Giat Kerja Bakti Warga Rw. 16 Cililitan

Minggu, 8 Desember 2024 - Komunitas

LPJ Triwulan 3 Kopma UIN Jakarta 2024

Jum'at, 6 Desember 2024 - Koperasi

LMS UNJ Error, Menyulitkan Pejuang Sarjana

Rabu, 4 Desember 2024 - Teknologi Kampus

Munas Dekopin Menuju Indonesia Emas

Minggu, 1 Desember 2024 - Koperasi

Beli Isuzu Sekarang Juga! Sebelum Menyesal

Jum'at, 29 November 2024 - Otomotif

CRO - Iris Worldwide

Hibah Jasa - Dibutuhkan Customer Relations Officer (CRO) untuk perusahaan Irish Worldwide dengan persyaratan (requirements):

  • Pria / Wanita.
  • Minimal lulusan D3.
  • Umur 20 - 30 tahun.
  • Menyukai dunia digital dan gadget.
  • Familiar dengan teknologi dan mobile apps.
  • Dapat berkomunikasi dengan baik dan suka berinteraksi dengan orang banyak.
  • Pengalaman di dunia Customer Service menjadi nilai plus.
Kebutuhan lowongan ini untuk wilayah Jabodetabek, Bandung, Surabaya, Medan, dan Makasar.

Bagi yang berminat dan memenuhi kualifikasi di atas, silahkan kirim CV (Curriculum Vitae) ke: citra.novi@id.iris-worldwide.com

Anak Kecil yang Taqwa Kepada Allah SWT

Perpustakaan Hibah - Suatu hari Abu Yazid Al-Busthami menunaikkan ibadah sholat Tahajud. Tiba-tiba anaknya yang masih kecil berdiri, sholat di sampingnya. Abu Yazid merasa kasihat melihat anaknya yang masih kecil itu ikut sholat bersamanya, karena umumnya anak sekecil seusianya tidur di saat malam yang larut. Apalagi malam itu udara terasa begitu dingin, orang-orang dewasa pun akan merasa berat meninggalkan tempat tidur mereka.

Abu Yazid berkata pada anaknya, "tidurlah wahai anakku, malam masih panjang."
Anaknya mengatakan, "lalu mengapa ayah sholat?"

Abu Yazid mengatakan, "Anakku, aku memang dituntut sholat malam."
Anaknya malah menjawab dengan ayat Al-Qur'an yang ia hafal, "Aku telah menghafal firman Allah SWT yang berbunyi Sesungguhnya Tuhanmu mengetahui bahwa kamu berdiri sholat kurang dari dua pertiga malam atau seperdua malam atau sepertiganya dan demikian pula segolongan orang-orang yang bersama kamu (Nabi). Lalu siapa orang-orang yang berdiri sholat bersama Nabi SAW?"

Abu Yazid menjawab, "tentu saja para sahabat beliau."
Anak Abu Yazid kembali mengatakan, "jangan menghalangiku untuk meraih kemuliaan menyertaimu dalam ketaatan kepada Allah SWT."

Abu Yazid dengan penuh kekaguman berkata, "Anakku kamu masih kecil dan belum mencapai usia dewasa."
Anaknya menjawab, "Ayah, aku melihat ibu sewaktu menyalakan api. Dia memulai dengan potongan-potongan kayu kecil untuk menyalakan kayu-kayu yang besar, maka aku takut Allah SWT memulai dengan kami para anak kecil sebelum orang-orang dewasa pada hari kiamat nanti. Jika kita lalai dari ketaatan kepada-Nya."

Abu Yazid tersentak dengan ucapan anaknya itu dan kagum dengan rasa takut kepada Allah SWT yang dimiliki anaknya, walaupun masih sangat kecil. Abu Yazid berkata, "Anakku berdirilah, kamu lebih berhak dengan Allah SWT daripada bapakmu."

Maha Suci Allah SWT, yang mengubah keadaan. Hari ini anak-anak kita jauh dari Allah SWT, mereka sibuk dengan hal-hal yang menjauhkan mereka dari Allah SWT, mereka sibuk dan terbiasa dengan akhlak dan budi pekerti yang rendah. Kalau generasi dahulu, sejak kecil mereka telah mengenal ketaatan. Mungkin tidak berlebihan apabila kita katakan anak-anak sekarang sejak kecil telah mengenal kemaksiatan, kecuali yang diselamatkan oleh Allah SWT. Oleh karena itu, para orangtua hendaknya menjadi teladan bagi anak-anak mereka, mencontohkan perbuatan ketaatan, dan program yang memuat akhlak yang hina, karena anak-anak meniru apa yang mereka saksikan.

Mudah-mudahan Allah SWT memberi taufiq kepada kita dan keluarga kita untuk selalu menaatinya. Amanat yang akan disampaikan adalah belajarlah sholat dari usia dini dan jangan meninggalkan sholat, walaupun hukumnya sunnah maupun wajib.

Kisah ini ditulis pada Jum'at, 29 Januari 2016 guna memenuhi tugas kelompok 3 mata pelajaran Agama Islam kelas VII-4 SMP Negeri 61 Slipi Jakarta.

Disusun oleh:
Dyah Retnani Trimaulidya Sari (Penulis)
Bunga Oktaviani Fasillah (Ketua)
Abadi Pratama (Juru Bicara)
Aida Syahrani (Anggota)
Ananda Reneisha Putri Wibowo (Anggota)
Arief Isnandar (Anggota)
Daniel Mukhtar (Anggota)

Kejujuran Saudagar Permata

Perpustakaan Hibah - Pada suatu hari seorang saudagar perhiasan di zaman Tabi'in bernama Yunus bin Ubait, menyuruh saudaranya menjaga kedainya karena ia akan melaksanakan sholat. Ketika itu datanglah seorang Badwi yang hendak membeli perhiasan di kedai itu. Maka terjadilah jual beli diantara Badwi tersebut dengan penjaga kedai yang diamanahkan tuannya tadi.

