KOMPOSISI
Tiap tablet salut selaput mengandung :
- Atorvastatin calcium setara dengan atorvastatin 10 mg.
- Atorvastatin calcium setara dengan atorvastatin 20 mg.
FARMAKOLOGI
Farmakodinamik
Atorvastatin calcium adalah obat penurun lipid sintetik, yang merupakan penghambat dari enzim 3-hydroxy-3-methylglutaryl-coenzyme A-(HMG-CoA) reductase. Enzim ini mengkatalisis konversi HMG-CoA ke mevalonate, sebuah langkah awal dan langkah rate-limiting dalam biosintesis kolesterol. Rumus empirik atorvastatin calcium adalah (C₃₃H₃₄FN₂O₅)₂Ca-3H₂O dan berat molekul adalah 1.209,42.
Atorvastatin calcium adalah bubuk kritasl putih - hingga putih yang lebih pucat, praktis tidak larut dalam larutan air dari pH 4 hingga pH dibawahnya. Obat ini memiliki kelarutan sangat rendah dalam air suling, phosphate buffer pH 7,4 dan acetonitrile, kelarutannya rendah dengan ethanol dan sangat larut dalam methanol.
Mekanisme kerja:
Atorvastatin merupakan penghambat HMG-CoA reductase yang selektif dan kompetitif, yaitu enzim yang mengkonversi perubahan 3-hydroxy-3-methyl-glutaryl-coenzyme A menjadi mevalonate, yang merupakan prekursor sterol, termasuk kolesterol.
Pada pasien dengan hiperkolesterolemia familial homozigot, bentuk non-familial dari hiperkolesterolemia dan dislipidemia campuran, atorvastatin menurunkan kolesterol total, kolesterol LDL (LDL-C atau low-density lipoprotein cholesterol), dan apo-B (apolipoprotein-B).
Atorvastatin menurunkan kolesterol dalam plasma dan menurunkan kadar lipoprotein dengan cara menghambat HMG-CoA reductase dan menghambat sintesis kolesterol di hati, serta meningkatkan reseptor LDL-C pada permukaan sel hati, sehingga terjadi peningkatan ambilan dan katabolisme LDL-C. Atorvastatin mengurangi produksi LDL-C dan jumlah partikel LDL-C.
Atorvastatin meningkatkan aktivitas reseptor kolesterol LDL secara nyata dan berkelanjutan, bersamaan dengan perubahan kualitas partikel kolesterol LDL yang bersirkulasi. Atorvastatin efektif dalam mengurangi kadar LDL pada pasien dengan hiperkolesterolemia familial homozigot, populasi yang tidak berespons secara normal terhadap terapi obat penurun lipid.
Atorvastatin dan beberapa metabolitnya secara farmakologi aktif pada manusia. Aksi farmakologik atorvastatin terutama adalah di hati, yang merupakan tempat utama dari pembentukan kolesterol bersihan LDL. Penurunan kolesterol LDL berkorelasi lebih erat dengan dosis obat daripada dengan konsentrasi obat dalam sistemik. Pemberian dosis obat harus diberikan berdasarkan pada respons terapi.
Pada pasien dengan hipertrigliseridemia yang terisolasi, atorvastatin mengurangi kolesterol total, kolesterol LDL, kolesterol VLDL, apo-B, trigliserida, dan kolesterol non-HDL-C, serta meningkatkan kolesterol HDL. Pada pasien dengan disbetalipoproteinemia, atorvastatin mengurangi kadar kolesterol IDL (intermediate density lipoprotein cholesterol).
Farmakokinetik
Absorpsi :
Atorvastatin diabsorpsi dengan cepat setelah pemberian per oral. Konsentrasi maksimum atorvastatin 40 mg dalam plasma rata-rata tercapai dalam 0,64 jam. Walaupun makanan dapat menurunkan angka dan tingkat penyerapan atorvastatin, penurunan LDL-C tidak berbeda antara pemberian atorvastatin dengan atau tanpa makanan. Konsentrasi atorvastatin dalam plasma lebih rendah apabila diberikan pada malam hari, namun penurunan LDL-C tidak tergantung kapan obat diberikan.
