Giat Kerja Bakti Warga Rw. 16 Cililitan

Minggu, 8 Desember 2024 - Komunitas

LPJ Triwulan 3 Kopma UIN Jakarta 2024

Jum'at, 6 Desember 2024 - Koperasi

LMS UNJ Error, Menyulitkan Pejuang Sarjana

Rabu, 4 Desember 2024 - Teknologi Kampus

Munas Dekopin Menuju Indonesia Emas

Minggu, 1 Desember 2024 - Koperasi

Beli Isuzu Sekarang Juga! Sebelum Menyesal

Jum'at, 29 November 2024 - Otomotif

Analisis SWOT pada Panitia Pelantikan Kopma UIN Syahid 2012

Acara pelantikan Koperasi Mahasiswa Universitas Syarif Hidayatullah yang diadakan pada tahun 2012 lalu, telah dianalisa mengenai SWOT pada panitia acaranya, antara lain:

A. Strength.
  1. Adanya sumber dana dari dana DKM (Dana Kegiatan Mahasiswa).
  2. Anggota panitia acara pelantikan dengan jumlah yang cukup dan terstruktur. Walaupun panitia yang ikut serta hanya sedikit, tetapi acara tetap berjalan dengan baik dan lancar serta tidak ada hambatan berarti yang dihadapi panitia.
  3. Adanya rapat persiapan yang cukup matang dari panitia sebelum hari berlangsungnya acara secara intensif.
  4. Adanya bimbingan dari para pengurus senior di KOPMA kepada para panitia pelantikan dalam merancang berlangsungnya acara baik berupa teknis maupun non-teknis sehingga panitia tidak merasa terlalu kesulitan.
  5. Peserta yang hadir dalam acara terdiri dari pengurus dan pengawas Koperasi Mahasiswa yang lama maupun yang akan dilantik serta tamu undangan yang terdiri dari undangan IKM dan undangan rektorat.
B. Weakness.
  1. Banyak dari anggota panitia yang mengalami kendala pada waktu rencana rapat.
  2. Ada dari beberapa anggota panitia yang bertugas mengisi acara kemudian mengundurkan diri.
  3. Gladiresik tidak berjalan dengan baik.
  4. Ada dari beberapa calon pengurus dan pengawas koperasi mahasiswa yang terlambat hadir, sehingga menyebabkan waktu pelaksanaan acara yang diundur dari waktu yang telah direncanakan.
  5. Acara berlangsung dengan sangat formal hingga akhir tanpa adanya jeda atau hiburan, sehingga membuat beberapa peserta rapat merasa bosan dalam ruangan.
C. Opportunity.
  1. Tersedianya dana dari DKM.
  2. Tersedianya tempat dan sarana yang cukup untuk dilaksanakannya acara.
  3. Adanya pembicara yang siap untuk mengisi acara.
  4. Adanya dukungan dari UKM (Unit Kegiatan Mahasiswa) lain.
  5. Adanya dukungan dari seluruh anggota koperasi mahasiswa dan dari para alumni pengurus di KOPMA.
  6. Diadakannya hiburan dari panitia sehingga acaranya akan lebih menarik dan tidak terlalu membosankan.
D. Threat.
  1. Surat keputusan dari rektorat yang terlambat turun.
  2. Para calon pengurus dan pengawas koperasi mahasiswa yang terlambat datang saat berlangsungnya acara.
  3. Acara yang diundur membuat panitia kecewa dan berkurangnya semangat, hal ini tentu berdampak pada persiapan acara kedepannya selain itu jumlah anggaran yang di dapat panitia juga tidak sesuai (lebih sedikit) dengan proposal yang diajukan ke rektorat sehingga panitia harus melakukan penghematan untuk mengalokasikan dana.

Tips Menemukan Masalah Skripsi

Seringkali kita pasti pernah mendengar kata-kata yang terucap dari seorang mahasiswa/i dalam menemukan kesulitan dalam skripsi, seperti “Ah... proposal judul skripsi yang saya ajukan ditolak oleh pembimbing akademik, kata beliau dalam proposal itu tidak terdapat masalah yang jelas untuk diteliti”.

Hal senada mungkin juga pernah dialami oleh teman-teman yang sedang mencoba untuk fokus dalam penulisan tugas akhir alias skripsi. Dalam penulisan skripsi, masalah memang suatu hal yang paling esensial. Karena tidak mungkin adanya penelitian, jika tidak ada masalah yang muncul, dengan kata lain masalah adalah objek penelitian tersebut.

Nah, sekarang bagi para Mahasiswa/i jangan berkecil hati lagi, karena penulis akan memberikan tips-tips untuk mendapatkan masalah yang tepat dari tema skripsi yang akan diteliti dan akhirnya mahasiswa/i dapat menyelesaikan SKRIPSI tersebut.

