Main Rebut Kelereng atau apa yaa...???
Begini nih ceritanya kalau anak SD kekinian...!!!
PERPUSTAKAAN HIBAH
Minggu, 8 Desember 2024 - Komunitas
Jum'at, 6 Desember 2024 - Koperasi
Rabu, 4 Desember 2024 - Teknologi Kampus
Minggu, 1 Desember 2024 - Koperasi
Jum'at, 29 November 2024 - Otomotif
"Sarah...!! Yang pertama, langkahmu datang ke rumah ayah, sudah dilaknat Allah dan para Malaikat-Nya, karena meninggalkan rumah tanpa seizin suamimu." Kalimat ayah sontak membuat Sarah kebingungan.
"Yang kedua, mengenai uang suamimu, kamu tidak berhak mengetahuinya. Hakmu hanyalah uang yang diberikan suamimu ke tanganmu. Itu pun untuk kebutuhan rumah tangga. Jika kamu membelanjakan uang itu tanpa izin suamimu, meskipun itu untuk sedekah, itu tak boleh," lanjut ayahnya.
"Sarah...!! Suamimu menelpon ayah dan mengatakan bahwa sebenarnya uang itu memang diberikan setiap bulan untuk seorang wanita. Suamimu memang sengaja tidak menceritakannya padamu, karena kamu tidak suka wanita itu sejak lama. Kamu sudah mengenalnya, dan kamu merasa setelah menikah dengan suamimu, maka hanya kamulah wanita yang memilikinya," lanjutnya.
"Suamimu meminta maaf kepada ayah karena ia hanya berusaha menghindari pertengkaran denganmu. Ayah mengerti karena ayah pun sudah mengenal watakmu." Mata ayah mulai berkaca-kaca.
"Sarah..., kamu harus tahu, setelah kamu menikah maka yang wajib kamu taati adalah suamimu. Jika suamimu ridho padamu, maka Allah SWT pun akan ridho. Sedangkan suamimu, ia wajib taat kepada ibunya. Begitulah Allah SWT mengatur laki-laki untuk taat kepada ibunya. Jangan sampai kamu menjadi penghalang bakti suamimu kepada ibundanya. Suamimu dan harta suamimu adalah milik ibunya." Ayah mengatakan itu dengan isak tangis, air matanya semakin banyak membasahi pipinya.
"Kamu yang sejak awal menikah dan tidak suka dengan ibu mertuamu, kenapa? Karena rumahnya kecil dan sempit? Sehingga kamu merajuk kepada suamimu bahwa kamu tidak bisa tidur disana. Anak-anakmu pun tidak akan betah disana. Sarah..., mendengar seperti ini ayah sangat sakit sekali." Tutur sang ayah.
"Lalu, jika kamu saja merasa tidak nyaman tidur disana. Bagaimana dengan ibu mertuamu yang dibiarkan saja untuk tinggal disana?" Tanya lagi sang ayah kepada Sarah.
"Uang itu diberikan kepada ibunya, agar suamimu ingin ayahnya berhenti berkeliling menjual gorengan. Dari uang itu, ibu suamimu hanya memakai secukupnya saja, selebihnya secara rutin dibagikan kepada anak-anak yatim dan orang-orang tidak mampu di kampungnya. Bahkan masih cukup untuk memberikan gaji kepada seorang guru ngaji di kampung itu," lanjut ayah.
"Ayaaah, maafkan Sarah," tangis Sarah meledak.Ibunda Sarah yang sejak tadi duduk di samping Sarah segera memeluk Sarah.
"Sarah... Kembalilah ke rumah suamimu. Ia orang baik nak... Bantulah suamimu berbakti kepada orang tuanya. Bantu suamimu menggapai surganya, dan dengan sendirinya, ketaatanmu kepada suamimu bisa menghantarkanmu ke surga."Ibunda Sarah membisikkan kalimat itu ke telinga Sarah. Sarah hanya menjawabnya dengan anggukan, ia menahan tangisnya. Bathinnya sakit, menyesali sikapnya.