Distribusi :
Atorvastatin terikat > 98% pada protein plasma.
Metabolisme :
Atorvastatin secara ekstensif dimetabolisme menjadi turunan orto, parahidroksilat, dan berbagai produk beta-oksidasi lainnya. Penghambatan HMG-CoA reductase in vitro oleh metabolit orto dan parahidroksilat-nya sebanding dengan penghambatan yang terjadi pada atorvastatin. Kurang lebih 70% aktivitas penghambatan HMG-CoA reductase disebabkan oleh metabolit aktif.
Penelitian in vitro menunjukkan pentingnya metabolisme atorvastatin oleh sitokrom P450 3A4, konsisten dengan peningkatan konsentrasi plasma atorvastatin pada manusia setelah pemberian bersama erythromycin, penghambat yang dikenal untuk isozim ini. Pada hewan, metabolit hidroksi-orto ini akan mengalami glukoronidasi lanjut.
Ekskresi :
Atorvastatin dan metabolitnya terutama dieliminasi melalui empedu, menyusul metabolisme hepatik dan ekstrahepatik. Walaupun demikian, obat ini tampaknya tidak melalui sirkulasi enterohepatik.
Populasi Khusus
Pasien usia lanjut :
Pada pasien usia lanjut (65 tahun dan lebih), konsentrasi atorvastatin di dalam plasma lebih tinggi. Tidak ada perbedaan dalam hal efikasi, keamanan, dan target penurunan kadar lipid dengan populasi yang lebih muda.
Anak-anak :
Penelitian farmakologik belum dilakukan pada populasi anak.
Jenis kelamin :
Konsentrasi plasma atorvastatin pada wanita berbeda dengan pria, namun penurunan LDL kolesterol antara pria dan wanita tidak berbeda bermakna.
Gangguan ginjal :
Penyakit ginjal tidak berpengaruh pada konsentrasi maupun efektivitas penurunan lipid atorvastatin. Oleh karena itu, pada pasien dengan kelainan ginjal tidak perlu dilakukan penyesuaian dosis.
Hemodialisis :
Sementara belum dilakukannya penelitian melibatkan pasien dengan penyakit ginjal stadium akhir, hemodialisis diperkirakan tidak meningkatkan bersihan atorvastatin secara bermakna, karena obat ini berikatan secara ekstensif pada protein plasma.
Gangguan fungsi hati :
Konsentrasi plasma atorvastatin meningkat secara nyata pada pasien dengan penyakit hati alkoholik kronik (Childs-Pugh B) dan pada pasien dengan penyakit Childs-Pugh A.
INDIKASI
Atorvastatin diindikasikan sebagai terapi tambahan disamping diet, untuk menurunkan kolesterol total, LDL-C, apolipoprotein-B, dan kadar trigliserida pada pasien dengan hiperkolesterolemia primer, hiperlipidemia kombinasi (campuran), serta hiperkolesterolemia famillial heterozigot dan homozigot, bila diet dan penatalaksanaan non-farmakologik lainnya kurang berhasil.
Pencegahan Komplikasi Kardiovaskuler
Pasien hipertensi dan dislipidemia :
Pada pasien hipertensi (umur 40 tahun atau lebih) dan dislipidemia dengan paling sedikit 3 faktor risiko penyakit seperti :
- Hipertrofi ventrikel kiri;
- Abnormalitas EKG (Elektrokardiografi);
- NIDDM;
- Penyakit arteri perifer;
- Riwayat penyakit serebrovaskuler terutama TIA > 3 bulan sebelumnya;
- Mikroalbuminuria / proteinuria;
- Perokok (perokok aktif dalam tahun terakhir dengan 20 batang rokok atau cerutu tiap minggu);
- Rasio kolesterol total / kolesterol HDL > 6;
- dan riwayat penyakit arteri koroner tingkat pertama relatif sebelum usia 55 tahun (pria) dan 60 tahun (wanita).
- Mengurangi risiko penyakit jantung koroner berat dan infark miokardium non-fatal.
- Mengurangi risiko stroke.
- Mengurangi risiko prosedur revaskularisasi atau angina pektoris.