Apa masalahnya?
Yakinkan bahwa masalah tersebut cukup baik untuk dibahas.
Mengapa memilih masalah tersebut?
Ini akan mempengaruhi strategi teman-teman dalam mengerjakan skripsi. Usahakan memilihnya karena menyenangi bidang masalah tersebut.
Bagaimana masalah tersebut akan dapat diselesaikan?
Ini tentu memperkirakan ilmu-ilmu apa yang diperlukan untuk memecahkan masalah tersebut. Apakah teman-teman merasa mampu atau tidak untuk menyelesaikan skripsi tersebut, terkait dengan faktor dan biaya.
Apa yang didapatkan ketika masalah tersebut terpecahkan?
Ini bisa mendukung kepercayaan diri jika solusi dari skripsi ini akan berharga. Termasuk menjadi nilai tambah ketika melamar kerja.
Mampu memformulasikan masalah yang dipilih!
Usahakan memformulasikan masalah dalam bentuk tulisan pendek atau abstrak. Manfaatnya, teman-teman sudah berusaha memfokuskan pikiran ke masalah tersebut dengan menuliskannya. Ada tiga tahapan, yaitu:
  1. Intro, yakni mengenalkan masalah, apa, mengapa, dan batasan-batasannya, yang masuk BAB I dan BAB II.
  2. Progress, yakni tentang bagaimana masalah tersebut dicoba dipecahkan, termasuk   juga pembahasannya, masuk BAB III dan BAB IV.
  3. Kesimpulan, yakni tentang bilamana masalah dapat terpecahkan, masuk BAB V.
Evaluasi abstrak bersama dosen!
Bagus atau tidaknya, teman-teman bisa meminta masukan, evaluasi, dan kritikan dengan mendiskusikannya bersama teman-teman lain ataupun dosen yang dirasa bisa memahami masalah tersebut. Jika abstrak sudah OK, maka penulisan skripsi bisa dilanjutkan.

Selamat mencoba ya kawan-kawan semoga “penolakan” itu tidak terdengar lagi di telinga kita semua......!!!!!!!!!! Amien.

Tiga Sifat Menggugah Hati Manusia

Oleh Muhammad Ashsubli*

Documenter - Sebelumnya artikel ini pernah dimuat dalam Buletin Hakam Peradilan Agama Edisi November 2009. Tiga sifat ini sudah tidak asing lagi di pendengaran kita sebagai mahasiswa dan juga pemuda. Yakni malu, takut, dan cinta ternyata ketika penulis selidiki 3 sifat ini menjadi kekuatan yang luar biasa untuk menggerakkan orang. Melakukan atau tidak melakukan sesuatu karena didorong oleh salah satu dari ketiga sifat itu. Oleh karena, rasa malu tidak akan lulus misalnya, maka seorang mahasiswa terpaksa tidak tidur semalaman, belajar menghadapi ujian. Karena malu selalu ditegur tentang skripsi, atau thesis, dan bahkan disertasinya yang tidak selesai-selesai, maka mahasiswa yang bersangkutan tidak pernah istirahat menyelesaikan tugasnya itu.

Selain malu, seseorang bergerak atau tidak bergerak karena didorong oleh rasa takut dan cinta. Karena takut dimarahi oleh orang tuanya, maka seorang anak tidak berani pulang ke rumah. Karena rasa takut maka seseorang terpaksa bekerja seharian tidak mengenal lelah menyelesaikan tugasnya. Karena takut sebatas ditegur oleh atasan, maka seorang bawahan tidak berani pulang duluan sebelum pimpinannya pulang. Demikian pula didorong oleh rasa cinta, maka seorang pemuda melakukan apa saja agar wanita yang dicintai berpihak padanya. Seorang tokoh mengorbankan apa saja yang dimiliki, untuk membela pengikut yang dicintainya.

Antara rasa takut dan malu, sekalipun keduanya merupakan kekuatan penggerak, masing-masing memiliki perbedaan. Rasa takut mendorong seseorang melakukan atau justru menghindari dari sesuatu karena keterpaksaan. Yaitu terpaksa dilakukan oleh karena takut datangnya ancaman yang tidak mengenakkan. Berbeda dengan takut adalah rasa cinta. Atas dasar rasa mencintai maka seseorang melakukan sesuatu, dan bahkan dengan perasaan cinta itu pula maka seseorang berani berkorban. Oleh karena maka sering muncul kalimat indah, yakni cinta adalah pengorbanan.

