Sejarah Singkat Taman Gasibu

Suasana siang ini di taman Gazibu sangat mendung, sepertinya akan turun hujan. Mampir disini hanya ingin melepas lelah dari sebuah perjalanan yang cukup panjang. Perjalanan dari Jakarta ke Bandung hanya untuk berburu suatu hal yang mungkin orang lain akan tertawa dan menganggap ini tak penting. 

Entah benar atau tidak dalam pelafalan Gazibu atau Gasibu? Mari kita sebut Gasibu saja, sesuai omongan orang-orang sekitar, dan kita bahas juga tentang taman atau lapangan Gasibu ini. 

Lapangan Gasibu yang sudah ada sejak zaman Hindia Belanda ini bernama Wilhelmina Plein atau lapangan Wilhelmina yang diambil dari nama Ratu Belanda. Namun berselang sekian tahun berjalan nama itu digantikan. Sekitar tahun 1950-an, nama lapangan berganti menjadi lapangan Diponegoro. 

Diberi nama Gasibu, lantaran dulunya lapangan tersebut yang berada di Bandung itu memiliki sejarah sebagai tempat berkumpulnya perkumpulan sepak bola dari Bandung Utara. Nama Gasibu merupakan singkatan dari Gabungan Sepak Bola Indonesia Bandung Utara

Saat ini, Lapangan Gasibu menjadi tempat yang populer bagi masyarakat Bandung untuk berolahraga, rekreasi, dan bersantai (healing), seperti yang saya lakukan saat ini. Bisa juga tempat hunting foto, bahkan tempat ini dijadikan sebagai ajang popularitas konten tiktok yakni penyembunyian harta karun oleh konten kreator dermawan. Lapangan ini juga menjadi pusat aktifitas komunitas, seperti pertemuan, kegiatan sosial, dan konser musik. 

Lapangan Gasibu juga memiliki berbagai fasilitas seperti trek lari sepanjang 400 meter, musholla, toilet, tempat penyimpanan barang, tribun tempat duduk, lahan pakiran, bahkan tempat sampah pun disebar agar masyarakat dapat membuang sampah sesuai dengan tempat yang sudah disediakan. 

Lokasinya sangat strategis, dekat dengan destinasi wisata seperti Museum Geologi, dan Taman Lansia. Selain itu juga dekat juga gedung-gedung perkantoran seperti Gedung Telkom, Gedung PLN, dan lainnya. Akses transportasi umum pun sangat mudah dijangkau oleh kalangan masyarakat. 

Disuguhi pula pemandangan yang sangat indah seperti halnya pemandangan Gedung Sate yang megah dan kota yang hijau dan asri. Namun ada kekurangan dalam hal penghijauan masih agak kurang untuk sekitar Monumen Gasibunya. Jadi, masih agak panas jika diselimuti teriknya matahari. 

Banyak wisata kuliner dari berbagai UMKM dan jajanan kaki lima pun ikut turut serta meramaikan suasana di sekitaran Monumen Gasibu, dan harganya pun sangat terjangkau oleh masyarakat yang berkunjung ke Lapangan Gasibu ini. 

Foto: Moh. Hibatul Wafi ALBDZ.

0 comments:

Posting Komentar