Pasien anak (10-17 tahun) :
Atorvastatin diindikasikan sebagai terapi tambahan disamping diet untuk mengurangi kadar total-C, LDL-C, dan apo-B pada anak laki-laki dan perempuan postmenarche, umur 10 sampai 17 tahun, dan dengan hiperkolesterolemia famillial heterozigot, jika terapi diet yang dilakukan tidak adekuat dengan tanda :
- Kadar LDL-C tetap > 190 mg/dL atau
- Kadar LDL-C tetap > 160 mg/dL.
Kadar LDL-C tetap > 160 mg/dL disertai dengan :
- Adanya riwayat penyakit kardiovaskuler prematur dalam keluarga, atau
- Pada pasien anak tersebut ditemukan dua atau lebih risiko penyakit kardiovaskuler.
DOSIS DAN CARA PEMBERIAN
Umum
Sebelum melakukan terapi dengan atorvastatin, harus dilakukan usaha untuk mengontrol hiperkolesterolemia dengan diet yang sesuai, latihan fisik, dan penurunan berat badan pada pasien dengan obesitas, serta mengobati masalah medis yang mendasari.
Pasien harus melanjutkan diet penurun kolesterol standar selama terapi dengan atorvastatin. Dosis awal umumnya 10 mg sekali sehari, kisaran dosis 10 hingga 80 mg sekali sehari. Dosis dapat diberikan setiap waktu sepanjang hari, dengan atau tanpa makanan.
Dosis awal dan pemeliharaan harus diindividualisasi menurut kadar LDL-C, tujuan terapi, dan respon pasien. Setelah terapi awal dan saat titrasi atorvastatin, kadar lemak harus dianalisis dalam 2 hingga 4 minggu, dan dosis disesuaikan dengan hasil pemeriksaan.
Hiperkolesterolemia primer dan hiperlipidemia kombinasi (campuran) :
Umumnya pasien terkontrol dengan atorvastatin 10 mg sekali sehari. Respon terapeutik tampak nyata dalam dua minggu, dan respons maksimum biasanya tercapai dalam empat minggu. Respon tersebut bertahan selama terapi jangka panjang.
Hiperkolesterolemia famillial homozigot :
Dalam suatu studi pada pasien dengan hiperkolesterolemia famillial homozigot, umumnya pasien berespon terhadap atorvastatin 80 mg.
Hiperkolesterolemia famillial heterozigot pada pasien anak (usia 10-17 tahun) :
Dosis awal atorvastatin yang direkomendasikan adalah 10 mg/hari dan dosis maksimum yang direkomendasikan adalah 20 mg/hari (dosis lebih besar dari 20 mg belum diteliti pada populasi pasien ini). Dosis harus diindividualisasi menurut tujuan terapi yang direkomendasikan. Penyesuaian harus dibuat dengan interval 4 minggu atau lebih.
Penggunaan pada pasien dengan insufisiensi hati :
Lihat bagian KONTRAINDIKASI dan PERINGATAN & PERHATIAN.
Penggunaan pada pasien dengan insufisiensi ginjal :
Penyakit ginjal tidak berpengaruh pada konsentrasi plasma atau pada penurunan LDL-C dari atorvastatin. Oleh karena itu, tidak diperlukan penyesuaian dosis.
Penggunaan pada anak :
Pengalaman terapi pada populasi anak terbatas pada dosis atorvastatin hingga 80 mg/hari selama satu tahun pada 8 pasien dengan hiperkolesterolemia familliah homozigot. Tidak dilaporkan kelainan klinis dan biokimia pada pasien tersebut.
Penggunaan pada orang usia lanjut :
Tidak ditemukan perbedaan pada keamanan, efikasi, atau pencapaian tujuan terapi lemak antara pasien usia lanjut dengan populasi secara keseluruhan.
Penggunaan dalam kombinasi dengan senyawa obat lain :
Pada kasus dimana diperlukan pemberian bersama atorvastatin dengan cyclosporine, dosis atorvastatin tidak boleh melebihi 10 mg.
KONTRAINDIKASI
Atorvastatin dikontraindikasikan pada :
- Pasien dengan hipersensitivitas terhadap komponen obat ini.
