Giat Kerja Bakti Warga Rw. 16 Cililitan

Minggu, 8 Desember 2024 - Komunitas

LPJ Triwulan 3 Kopma UIN Jakarta 2024

Jum'at, 6 Desember 2024 - Koperasi

LMS UNJ Error, Menyulitkan Pejuang Sarjana

Rabu, 4 Desember 2024 - Teknologi Kampus

Munas Dekopin Menuju Indonesia Emas

Minggu, 1 Desember 2024 - Koperasi

Beli Isuzu Sekarang Juga! Sebelum Menyesal

Jum'at, 29 November 2024 - Otomotif

Nasi Kotak untuk Peserta Propesa Peradilan Agama

Oleh Ridwan Damunthe*

Kepanitiaan dalam sebuah kegiatan adalah amanah yang wajib dilaksanakan dengan sebaik-baiknya. Menjadi panitia bukanlah ajang mencari keuntungan sebanyak-banyaknya bagi pribadi maupun kelompok. Panitia yang baik adalah yang memberikan pelayanan sebaik mungkin sehingga tujuan sebuah kegiatan tercapai.

Hal ini disadari betul oleh panitia propesa jurusan yang dikomandani Ridwan Damunthe, mahasiswa semester 5. Propesa jurusan Peradilan Agama tahun 2009 harus lebih baik dari tahun-tahun sebelumnya. Walaupun propesa tahun ini tidak bisa dihadiri para pengurus BEM dari semester 7 yang sedang melaksanakan KKS, tidak membuat panitia dari semester 5 dan 3 kerepotan. Dengan motto “Bondo Bahu Pilkir Lek Perlu Sak Nyawane Pisan”, membuat panitia kompak melaksanakan kegiatan dengan mencurahkan tenaga, pikiran, dan waktu dengan semangat keikhlasan demi suksesnya kegiatan ini.

Pada tahun ini jurusan diberikan waktu lebih lama dari tahun sebelumnya. Mahasiswa baru pertama kali diperkenalkan dengan jurusannya pada hari pertama propesa. Panitia jurusan mendapat kesempatan menyelenggarakan kegiatan mulai pukul 10.00-17.00 WIB.

*Mahasiswa Fakultas Syari'ah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang menulis di Buletin Hakam Peradilan Agama Edisi November 2009.

Festival Tanpa Nama

Muhasabah Ajang Mempererat Silaturahmi di FSH

Oleh Redaksi Buletin Hakam Peradilan Agama
Edisi November 2009

“Acara muhasabah kemarin bagus banget, selain dapat mempererat tali silaturahmi antara dosen dan mahasiswa kita juga bisa tau segala hal yang tidak kita tau sebelumnya, diantaranya cara belajar di kampus dan banyak lagi”, tutur Enni Perwaningsih, mahasiswi semester 1 ketika kami temui di kelasnya.

“Selain itu kita juga bisa saling tukar pikiran untuk mendapatkan kejelasan dalam permasalahan yang belum kita tau”, sambung Ahmad Wira Atmaja, mahasiswa semester 1 Peradilan Agama.

Dan ketika kami menanyakan, apa tahun depan perlu diadakan muhasabah lagi atau tidak, mereka kompak menjawab sangat perlu, tapi harus lebih baik dari sekarang, pesertanya ditertibkan kembali, dan alat yang digunakan harus lebih lengkap lagi. Selain itu juga waktunya harus diperpanjang kalau bisa diadakannya di tempat yang menarik.

Ternyata acara muhasabah kemarin memberikan kesan tersendiri bagi para mahasiswa/i. Acara yang dimulai pada hari Jum’at, 4 September itu sebenarnya merupakan acara lanjutan dari propesa, karena menurut kabar yang beredar bahwasanya pada acara propesa kemarin waktu yang diberikan untuk perkenalan fakultas amat sangat kurang, jadi perlu diadakan acara lanjutan.

Di samping itu acara muhasabah kemarin juga baru pertama kalinya diadakan di FSH, namun begitu acara berjalan dengan lancar dan baik walaupun belum begitu maksimal. Pada acara ini, hadir lebih dari 500 orang mahasiswa baru FSH, angka ini cukup menunjukkan kesuksesan acara yang diadakan di Masjid Jami’ Student Centre tersebut.

