipine, dalam penggunaan dosis yang serupa baik pada pasien muda maupun tua, dapat ditoleransi dengan baik. Amlodipine dapat diberikan pada pasien usia lanjut dengan dosis yang umum digunakan.

EFEK SAMPING

Secara umum amlodipine dapat ditoleransi dengan baik, dengan derajat efek samping yang timbul bervariasi dari ringan sampai sedang. Efek samping yang sering timbul dalam uji klinik, antara lain:

  • Edema.
  • Sakit kepala.
  • Kardiovaskular: aritmia, bradikardi, nyeri dada, hipotensi, takikardi.
  • Neurologi: hipestesia, neuropati perifer, parestesia, tremor, vertigo.
  • Gastrointestinal: anoreksia, konstipasi, dispepsia, muntah, diare.
  • Muskuloskeletal: artralgia, mialgia, kram otot.
  • Psikiatrik: insomnia, ansietas, depresi.
  • Respirasi: dyspnea, epistaksis.
  • Kulit: angioedema, rash.
  • Saluran kemih: nokturia.
  • Metabolik: hiperglikemia, rasa haus.
  • Hemopoietik: leukopenia, trombositopenia, purpura.
  • Secara umum: fatigue, nyeri, peningkatan atau penurunan berat badan.

KEHAMILAN DAN MENYUSUI

Belum ada penelitian pemakaian amlodipine pada wanita hamil, sehingga penggunaannya selama kehamilan hanya bila keuntungannya lebih besar dibandingkan risikonya pada ibu dan janin.

Belum diketahui apakah amlodipine diekskresikan ke dalam air susu ibu. Karena keamanan amlodipine pada bayi baru lahir belum jelas benar, maka sebaiknya amlodipine tidak diberikan pada ibu menyusui.

PASIEN ANAK

Efektivitas dan keamanan amlodipine pada pasien anak belum jelas benar.

INTERAKSI OBAT

Amlodipine dapat diberikan bersama dengan penggunaan diuretik golongan thiazide, alpha blockers, beta blockers, ACE inhibitor, nitrate, nitroglycerine sublingual, antiinflamasi non steroid, antibiotik, serta obat hipoglikemik oral.

Pemberian bersama digoxin tidak mengubah kadar digoxin serum ataupun bersihan ginjal digoxin pada pasien normal.

Amlodipine tidak mempunyai efek terhadap ikatan protein dari obat-obat: digoxin, phenytoin, warfarin, dan indomethacin.

Pemberian bersama cimetidine atau antacid tidak mengubah farmakokinetik amlodipine.

OVERDOSIS

Pada manusia, pengalaman keadaan overdosis sangat terbatas. Dosis amlodipine yang berlebihan dapat menyebabkan vasodilatasi perifer yang luas dan hipotensi sistemik yang nyata, sehingga dibutuhkan monitoring teratur dari fungsi jantung dan respirasi, dapat dilakukan elevasi ekstremitas, serta pengawasan volume sirkulasi tubuh dan keluaran urin.

Bila tidak ada kontraindikasi, obat-obatan vasokonstriktor dapat digunakan untuk mempertahankan tonus vaskular dan tekanan darah. Pemberian calcium gluconate mungkin menguntungkan. Bilas lambung mungkin dibutuhkan pada beberapa kasus.

PENYIMPANAN

Simpan pada suhu 30 derajat Celcius dan terlindung dari cahaya.

KEMASAN

AMLODIPINE 5 mg tablet: Dos isi 10 strip x 10 tablet - No. Registrasi GKL0708513910A1.

AMLODIPINE 10 mg tablet: Dos isi 10 strip x 10 tablet - No. Registrasi GKL0708513910B1.

HARUS DENGAN RESEP DOKTER

HEXPARM JAYA

A Kalbe Company
BEKASI - INDONESIA

 AMLODIPINE BESILATE TABLET 

 TERSEDIA DI APOTEK ISMA FARMA 

KLIK INFO LEBIH LANJUT

Ondansetron HCI - Tablet Salut Selaput

Komposisi:

Tiap tablet salut selaput mengandung:

  • Ondansetron HCI Tablet salut selaput 4 mg: Ondansetron hydrocloride 4,99 mg setara dengan Ondansetron 4 mg.
  • Ondansetron HCI Tablet salut selaput 8 mg: Ondansetron hydrocloride 9,98 mg setara dengan Ondansetron 8 mg.