- Pasien dengan penyakit hati aktif atau peningkatan transaminase serum lebih dari tiga kali batas atas normal yang menetap dan tidak dapat dijelaskan.
- Kehamilan, menyusui, atau berpotensi hamil yang tidak menggunakan kontrasepsi yang adekuat. Atorvastatin harus diberikan pada wanita usia subur hanya jika sangat tidak mungkin hamil dan telah diinformasikan potensi bahayanya pada janin.
PERINGATAN DAN PERHATIAN
Efek pada Hati
Seperti obat penurun lemak lainnya dari golongan yang sama, peningkatan sedang > 3 x batas atas normal (ULN) dari transaminase serum telah dilaporkan setelah terapi dengan atorvastatin. Uji fungsi hati harus dilakukan sebelum permulaan terapi, dan pada 12 minggu setelah mulai terapi dan setiap evaluasi dosis, serta secara periodik (setiap setengah tahun) setelahnya.
Pada pasien yang mengalami tanda dan gejala yang menunjukkan injuri hati harus dilakukan uji fungsi hati. Pada pasien yang mengalami peningkatan kadar transaminase harus dipantau hingga kelainan tersebut pulih. Jika peningkatan ALT atau AST lebih besar dari tiga kali batas atas normal menetap, direkomendasikan penurunan dosis atau penghentian atorvastatin. Atorvastatin dapat menyebabkan peningkatan transaminase.
Atorvastatin harus digunakan dengan hati-hati pada pasien yang mengkonsumsi alkohol dalam jumlah yang banyak dan/atau mempunyai riwayat penyakit hati. Penyakit hati aktif atau peningkatan transaminase yang menetap dan tidak dapat dijelaskan merupakan kontraindikasi penggunaan atorvastatin.
Efek pada Otot Rangka
Mialgia telah dilaporkan pada pasien yang diterapi atorvastatin. Miopati, yang didefinisikan sebagai nyeri otot atau kelemahan otot disertai dengan peningkatan kadar creatine phosphokinase (CPK) > 10 kali ULN, harus dipertimbangkan pada pasien dengan mialgia difusa, nyeri atau kelemahan otot, dan/atau peningkatan CPK yang nyata.
Pasien harus disarankan untuk melaporkan dengan segera, baik nyeri, nyeri tekan, atau kelemahan otot, khususnya jika disertai dengan malaise atau demam. Terapi atorvastatin harus dihentikan jika terjadi peningkatan kadar CPK secara nyata atau didiagnosis atau disangka miopati.
Risiko miopati selama terapi dengan obat dalam golongan ini meningkat dengan pemberian bersamaan dengan cyclosporine, derivat fibric acid, erythromycin, atau anti jamur azole. Banyak dari obat ini menghambat metabolisme sitokrom P450 3A4 dan/atau transpor obat.
Atorvastatin dibiotransformasi oleh CYP 3A4. Dokter yang mempertimbangkan untuk mengkombinasi terapi dengan atorvastatin dan derivat fibric acid, erythromycin, obat imunosupresif, anti jamur azole, atau dosis penurun lemak dari niacin, harus dengan hati-hati memperhitungkan potensi manfaat dan risiko serta secara hati-hati memantau pasien untuk tanda dan gejala nyeri, nyeri tekan, atau kelemahan otot, khususnya selama bulan-bulan awal terapi dan selama setiap periode titrasi peningkatan dosis masing-masing obat.
Oleh karena itu, dosis awal dan pemeliharaan atorvastatin yang lebih rendah harus dipertimbangkan jika diminum secara bersamaan dengan obat yang disebutkan. Penghentian sementara atorvastatin mungkin tepat dilakukan selama terapi dengan fusidic acid.
Penentuan creatine phosphokinase (CPK) periodik dapat dipertimbangkan pada situasi seperti itu, tetapi tidak ada jaminan bahwa pemantauan seperti itu akan mencegah kejadian miopati berat. Atorvastatin dapat menyebabkan peningkatan creatine phosphokinase.