Akhir-akhir ini ketiga sifat itu rasanya semakin kurang mewarnai kehidupan masyarakat, dan bahkan hilang. Dulu, jika seseorang memiliki saudara terlibat kriminal, sekalipun sederhana, misalnya dituduh mencuri maka tidak saja yang bersangkutan, bahkan saudara-saudaranya pun menghindar karena malu. Berbeda dengan itu, pada saat sekarang ini, maka jangankan melakukan kesalahan kecil-kecilan, bahkan berkorupsi bermilyaran rupiah sekalipun, seperti tidak ada seuatu yang dirasakan mengganggu.

Berbagai kejahatan dilakukan atas dasar kalkulatif. Melakukan korupsi milyaran rupiah, lalu dihukum beberapa tahun, dianggap lebih untung daripada bekerja yang tidak akan mendapatkan keuntungan sebesar itu. Keanehan lain, seseorang merasa biasa menjenguk saudaranya ke penjara, karena terlibat kriminal. Melakukan kejahatan hingga dihukum sudah tidak dirasakan sebagai suatu yang nista, bahkan aib.

Orang-orang dahulu, oleh karena rasa malu, maka tidak berani mencalonkan diri sebagai pimpinan masyarakat, takut kalau di kemudian hari akan dipandang tidak mampu. Sekarang ini, yang terjadi justru sebaliknya. Tanpa melihat kemampuan dirinya, prestasi yang pernah dihasilkan, berkampanye agar dipilih sebagai calon pemimpin. Bahkan, sekalipun tidak memenuhi syarat, seseorang berani menempuh jalan yang kurang terpuji, misalnya dengan cara membayar atau membeli suara, menyuap atau menyogok, memalsukan persyaratan, dan lain-lain.

Rupanya ketiga sifat tersebut, malu, takut, dan cinta sudah dibeli atau diganti dengan uang. Budaya masyarakat sudah bersifat transaksional. Apa saja sudah dapat digerakkan dengan uang, bahkan untuk mengejar uang, maka rasa malu, takut, dan cinta sudah ditinggalkan. Pepatah yang mengatakan bahwa, “jika sudah tidak punya rasa malu, maka berbuatlah sekehendak hatimu”. Maka, pepatah itu ternyata sudah menjadi kenyataan di tengah masyarakat luas. Rasa malu, takut, dan cinta sudah semakin sulit ditemukan. Ironinya lagi bahwa hal semacam itu sudah menembus ke semua wilayah kehidupan. Bahkan wilayah yang seharusnya dijaga dari kegiatan transaksional sekalipun, pada saat ini sudah dijalankan seperti halnya di pasar. Semua sudah dijalankan dengan pendekatan transaksional. Bahkan sampai-sampai, seorang tokoh agama, baru bersedia memimpin do’a, asal diberi honorarium.

Bayangkan, memimpin permohonan kepada Tuhan pun memerlukan honor. Kita juga melihat gejala menyedihkan lainnya, bahwa orang tidak lagi merasa malu mengikuti pendidikan dengan pendekatan transaksional. Belajar dan tugas-tugasnya diselesaikan ala kadarnya, asalkan membayar, kemudian lulus dan disandanglah gelar akademik.

Tiga sifat luhur sebagai penyangga peradaban, akhir-akhir ini sudah semakin hilang, dan digantikan dengan uang. Sebagai akibatnya, tatkala orang tidak memiliki rasa malu, takut, dan cinta, maka terjadilah saling berebut apa saja. Sebaliknya, yang muncul adalah saling membangun kekuatan masing-masing untuk mendapatkan kemenangan dan keuntungan. Sebab dirasakan, ternyata siapa yang kuat, maka merekalah yang menang dan menganggapnya akan mendapatkan kebahagiaan. Suasana perebutan semacam itu, pada saat ini sudah tampak sejak dari hulu hingga hilir.

Mengamati dan sekaligus melihat kenyataan itu, seorang teman merasakan keprihatinannya, kemudian mengajak berdiskusi, bagaimana mengatasi persoalan itu. Saya menjawabnya ringan, ialah ajaklah bangsa ini agar memiliki rasa malu, takut, dan cinta, sebagaimana masyarakat dahulu telah memeliharanya. Jika mau merenung secara mendalam, saya yakin akan ditemukan kesimpulan bahwa sesungguhnya bangsa ini bukan miskin sembako, melainkan adalah masih miskin dari sifat-sifat mulia tersebut, termasuk di kalangan sebagian para pemimpinnya. Wallahu a’lam.

*Mahasiswa Peradilan Agama Fakultas Syari'ah & Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan Ketua IPEMALIS Jakarta tahun 2009.

