Hydro Jet System

Sabtu, 14 Desember 2024 - Teknologi

Giat Kerja Bakti Warga Rw. 16 Cililitan

Minggu, 8 Desember 2024 - Komunitas

LPJ Triwulan 3 Kopma UIN Jakarta 2024

Jum'at, 6 Desember 2024 - Koperasi

LMS UNJ Error, Menyulitkan Pejuang Sarjana

Rabu, 4 Desember 2024 - Teknologi Kampus

Munas Dekopin Menuju Indonesia Emas

Minggu, 1 Desember 2024 - Koperasi

Sejarah Singkat Taman Gasibu

Suasana siang ini di taman Gazibu sangat mendung, sepertinya akan turun hujan. Mampir disini hanya ingin melepas lelah dari sebuah perjalanan yang cukup panjang. Perjalanan dari Jakarta ke Bandung hanya untuk berburu suatu hal yang mungkin orang lain akan tertawa dan menganggap ini tak penting. 

Entah benar atau tidak dalam pelafalan Gazibu atau Gasibu? Mari kita sebut Gasibu saja, sesuai omongan orang-orang sekitar, dan kita bahas juga tentang taman atau lapangan Gasibu ini. 

Lapangan Gasibu yang sudah ada sejak zaman Hindia Belanda ini bernama Wilhelmina Plein atau lapangan Wilhelmina yang diambil dari nama Ratu Belanda. Namun berselang sekian tahun berjalan nama itu digantikan. Sekitar tahun 1950-an, nama lapangan berganti menjadi lapangan Diponegoro. 

Diberi nama Gasibu, lantaran dulunya lapangan tersebut yang berada di Bandung itu memiliki sejarah sebagai tempat berkumpulnya perkumpulan sepak bola dari Bandung Utara. Nama Gasibu merupakan singkatan dari Gabungan Sepak Bola Indonesia Bandung Utara

Saat ini, Lapangan Gasibu menjadi tempat yang populer bagi masyarakat Bandung untuk berolahraga, rekreasi, dan bersantai (healing), seperti yang saya lakukan saat ini. Bisa juga tempat hunting foto, bahkan tempat ini dijadikan sebagai ajang popularitas konten tiktok yakni penyembunyian harta karun oleh konten kreator dermawan. Lapangan ini juga menjadi pusat aktifitas komunitas, seperti pertemuan, kegiatan sosial, dan konser musik. 

Lapangan Gasibu juga memiliki berbagai fasilitas seperti trek lari sepanjang 400 meter, musholla, toilet, tempat penyimpanan barang, tribun tempat duduk, lahan pakiran, bahkan tempat sampah pun disebar agar masyarakat dapat membuang sampah sesuai dengan tempat yang sudah disediakan. 

Lokasinya sangat strategis, dekat dengan destinasi wisata seperti Museum Geologi, dan Taman Lansia. Selain itu juga dekat juga gedung-gedung perkantoran seperti Gedung Telkom, Gedung PLN, dan lainnya. Akses transportasi umum pun sangat mudah dijangkau oleh kalangan masyarakat. 

Disuguhi pula pemandangan yang sangat indah seperti halnya pemandangan Gedung Sate yang megah dan kota yang hijau dan asri. Namun ada kekurangan dalam hal penghijauan masih agak kurang untuk sekitar Monumen Gasibunya. Jadi, masih agak panas jika diselimuti teriknya matahari. 

Banyak wisata kuliner dari berbagai UMKM dan jajanan kaki lima pun ikut turut serta meramaikan suasana di sekitaran Monumen Gasibu, dan harganya pun sangat terjangkau oleh masyarakat yang berkunjung ke Lapangan Gasibu ini. 

Foto: Moh. Hibatul Wafi ALBDZ.

PERCIK 3

Sedang asik ngopi di salah satu warkop wilayah Jagakarsa, engga sengaja salfok dengan tempelan yang ada di dinding warkop. Ternyata tidak asing melihat mapping jalur di wilayah DKI Jakarta, dan itu adalah wilayah sekolah STM / SMK dengan jalur masing-masing. Nama singkatan itu biasanya diidentikkan dengan kumpulan STM / SMK, sedangkan nomornya diidentikkan sebagai jalur bus pada waktu tahun '90-an. 

Yang terdapat pada stiker map PERCIK 3 terdapat wilayah kekuasaan sekolah, di antaranya 616 CUS, 543 DOM, 20 CIGANJUR, 512 PAS, 105 PLUS, 75 LOS. Stiker ini dicetak oleh PERCIK 3. PERCIK 3 sendiri merupakan SMK 3 Perguruan Cikini yang berada di wilayah Jagakarsa. 

SMK 3 Perguruan Cikini merupakan salah satu unit pengembangan sekolah dari Yayasan Perguruan Cikini. SMK 3 Perguruan Cikini berdiri di tahun pelajaran 2012 yang berlokasi satu kampus dengan SMK 3 Perguruan Cikini di Jalan Srengseng Sawah No. 79, Kelurahan Srengseng Sawah, Kecamatan Jagakarsa. 