Seperti obat lainnya dalam golongan ini, telah dilaporkan kasus yang jarang dari rabdomiolisis dengan gagal ginjal akut, sekunder terhadap mioglobinuria. Suatu riwayat kelainan ginjal dapat menjadi suatu faktor risiko terjadinya rabdomiolisis. Pada pasien seperti ini layak dilakukan pemantauan lebih ketat untuk efek pada otot rangka.
Terapi atorvastatin harus ditunda atau dihentikan pada pasien dengan kondisi akut dan serius yang menunjukkan suatu miopati atau mempunyai faktor risiko terjadinya gagal ginjal sekunder terhadap rabdomiolisis, (misalnya infeksi akut berat, hipotensi, pembedahan mayor, trauma, gangguan metabolik, endoktrin, dan elektrolit berat, serta kejang yang tidak terkontrol).
Stroke Hemoragik
Pasien dengan stroke hemoragik mempunyai peningkatan risiko untuk terjadinya stroke hemoragik berulang.
Kehamilan dan Menyusui
Atorvastatin diindikasikan pada kehamilan. Wanita yang berpotensi hamil harus menggunakan kontrasepsi yang adekuat. Atorvastatin harus diberikan pada wanita usia subur hanya jika sangat tidak mungkin hamil dan telah diinformasikan potensi bahayanya terhadap janin. Jika pasien menjadi hamil selagi minum obat ini, terapi harus dihentikan dan pada pasien dilakukan pemeriksaan potensi bahayanya terhadap janin.
Aterosklerosis merupakan suatu proses kronik dan penghentian obat penurun lemak selama kehamilan mempunyai sedikit dampak pada hasil terapi jangka panjang hiperkolesterolemia primer. Kolesterol dan produk lain dari sintesis kolesterol merupakan merupakan komponen yang esensial untuk perkembangan janin (termasuk sintesis steroid dan membrane sel).
Karena penghambat HMG-CoA reductase menurunkan sintesis kolesterol dan kemungkinan sintesis substansi yang aktif secara biologi lainnya yang diturunkan dari kolesterol, maka dapat menyebabkan bahaya pada janin jika diberikan kepada wanita hamil. Oleh karena itu, penghambat HMG-CoA reductase dikontraindikasikan selama kehamilan dan pada ibu menyusui.
Atorvastatin dikontraindikasikan selama menyusui. Tidak diketahui apakah obat ini diekskresi ke dalam air susu ibu. Karena potensi efek samping pada bayi yang menyusui, maka wanita yang minum atorvastatin tidak boleh menyusui.
Efek pada Kemampuan untuk Mengendarai dan Menggunakan Mesin
Tidak diketahui.
INTERAKSI OBAT
Risiko miopati selama terapi dengan penghambat HMG-CoA reductase meningkat dengan pemberian bersamaan dengan cyclosporine, derivat fibric acid, niacin, atau penghambat sitokrom P450 3A4 (misalnya erythromycin dan anti jamur azole).
Penghambat sitokrom P450 3A4 :
Atorvastatin dimetabolisme dengan sitokrom P450 3A4. Pemberian bersamaan atorvastatin dengan penghambat sitokrom P450 3A4 dapat menyebabkan peningkatan konsentrasi plasma atorvastatin. Besarnya interaksi dan potensiasi efek tergantung para variabilitas efek terhadap sitokrom P450 3A4.
Penghambat transporter :
Atorvastatin dan metabolit atorvastatin merupakan substrat dari transporter OATP1B1. Penghambat OATP1B1 (misalnya cyclosporine) dapat meningkatkan bioavailabilitas atorvastatin. Pemberian bersamaan dengan atorvastatin 10 mg dan cyclosporine 5,2 mg/kg/hari mengakibatkan peningkatan paparan terhadap atorvastatin.
Erythromycin/Clarithromycin :
Pemberian bersamaan atorvastatin dan erythromycin (500 mg empat kali sehari), atau clarithromycin (500 mg dua kali sehari) yang dikenal sebagai penghambat sitokrom P450 3A4, dikaitkan dengan konsentrasi plasma atorvastatin yang lebih tinggi.
Penghambat protease :
Pemberian bersamaan atorvastatin dan penghambat protease, yang dikenal sebagai penghambat sitokrom P450 3A4, dikaitkan dengan konsentrasi plasma atorvastatin yang lebih tinggi.