Cara Kerja:

Ondansetron suatu antagonis reseptor 5HT, yang bekerja secara selektif dan kompetitif dalam mencegah maupun mengatasi mual dan muntah akibat pengobatan dengan sitostatika dan radioterapi.

Indikasi:

Penanggulangan mual dan muntah karena kemoterapi dan radioterapi serta operasi.

Kontraindikasi:

Penderita yang hipersensitif Ondansetron.

Dosis:

  • Pencegahan mual dan muntah pasca bedah.
  • Pencegahan mual dan muntah karena kemoterapi.

Dosis pencegahan mual dan muntah pasca bedah sebagai berikut:

  • Dosis pertama: 8 mg, diberikan 1 jam sebelum pembiusan.
  • Dilanjutkan pemberian 2 dosis berikutnya 8 mg tablet dengan interval waktu masing-masing 8 jam.

Dosis pencegahan mual dan muntah karena kemoterapi:

  1. Dewasa.*)
  2. Anak-anak > 4 tahun: 5 mg/mL secara i.v. selama 15 menit segera sebelum diberikan kemoterapi, diikuti dengan memberikan 4 mg peroral tiap 12 jam selama kurang dari 5 hari.
  3. Usia Lanjut: Ondansetron dapat ditoleransi dengan baik pada penderita usia di atas 65 tahun tanpa mengubah dosis, frekuensi ataupun cara pemakaian.
  4. Penderita dengan gangguan fungsi ginjal: Tidak memerlukan penyesuaian dosis harian, frekuensi ataupun cara pemberian.
  5. Penderita dengan gangguan fungsi hati: Dosis total harian tidak boleh lebih dari 8 mg.

*) Dewasa:

  • Kemoterapi yang sangat emetogenik, misalnya cisplatin. Mula-mula diberikan injeksi 8 mg ondansetron i.v. secara lambat atau diinfuskan selama 15 menit segera sebelum diberikan kemoterapi, diikuti dengan infus 1 mg ondansetron per jam selama terus menerus, selama kurang dari 24 jam atau 2 injeksi 8 mg i.v. secara lambat atau diinfuskan selama 15 menit dengan selang waktu 4 jam. Atau bisa juga diikuti dengan pemberian 8 mg peroral 2 kali selama kurang dari 5 hari.
  • Kemoterapi yang kurang emetogenik, misalnya siklopospamid. Injeksi i.v. 8 mg ondansetron secara lambat atau diinfuskan selama 15 menit segera sebelum diberikan kemoterapi, diikuti dengan 8 mg peroral 2 kali sehari selama kurang dari 5 hari.
  • Mual dan muntah karena radioterapi: Tablet 8 mg, 3 kali/hari dimulai 1-2 jam sebelum radioterapi. Lama pengobatan tergantung panjangnya radioterapi.

Efek Samping:

  • Sakit kepala;
  • Konstipasi;
  • Rasa panas pada kepala dan epigastrium;
  • Sedasi;
  • dan Diare.

Peringatan dan Perhatian:

Sebaiknya tidak digunakan pada wanita hamil terutama pada semester pertama dan wanita menyusui, kecuali bila manfaat lebih besar dari resiko yang mungkin terjadi.

Overdosis:

  • Pada dosis 84 mg - 145 mg i.v. terjadi efek samping yang ringan.
  • Antidotum yang khusus tidak ada.

Cara Penyimpanan:

Simpan pada suhu di bawah 30 derajat Celcius dan terlindungi dari cahaya.

Kemasan:

  • Ondansetron HCI Tablet salut selaput 4 mg: Dus, 3 strip @ 10 tablet salut selaput, No. Registrasi GKL1819619217B1.
  • Ondansetron HCI Tablet salut selaput 8 mg: Dus, 3 strip @ 10 tablet salut selaput, No. Registrasi GKL1819619217A1.

Untuk pemakaian oral HARUS DENGAN RESEP DOKTER.

Diproduksi oleh:

L a n d s o n
PT. PERTIWI AGUNG
Bekasi - Indonesia

 ONDANSETRON HCI 

 TERSEDIA DI APOTIK ISMA FARMA 

 KLIK INFO LEBIH LANJUT