Acara yang diselenggarakan atas kerjasama dosen dan mahasiswa yang diketuai oleh Bapak Syahrul ‘Adzam, berlangsung selama setengah hari semalam dimulai dari hari Jum’at pukul 13.30 WIB sampai dengan hari Sabtu pagi. Dengan berbagai susunan acara yang sudah disiapkan, diantaranya acara pembukaan muhasabah yang resmi dibuka oleh Dekan Fakultas Syari’ah dan Hukum, Prof. Dr. H. M. Amin Suma, SH. MH. MM. dilanjutkan dengan penyampaian materi membahas tentang cara belajar efektif di perguruan tinggi, perkenalan DPMA, buka puasa bersama, tarawih berjama’ah, dan makan sahur bareng. Dalam acara itu tampak hadir alumni Akhwal Asy-Syakhsiyyah Ustadz Yusuf Mansyur sebaga tamu undangan untuk mengisi tausiah. Kedatangan ustadz kondang ini diharapkan bisa memicu semangat belajar dan keoptimisan masa depan para mahasiswa.

Gerhana Bulan Total

Oleh Street Devil*

Bangun sebelum matahari terbit sangat sulit dilakukan, terutama pada akhir pekan. Namun, pada hari Sabtu, 10 Desember 2011, sebuah gerhana bulan total akan terlihat di langit pagi sebelah Barat Amerika Utara. Peristiwa tersebut akan dimulai sekitar pukul 04.45 Waktu Standar Pasifik, ketika bayangan merah bumi yang pertama jatuh di piringan bulan.

Kemudian pada pukul 06.05 am Waktu Pasifik, bulan akan sepenuhnya ditelan cahaya merah. Peristiwa gerhana bulan total ini berlangsung hingga 2014, yang terlihat dari sisi Pasifik Amerika Utara, melintasi Samudera Pasifik ke Asia dan Eropa Timur.

Bagi warga Amerika Serikat bagian Barat, gerhana yang terdalam adalah ketika sebelum fajar lokal. Wajah barat untuk melihat tenggelamnya bulan merah ke cakrawala pada saat matahari terbit di belakang punggung Anda, ini merupakan cara langka untuk memulai hari. Tidak hanya akan menjadi Bulan merah nan indah, akan tetapi juga akan digelembungkan oleh ilusi bulan.

Untuk alasan yang tidak sepenuhnya dipahami oleh para astronom atau psikolog, rendahnya tergantung bulan terlihat wajar balok besar, ketika mereka melalui pohon, bangunan, dan objek latar depan lainnya. Pada kenyataannya, bulan rendah tidak lebih luas daripada bulan lainnya, yang telah dibuktikan oleh kamera, tetapi otak manusia bersikeras sebaliknya.

Bagi pengamat di Amerika Serikat bagian Barat, gerhana akan muncul berukuran super. Ini mungkin tampak membingungkan bahwa bulan berubah menjadi merah ketika memasuki bayangan bumi, tidak seharusnya bayangan gelap. Dalam hal ini, lapisan halus udara berdebu di sekitar planet kita memerah dan meneruskan cahaya matahari, mengisi gelap di belakang Bumi dengan cahaya matahari terbenam berwarna merah.

Rona yang tepat, tergantung pada keadaan tak terduga atmosfer pada saat gerhana. Ketika Jack Horkheimer (1938-2010), dari Planetarium Transit Ruang Miami gemar mengatakan, bahwa "Hanya bayangan yang tahu".

Richard Keen, ilmuwan atmosfer Universitas Colorado mungkin mengetahui akan hal itu juga, bahwasanya selama bertahun-tahun ia telah mempelajari gerhana bulan sebagai sarana pemantauan kondisi di atas atmosfer bumi, dan ia telah menjadi terampil peramalan peristiwa ini. Dan saya berharap gerhana ini menjadi oranye terang, atau bahkan berwarna tembaga, dengan sedikit kemungkinan pirus di tepi, ujarnya.

Dia juga menjelaskan, bahwa Stratosfer Bumi adalah kunci selama gerhana bulan, sebagian besar cahaya bulan menerangi melewati stratosfer, di mana itu memerah oleh hamburan. Jika stratosfer sarat dengan debu dari letusan gunung berapi, gerhana akan gelap, sebuah stratosfer yang jelas dan di sisi lain akan menghasilkan gerhana cerah. Pada saat ini, sebagian besar stratosfer terlihat jelas dengan sedikit masukan dari gunung berapi baru-baru ini.

Hal ini menjelaskan kecerahan gerhana, tapi bagaimana dengan "tanda-tanda pirus"? Menurut Richard, cahaya yang melewati melalui stratosfer atas menembus lapisan ozon, yang menyerap cahaya merah dan benar-benar membuat sinar cahaya menjadi biru. Ini juga dapat dilihat sebagai pinggiran biru lembut di sekitar inti merah bayangan bumi.

Ia juga menyarankan, ketika tepi bayangan bumi adalah menyapu dataran bulan, maka carilah pirus dekat awal gerhana. Suatu merah terang pirus, lembut, sampai berukuran super, gerhana bulan total.

*Seorang penulis pada sebuah artikel di Matainfo.