Diltiazem hydrocloride :
Pemberian bersamaan atorvastatin (40 mg) dengan diltiazem (240 mg) dikaitkan dengan konsentrasi plasma atorvastatin yang lebih tinggi.
Cimetidine :
Telah dilakukan suatu studi interaksi atorvastatin dengan cimetidine, dan tidak tampak interaksi yang bermakna secara klinis.
Itraconazole :
Pemberian bersamaan atorvastatin (20 hingga 40 mg) dan itraconazole (200 mg) dikaitkan dengan peningkatan AUC atorvastatin.
Jus jeruk Bali :
Mengandung satu atau lebih komponen yang dapat menghambat CYP 3A4 dan dapat meningkatkan konsentrasi plasma atorvastatin, khususnya dengan konsumsi jus jeruk Bali yang berlebihan (> 1,2 liter per hari).
Penginduksi sitokrom P450 3A4 :
Pemberian bersamaan atorvastatin dengan penginduksi sitokrom P450 3A4 (misalnya efavirenz dan rifampin) dapat menyebabkan penurunan konsentrasi plasma atorvastatin yang bervariasi. Disebabkan karena mekanisme interaksi ganda dari rifampin (induksi sitokrom P450 3A4 dan penghambatan ambilan hepatosit transporter OATP1B1).
Direkomendasikan pemberian simultan atorvastatin dengan rifampin, karena penundaan pemberian atorvastatin dengan setelah pemberian rifampin telah dikaitkan dengan penurunan konsentrasi plasma atorvastatin yang bermakna.
Antacid :
Pemberian bersamaan atorvastatin dengan suspensi antacid oral yang mengandung magnesium dan aluminum hydroxide, menurunkan konsentrasi plasma atorvastatin, namun penurunan LDL-C tidak berubah.
Antipyrine :
Karena atorvastatin tidak mempengaruhi farmakokinetik antipyrine, maka tidak diharapkan adanya interaksi dengan obat lain yang dimetabolisme melalui isozim sitokrom yang sama.
Colestipol :
Konsentrasi plasma atorvastatin lebih rendah jika colestipol diberikan dengan atorvastatin. Namun, efek lemak lebih besar jika atorvastatin dan colestipol diberikan bersama dibanding jika obat tersebut diberikan sendiri.
Digoxin :
Jika dosis multiple digoxin dan atorvastatin 10 mg diberikan bersama, konsentrasi digoxin plasma dalam kondisi mantap tidak terpengaruh. Namun, konsentrasi digoxin meningkat setelah pemberian digoxin dengan atorvastatin 80 mg setiap hari. Pasien yang minum digoxin harus dipantau dengan tepat.
Azithromycin :
Pemberian bersamaan atorvastatin (10 mg sekali sehari) dan azithromycin (500 mg sekali sehari) tidak mengubah konsentrasi plasma atorvastatin.
Kontrasepsi oral :
Pemberian bersamaan dengan kontrasepsi oral yang mengandung norethindrone dan ethinyl estradiol meningkatkan nilai AUC untuk norethindrone dan ethinyl estradiol. Peningkatan ini harus dipertimbangkan jika memilih kontrasepsi oral untuk seorang wanita yang minum atorvastatin.
Warfarin :
Telah dilakukan suatu studi interaksi atorvastatin dengan warfarin, dan tidak tampak interaksi yang bermakna secara klinis.
Amlodipine :
Dalam suatu studi interaksi obat-obat pada subyek sehat, pemberian bersamaan atorvastatin 80 mg dan amlodipine 10 mg mengakibatkan peningkatan paparan terhadap atorvastatin yang tidak berarti secara klinis.
Fusidic acid :
Meskipun studi interaksi dengan atorvastatin dan fusidic acid belum dilakukan, beberapa masalah otot seperti rabdomiolisis telah dilaporkan dalam pengalaman pasca-pemasaran dengan kombinasi ini. Pasien harus dipantau secara ketat dan penghentian sementara pengobatan atorvastatin mungkin tepat untuk dilakukan.