Leadership Camp

Arifin Bahtiar*

Documenter - Sebelumnya artikel ini pernah ditulis dalam Buletin Hakam Peradilan Agama Edisi November 2009. Dalam rangka tahun ajaran baru 2009/2010 segenap Badan Eksekutif Mahasiswa berburu merancang kegiatan menyambut mahasiswa baru demi mengisi agenda kegiatan tahunan. Pada kesempatan kali ini BEMJ Peradilan Agama mengadakan kegiatan Leadership Camp yang diadakan pada hari Jum’at-Minggu, 16-18 Oktober 2009. Yang dikoordinatori oleh Mahasiswa jurusan Peradilan Agama semester III.

Acara ini diadakan dengan tujuan membentuk karakter kepemimpinan yang berkualitas pada mahasiswa dan menguatkan tali emosional antara mahasiswa baru dan mahasiswa angkatan sebelumnya. Acara ini dipersiapkan oleh panitia dengan semaksimal mungkin selama kurang lebih satu bulan. Mulai dari persiapan dana, akomodasi, transportasi, tempat, dan konsumsi.

Pada tanggal 16 Oktober, acara dilaksanakan di Aula SC, acara dimulai setelah shalat Dzuhur tepatnya pada pukul 13.00 WIB hingga 18.00 WIB. Dengan rangkaian acara seminar nasional dengan tema “Mengupas Operasi Calon Pengantin di Kalangan Pemuda Sekitar Kita” dengan nara sumber Dr. Wawan H. Purwanto (sebagai Pengamat Intelijen). Seminar tersebut mengupas masalah teroris yang belakangan sangat hangat dibicarakan, karena munculnya berita tertangkapnya teroris di dekat kampus UIN Ciputat, tepatnya di daerah Semanggi.

Kemudian disusul acara pelatihan dengan materi “Latihan Dasar Kepemimpinan” dengan pemateri Drs. Djaka Badrayana, ME., acara berlangsung cukup menarik dan mendapat respon yang cukup baik dari para peserta, namun ditengah berlangsungnya acara terjadi peristiwa yang tak terlupakan yaitu gempa yang terjadi di Kulon Banten, yang getarannya terasa sampai ke Ciputat, sehingga seluruh yang berada di ruang aula SC merasakan getaran gempa tersebut. Rungan pun sampai kosong oleh para peserta yang lari keluar ruangan saat Drs. Djaka Badrayana, ME., memberikan materi tentang Latihan Dasar Kepemimpinan. Dan acara diakhiri dengan kegiatan mentoring.

Pada tanggal 17 Oktober 2009, seluruh panitia dan peserta acara pelatihan Leadership Camp berangkat menuju Cilember, Bogor. Untuk melanjutkan acara pelatihan tersebut. Kami berangkat pukul 08.30 WIB dan tiba di Cilember pada pukul 11.00 WIB. Para peserta dipersilahkan istirahat terlebih dahulu, kemudian shalat dan makan. Setelah itu, peserta memasuki pembahasan materi kedua tentang “Manajemen Organisasi” dengan pemateri Teuku Mahdar Ardian. Lalu disusul dengan rangkaian acara games dan mentoring.

Pada pukul 19.30-21.00 WIB materi dilanjutkan sebagai materi ketiga yang bertema “Membentuk Karakter Akademis Hukum yang Progresif” dengan pemateri Muhammad Isnur, SHI. Pada hari Minggu, 18 Oktober 2009 setelah shalat Shubuh berjama’ah peserta dan panitia berkumpul di taman villa untuk senam pagi dan dilanjutkan perjalanan ke Curug Panjang sebagai hiburan dan diisi dengan acara out bound.

Selesai wisata Curug, peserta dipersilahkan istirahat dan menyantap makan siang yang sudah dipersiapkan oleh bagian konsumsi yang dikoordinatori oleh Siti Hidayah dan kawan-kawannya. Setelah itu kami mulai berkemas-kemas untuk pulang, sebelum pulang peserta berkumpul di halaman depan guna perkenalan pengurus BEMJ. Selesai, kami pun pulang menuju Ciputat dengan perjalanan yang lancar meskipun sempat turun hujan.

Sebagai Ketua Panitia, saya bersyukur atas terlaksananya kegiatan Leadership Camp ini yang berjalan dengan lancar, walaupun masih terdapat kekurangan. Namun, semuanya tetap terlaksana dengan kerjasama panitia dan dukungan Steering Commite. Dan saya berharap kegiatan ini menjadi motivasi bagi mahasiswa untuk menjadi Leader yang berkualitas bagi dirinya dan masyarakat luas.

*Mahasiswa Fakultas Syari'ah & Hukum Jurusan Peradilan Agama UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.