Satu barang perhiasan permata yang hendak dibeli harganya empat ratus dirham. Saudara kepada Yunus menunjukkan kepada suatu barang yang sebenarnya harga dua ratus dirham. Barang tersebut dibeli oleh Badwi tadi tanpa diminta mengurangkan harganya. Di tengah jalan, dia terserempak dengan Yunus bin Ubait. Lalu Yunus bin Ubait bertanya kepada si Badwi yang membawa barang perhiasan yang dibeli dari kedainya, sememangnya dia mengenali barang tersebut adalah dari kedainya.

"Berapakah harga barang ini kamu beli?" Saudagar Yunus bertanya kepada Badwi itu.
"Empat ratus dirham." Badwi itu menjawab.
"Tetapi harga sebenarnya cuma dua ratus dirham sahaja. Mari ke kedai supaya saya dapat kembalikan uang selebihnya kepada saudara," kata saudagar Yunus lagi.
"Biarlah, ia tidak perlu. Aku telah merasa senang dan beruntung dengan harga yang empat ratus dirham itu, sebab di kampungku harga barang ini paling murah lima ratus dirham."

Tetapi saudagar Yunus itu tidak mau melepaskan Badwi itu pergi. Didesaknya juga agar Badwi tersebut kembali ke kedainya dan bila tiba akan dikembalikannya uang barang yang berupa baki tersebut kepada Badwi. Setelah Badwi itu beredar, berkatalah saudagar Yunus kepada saudaranya.

"Apakah kamu tidak merasa malu dan takut kepada Allah SWT atas perbuatanmu menjual barang tadi dengan harga dua kali ganda?" Marah saudagar Yunus lagi.
"Tetapi dia sendiri yang mau membelinya dengan harga empat ratus dirham," saudaranya mencoba mempertahankan bahwa dia di pihak yang benar.
"Ya, tetapi di atas belakang kita terpikul satu amanah untuk memperlakukan saudara kita seperti memperlakukan terhadap diri kita sendiri," kata saudagar Yunus lagi.

Jika kisah ini dapat dijadikan tauladan bagi peniaga-peniaga kita yang beriman, amatlah tepat. Karena ini menunjukkan pribadi seorang peniaga yang jujur dan amanah di jalan mencari rezeki yang halal. Jika semuanya berjalan dengan aman dan tentram, karena tidak ada penipuan dalam perniagaan.

Dalam hal ini Rasulullah SAW bersabda, "Sesungguhnya Allah itu penetap harga, yang menahan, yang melepas, dan memberi rezeki. Dan sesungguhnya aku harap bertemu Allah SWT di dalam keadaan tidak seorang pun dari kamu menuntut aku lantaran menzholimi di jiwa atau di harga." (Diriwayatkan Lima Imam kecuali Imam Nasa'i).

Kisah ini ditulis pada Jum'at, 29 Januari 2016 guna memenuhi tugas kelompok 2 mata pelajaran Agama Islam kelas VII-4 SMP Negeri 61 Slipi Jakarta.

Disusun oleh:
Loeh Sakylah Vergina (Penulis)
Zahra Dzahab (Ketua)
Marcelino Budi H. (Juru Bicara)
Aprilli Ivaddah (Anggota)
Andrea Marshyanda Putri (Anggota)
Muhammad Jasir (Anggota)
Muhammad Andy Setiawan (Anggota)

Khalifah Umar dan Gadis Jujur

Perpustakaan Hibah - Khalifah Umar bin Khattab sering melakukan ronda malam, sendirian. Sepanjang malam ia memeriksa keadaan rakyatnya langsung dari dekat. Ketika melewati sebuah gubuk, Khalifah Umar merasa curiga melihat lampu yang masih menyala, di dalamnya terdengar orang bisik-bisik. Khalifah Umar menghentikan langkahnya, ia penasaran ingin tahu apa yang sedang mereka bicarakan dari bilik-bilik. Khalifah Umar mengintipnya tampak seorang ibu dan anak perempuannya sedang ribut dari hari ke hari. "Rasanya semakin berat saja, aku khawatir jika akan kelaparan", kata ibunya.

Anak perempuan itu terdiam, tangannya sibuk membereskan kaleng-kaleng yang telah berisi susu. "Nak, kita campur saja susu itu dengan air supaya penghasilan kita cepat bertambah", bisik ibunya secara mendekat.

Anak perempuan itu tercengang ditatapnya wajah ibu yang keriput. Ah wajah itu begitu lelah dan letih menghadapi tekanan hidup yang amat berat. Ada rasa sayang yang begitu besar di hatinya, namun ia segera menolak keinginan ibunya.

"Sudah sepantasnya ia mendapatkan hadiah!" gumam Khalifah Umar.

Khalifah Umar beranjak meninggalkan gubuk itu, kemudian beliau cepat-cepat pulang ke rumahnya. Dan keesokan paginya, Khalifah Umar memanggil putranya yaitu Asmih bin Umar dan diceritakannya tentang seorang gadis jujur penjual susu tersebut.

Kisah ini ditulis pada Jum'at, 29 Januari 2016 guna memenuhi tugas kelompok 1 mata pelajaran Agama Islam kelas VII-4 SMP Negeri 61 Slipi Jakarta.

Disusun oleh:
Dwi Nova (Penulis)
Dhea Mutia (Ketua)
Reyhan Alfansyah (Juru Bicara)
Dwi Murti (Anggota)
Salwa Zetira (Anggota)
Naufal Prayoga (Anggota)
Saifullah (Anggota)