Terapi penyerta lain :
Atorvastatin digunakan secara bersamaan dengan obat antihipertensi dan terapi sulih estrogen tanpa bukti interaksi yang merugikan dan bermakna secara klinis. Studi interaksi dengan obat spesifik belum dilakukan.
EFEK SAMPING
Atorvastatin secara umum ditoleransi dengan baik. Efek samping biasanya ringan dan sementara. Efek samping yang paling sering dikaitkan dengan terapi atorvastatin :
- Gangguan psikiatri : insomnia.
- Gangguan sistem saraf : sakit kepala.
- Gangguan gastrointestinal : mual, diare, nyeri abdomen, dispepsia, konstipasi, flatulence.
- Gangguan muskuloskeletal dan jaringan ikat : mialgia dan artralgia.
- Gangguan umum dan kondisi lokasi pemberian : astenia.
Efek samping tambahan berikut ini telah dilaporkan dalam terapi atorvastatin :
- Gangguan metabolisme dan nutrisi : hipoglikemia, hiperglikemia, dan anoreksia.
- Gangguan sistem saraf : neuropati perifer dan parestesia.
- Gangguan telinga dan labirin : tinitus.
- Gangguan gastrointestinal : pankreatitis dan muntah.
- Gangguan hepatobilier : hepatitis dan cholestatic jaundice.
- Gangguan kulit dan jaringan subkutan : alopesia, pruritus, ruam, dan urtikaria.
- Gangguan muskuloskeletal dan jaringan ikat : miopati, miositis, dan kram otot.
- Gangguan sistem reproduksi dan payudara : impotensi.
- Gangguan umum dan kondisi lokasi pemberian : edema angioneurotik dan malaise.
- Kardiovaskuler : angina.
Tidak semua efek yang terdaftar di atas telah dikaitkan secara kausal dengan terapi atorvastatin.
Pasien anak (usia 10-17 tahun) yang diterapi dengan atorvastatin mempunyai profil pengalaman yang tidak diharapkan, secara umum sama dengan pasien yang diterapi dengan plasebo. Pengalaman yang tidak diharapkan yang ditemukan pada dua kelompok, terlepas dari penilaian kausalitas, adalah infeksi.
Dalam pengalaman pasca-pemasaran, efek samping yang tidak diharapkan tambahan berikut ini telah dilaporkan :
- Gangguan darah dan sistem limfe : trombositopenia.
- Gangguan sistem imun : reaksi alergi (termasuk anafilaksis).
- Injuri, keracunan, dan komplikasi prosedur : ruptur tendon.
- Gangguan metabolisme dan nutrisi : penambahan berat badan.
- Gangguan sistem saraf : hipoestesia, amnesia, pusing, dysgeusia.
- Gangguan telinga dan labirin : tinitus.
- Gangguan kulit dan jaringan subkutan : sindrom Stevens-Johnson, nekrolisis epidermal toksik, eritema multiforme, dan ruam bulosa.
- Gangguan muskuloskeletal dan jaringan ikat : rabdomiolisis, artralgia, dan nyeri punggung.
- Gangguan umum dan kondisi lokasi pemberian : nyeri dada, edema perifer, malaise, dan kelelahan.
OVERDOSIS
Tidak ada terapi spesifik untuk overdosis atorvastatin. Jika terjadi overdosis, pasien harus diterapi dengan simtomatik, dan tindakan suportif dilakukan sesuai yang diperlukan. Disebabkan karena ikatan obat yang ekstensif pada protein plasma, maka hemodialisis tidak dapat meningkatkan bersihan atorvastatin secara bermakna.
PENYIMPANAN
Simpan di bawah 25⁰C, lindungi dari panas dan kelembaban.
KEMASAN
Atorvastatin 10 mg
Dus : 3 blister x 10 tablet salut selaput (Reg. No. GKL1408517817A1).
Atorvastatin 20 mg
Dus : 3 blister x 10 tablet salut selaput (Reg. No. GKL1408517817B1).
HARUS DENGAN RESEP DOKTER
Atorvastatin Calcium diproduksi oleh PT. Kalbe Farma, Tbk., Bekasi - Indonesia untuk Hexparm Jaya (HJ) - A Kalbe Company, Bekasi - Indonesia.