PT. HIJAS LINE TUJUH TUJUH - HIJAS TRANS 77

Suamiku Milik Ibunya

Tulisan ini sebagai renungan buat kita semua, khususnya para isteri-isteri di dunia.
Wajib di baca sampai selesai.

Berpuluh kali membaca postingan ini, tidak akan bosan. Subhanallah...

Pagi-pagi sekali, Sarah mengetuk pintu rumah ibunya. Ia menggendong anaknya dan membawa satu tas besar di tangan kanannya.

Dari matanya yang sembab dan merah, ibunya sudah tahu kalau Sarah pasti habis bertengkar dengan suaminya. Ayah Sarah yang juga keheranan, segera menghampiri Sarah dan menanyakan masalahnya.

Sarah mulai menceritakan awal pertengkarannya dengan suaminya tadi malam.

Sarah kecewa karena suaminya telah membohongi Sarah selama ini. Sarah menemukan buku rekening tabungan milik suaminya terjatuh di dalam mobil. Sarah baru tahu, kalau suaminya selalu menarik sejumlah uang setiap bulan, di tanggal yang sama.

Sementara Sarah tahu, uang yang Sarah terima pun sejumlah uang yang sama.

Berarti sudah 1 tahun lebih, suaminya membagi uangnya, setengah untuk Sarah, setengah untuk yang lain. "Jangan-jangan ada wanita lain??" benak Sarah.

Ayah Sarah hanya menghela nafas, wajah bijaksananya tidak menampakkan rasa kaget ataupun marah.
"Sarah...!! Yang pertama, langkahmu datang ke rumah ayah, sudah dilaknat Allah dan para Malaikat-Nya, karena meninggalkan rumah tanpa seizin suamimu." Kalimat ayah sontak membuat Sarah kebingungan.
Sarah mengira ia akan mendapat dukungan dari ayahnya.
"Yang kedua, mengenai uang suamimu, kamu tidak berhak mengetahuinya. Hakmu hanyalah uang yang diberikan suamimu ke tanganmu. Itu pun untuk kebutuhan rumah tangga. Jika kamu membelanjakan uang itu tanpa izin suamimu, meskipun itu untuk sedekah, itu tak boleh," lanjut ayahnya.
"Sarah...!! Suamimu menelpon ayah dan mengatakan bahwa sebenarnya uang itu memang diberikan setiap bulan untuk seorang wanita. Suamimu memang sengaja tidak menceritakannya padamu, karena kamu tidak suka wanita itu sejak lama. Kamu sudah mengenalnya, dan kamu merasa setelah menikah dengan suamimu, maka hanya kamulah wanita yang memilikinya," lanjutnya.
"Suamimu meminta maaf kepada ayah karena ia hanya berusaha menghindari pertengkaran denganmu. Ayah mengerti karena ayah pun sudah mengenal watakmu." Mata ayah mulai berkaca-kaca.
"Sarah..., kamu harus tahu, setelah kamu menikah maka yang wajib kamu taati adalah suamimu. Jika suamimu ridho padamu, maka Allah SWT pun akan ridho. Sedangkan suamimu, ia wajib taat kepada ibunya. Begitulah Allah SWT mengatur laki-laki untuk taat kepada ibunya. Jangan sampai kamu menjadi penghalang bakti suamimu kepada ibundanya. Suamimu dan harta suamimu adalah milik ibunya." Ayah mengatakan itu dengan isak tangis, air matanya semakin banyak membasahi pipinya.
Seorang ibu melahirkan anaknya dengan susah payah dan kesakitan. Kemudian ia membesarkan anaknya hingga dewasa, hingga anak laki-lakinya menikah, kemudian ia melepasnya begitu saja.

Kemudian anak laki-laki itu akan sibuk dengan kehidupan barunya. Bekerja untuk keluarga barunya. Mengerahkan seluruh hidupnya untuk isteri dan anak-anaknya.