SMK 3 Perguruan Cikini memiliki Jurusan: - Teknik Kendaraan Ringan Otomotif - Farmasi Klinis dan Komunitas - Teknik Komputer dan Jaringan - Multimedia - Otomatisasi dan Tata Kelola Perkantoran. 

Sumber: ALBOZ.

Opening Sate Taichan Veteran


Malam ini kita keliling kuliner, sekarang kita berada di Veteran, Jakarta Selatan. Dapat undangan dari salah satu kawan Brotherhood bernama Daffa Bolang, kalau ada Opening Sate Taichan di tempat kakaknya dia. Berlokasi di depan Ruko Kantor TSF - Jalan Bintaro Permai II No. 2, Bintaro, Kecamatan Pesanggrahan, Jakarta Selatan, DKI Jakarta 12330. 

Dalam rangka opening, diberlakukan pelayanan gratis (free). Hanya 10 orang saja yang mendapatkan sate taichan gratis tersebut. Cukup ramai malam ini, dari berbagai kalangan dari pertemanan, persahabatan, hingga keluarga, bahkan pembeli umum pun turut hadir dalam rangka opening tersebut. 

Sesampainya di lokasi segera disambut oleh salah satu kawan yang juga merupakan pernah jadi murid dulu. Dan adiknya ternyata masih sempat mengenal saya, yaa karena dulunya juga pernah sempat dididik oleh saya. 

Kemudian dihidangkan seporsi Sate Taichan berikut dengan lontongnya. Alhasil ketika sate taichan tersebut masuk ke dalam mulut, sudah mulai terasa aroma dari bumbu taichannya. Hhhmmmm... cukup gurih dan nikmat di lidah, serta tekstur lontongnya pun sebagai pelengkap turut lembut juga. 

Begitulah hasil penilaian saya pribadi dari kuliner Sate Taichan yang berada di wilayah Veteran. Semoga usahanya selalu lancar dan terus berlanjut sampai saya bisa kesini lagi. 

Foto: Mohammad Hibatul Wafi Al Badruzzaman.

Nasi Bebek Pilar Kedoya

Nasi Bebek pasti Anda kerap kali terdengar di telinga. Kuliner ini termasuk masih banyak peminatnya, dari pedagang kaki lima hingga restoran dapat dijangkau oleh para pembelinya. 

Namun jika di restoran pembeli mungkin akan merogoh harga lebih tinggi dibanding yang dijual di kaki lima atau gerobak dorongan. 

Pernah saya beli melalui online nasi bebek ternama dengan porsi setengah ekor, harganya mencapai Rp50.000,- (lima puluh ribu rupiah). Memang enak sih sesuai dengan harganya. 

Berbeda dengan nasi bebek yang dijual oleh pedagang gerobak kaki lima, harganya pun pasti sudah di bawah standar harga restoran, dan sangat terjangkau pula. 

Tetapi perlu diingat, kalau pecinta kuliner nasi bebek bukan soal harga, melainkan yang dinilai itu adalah rasa gurihnya, tekstur bebeknya, keempukan daging bebek, bahkan sambal yang digunakan seimbang atau tidak. 

Banyak nasi bebek yang dijual di kaki lima juga harus dipertimbangkan dan pintar dalam memilih lapak mana yang harus dikunjungi. Karena ada beberapa penjual nasi bebek yang main asal jual, yang penting dapat cuan. Mereka tidak pernah mempertimbangkan soal cita rasa, bahkan ada yang tidak peduli dengan pembelinya. 

Pernah juga saya mencicipi hidangan nasi bebek di lapak kaki lima, seringkali mendapatkan daging yang keras dan kecil pula, tetapi harganya lumayan agak mahal, setengah harga restoran. 

Nah, disini saya akan membagikan pengalaman dalam kuliner nasi bebek. Keunggulan hidangan disini berbeda dengan tempat lain. Harga kaki lima, tapi kualitas restoran. 

Daging bebek yang cukup empuk, rasa yang gurih tidak pahit, bumbu hitamnya pun juga sangat nikmat di lidah. Untuk porsi dagingnya juga lumayan besar, perkiraan saya daging bebeknya besar dengan potongan delapan. Yang menariknya dengan kualitas tersebut, harga yang sangat fantastis. Pecinta kuliner hanya cukup merogoh kocek nominal Rp23.000,- (dua puluh tiga ribu rupiah) saja. 

Setiap datang kesana pasti antriannya selalu ramai. Bahkan pernah kehabisan, padahal masih jam 10 malam. Lokasinya berada di Jalan Kedoya Raya, patokannya dekat Lapangan Pilar Kedoya. 

Mesti dicoba ini mah bagi pecinta kuliner nasi bebek, dijamin terpuaskan di lidah. Begitulah pengalaman saya dalam kuliner tersebut. Bahkan teman saya di Jatinegara ada yang ingin mencicipinya, usai diceritakan tentang nasi bebek terenak dan termurah yang pernah saya kunjungi. 

Foto: Mohammad Hibatul Wafi Al Badruzzaman.