Anak laki-laki itu hanya menyisakan sedikit waktu untuk berjumpa sesekali dengan ibunya. Sebulan sekali, bahkan setahun sekali.
"Kamu yang sejak awal menikah dan tidak suka dengan ibu mertuamu, kenapa? Karena rumahnya kecil dan sempit? Sehingga kamu merajuk kepada suamimu bahwa kamu tidak bisa tidur disana. Anak-anakmu pun tidak akan betah disana. Sarah..., mendengar seperti ini ayah sangat sakit sekali." Tutur sang ayah.
"Lalu, jika kamu saja merasa tidak nyaman tidur disana. Bagaimana dengan ibu mertuamu yang dibiarkan saja untuk tinggal disana?" Tanya lagi sang ayah kepada Sarah.
"Uang itu diberikan kepada ibunya, agar suamimu ingin ayahnya berhenti berkeliling menjual gorengan. Dari uang itu, ibu suamimu hanya memakai secukupnya saja, selebihnya secara rutin dibagikan kepada anak-anak yatim dan orang-orang tidak mampu di kampungnya. Bahkan masih cukup untuk memberikan gaji kepada seorang guru ngaji di kampung itu," lanjut ayah.
Sarah membatin dalam hatinya, uang yang diberikan suaminya sering dikeluhkannya kurang. Karena Sarah butuh banyak pakaian untuk mengantar jemput anak sekolah.

Sarah juga sangat menjaga penampilannya untuk merawat wajah dan tubuhnya di spa. Berjalan-jalan setiap minggu di mall. Juga berkumpul sesekali dengan teman-temannya di restoran.

Sarah menyesali sikapnya yang tak ingin dekat-dekat dengan mertuanya yang hanya seorang tukang gorengan.

Tukang gorengan yang berhasil menjadikan suaminya seorang sarjana. Mendapatkan pekerjaan yang diidam-idamkan banyak orang. Berhasil mandiri, hingga Sarah bisa menempati rumah yang nyaman dan mobil yang bisa ia gunakan setiap hari.
"Ayaaah, maafkan Sarah," tangis Sarah meledak.
Ibunda Sarah yang sejak tadi duduk di samping Sarah segera memeluk Sarah.
"Sarah... Kembalilah ke rumah suamimu. Ia orang baik nak... Bantulah suamimu berbakti kepada orang tuanya. Bantu suamimu menggapai surganya, dan dengan sendirinya, ketaatanmu kepada suamimu bisa menghantarkanmu ke surga."
Ibunda Sarah membisikkan kalimat itu ke telinga Sarah. Sarah hanya menjawabnya dengan anggukan, ia menahan tangisnya. Bathinnya sakit, menyesali sikapnya.

Sarah pun pulang menghadap suaminya dan sambil menangis memohon maaf kepada suaminya atas prasangka yang salah selama ini.

Di lain hari, Sarah pun mengikuti suaminya bersilaturrahim kepada ibu kandung suaminya alias mertua dirinya.

Suaminya meneteskan air mata menatap isterinya yang di tangan isterinya tertenteng 4 liter minsyak goreng untuk mertuanya.

Tetesan air mata suami bukan masalah jumlah liternya, tapi karena perubahan isterinya yang senang dan nampak ikhlas hendak datang kepada orang tuanya alias mertua isterinya.

Seterusnya Sarah berjanji dalam hatinya, untuk menjadi isteri yang taat pada suaminya.

Sesekali waktu, Sarah bukan mengajak suaminya ke mall, melainkan minta anjangsana ke rumah mertuanya dan juga orang tuanya.

Subhanallaah...

Kirimkan kisah ini ke semua sahabat Anda, siapa tahu ada orang yang mau mencoba dan mengambil manfaat dari kisah ini, sehingga anda pun akan mendapatkan pahala. Insya Allah...

Semoga para isteri tetap mendukung suaminya untuk berbakti pada ibunya. Semoga Allah SWT meridhoi kita, Aaaaamiin....

Ya Allah...
Muliakanlah orang yang membaca postingan ini.

Ya Allah...
Lapangkanlah hatinya.

Ya Allah...
Bahagiakan keluarganya.

Ya Allah...
Luaskan rizqinya seluas lautan.

Ya Allah...
Mudahkan segala urusannya.

Ya Allah...
Kabulkan cita-citanya.

Ya Allah...
Jauhkan dari segala musibah, penyakit, fitnah, prasangka keji, berkata kasar, dan mungkar.

Ya Allah...
Ampunilah dosaku, dosa ibu bapakku, keluargaku, saudaraku, dan setiap orang yang meng-klik Suka, Share, dan berkomentar.

Ya Allah...
Jangan Engkau cabut nyawa kami saat tubuh kami yang tak pantas berada di Surga-Mu.

Aaaaamiin...

Sumber tidak diketahui, siapa yang pertama kali menulis essay ini. Tetapi yang paling penting adalah kisah di atas sangat bermanfaat buat kalian semua.

Silahkan SHARE sebanyak mungkin...!!!

0 comments:

Posting Komentar