Giat Kerja Bakti Warga Rw. 16 Cililitan

Minggu, 8 Desember 2024 - Komunitas

LPJ Triwulan 3 Kopma UIN Jakarta 2024

Jum'at, 6 Desember 2024 - Koperasi

LMS UNJ Error, Menyulitkan Pejuang Sarjana

Rabu, 4 Desember 2024 - Teknologi Kampus

Munas Dekopin Menuju Indonesia Emas

Minggu, 1 Desember 2024 - Koperasi

Beli Isuzu Sekarang Juga! Sebelum Menyesal

Jum'at, 29 November 2024 - Otomotif

Habib Ali Kwitang : NU, Banser dan Betawi

Ribuan manusia memadati are Kwitang pada Rabu-Kamis, 13-14 Desember 2017 untuk menghadiri Majelis Rauhah, Ziarah Kubro, dan Maulid Nabi Muhammad SAW di Majelis Taklim Habib Ali Al Habsyi Kwitang, Jakarta Pusat. Kegiatan yang digelar setiap tahun di akhir Kamis bulan Rabiul Awal itu memang selalu dihadiri oleh para ulama, habaib, pejabat, dan para jama'ah dari berbagai daerah.

Ada yang menarik dalam Majelis Rauhah, Ziarah Kubro, dan Maulid Nabi Muhammad SAW di Kwitang tahun ini yaitu dengan dilibatkannya Barisan Ansor Serba Guna (BANSER) dan FPI sebagai panitia bersama. Tentu saja keterlibatan GP Ansor/Banser dan FPI dalam acara tersebut menimbulkan berbagai tanggapan, ada yang bergembira, terharu, simpati, bahkan ada juga yang "nyinyir dan plintir".

GP Ansor selama bulan Rabiul Awal memang kerapkali mengadakan atau dilibatkan dalam Maulid Nabi di berbagai tempat. Di antaranya adalah GP Ansor Jakarta Timur mengadakan Maulid Nabi Muhammad SAW pada Kamis 23 November di Pondok Pesantren Al Hamid Cipayung dengan mengundang Habib Syekh bin Abdul Qodir Assegaf Solo, Habib Muhammad bin Abdurrahman Assegaf, Habib Ali bin Abdurrahman Assegaf, dan Habib Jindan bin Novel bin Salim Jindan.

Sehari setelahnya, Jum'at, 24 November GP Ansor Jakarta Pusat dilibatkan dalam acara Maulid Nabi Muhammad SAW dan Kemayoran Bersholawat yang dihadiri oleh Habib Syekh bin Abdul Qodir Assegaf dan para habaib lainnya, kemudian Banser DKI Jakarta dilibatkan dalam acara Maulid Nabi Muhammad SAW dan Tausyiah Kebangsaan di Silang Monas yang dihadiri oleh Habib Luthfi Yahya dan para habaib lainnya.

Partisipasi Banser dalam 3 (tiga) Maulid Nabi sekala besar di atas yang dihadiri para ulama dan habaib itu nampaknya menjadi perhatian Habib Ali bin Abdurrahman Al Habsyi dan kemudian mengajak agar GP Ansor dan Banser juga bisa terlibat dalam Maulid Nabi Muhammad SAW di Kwitang. Tentu saja bagi GP Ansor itu merupakan kehormatan yang sangat luar biasa dan dengan senang hati menyambutnya.

GP Ansor dan Keluarga Besar NU sangat memahami bahwa Habib Ali Al Habsyi Kwitang semasa hidupnya memiliki ikatan emosional dengan NU dan sangat berperan dalam mengembangkan NU dan Islam Ahli Sunnah Wal Jama'ah di tanah Betawi.

Habib Ali bin Abdurrahman Al Habsyi dilahirkan di Kwitang pada 20 Jumadil Akhir 1286 H/ 20 April 1869 M. Ayahnya, Habib Abdurrahman bin Abdullah bin Muhammad al-Habsyi adalah kelahiran Petak Sembilan Semarang, seorang bangsawan yang kaya dan ulama terkenal saat itu. Ayahnya kemudian pindah ke Jakarta dan menikah dengan Nyai Salmah binti Haji Ali, seorang putri Betawi asli yang berasal dari Mester Pulo (Jatinegara sekarang).

Habib Ali Al Habsyi dan KH. Ahmad Marzuqi (Guru Marzuqi) adalah salah satu tokoh penting dibalik berdirinya Nahdhatul Ulama (NU) di tanah Betawi. Ketika belajar di Makkah, Guru Marzuqi berteman dengan KH. Hasyim Asy'ari. Guru Marzuqi langsung tertarik ketika mendengar bahwa temannya, KH. Hasyim Asy'ari mendirikan NU di Jawa Timur. Namun, sebelum memutuskan untuk mendirikan NU di Jakarta, Guru Marzuqi pergi ke Jombang, Jawa Timur untuk mengetahui visi misi dan ajaran NU. Begitu mengetahui bahwa NU memiliki kepahaman yang sama dengan masyarakat Betawi di bidang aqidah Islam Ahli Sunnah Wal Jama'ah dan setelah bermusyawarah serta meminta restu Habib Ali Al Habsyi, maka Guru Marzuqi mendeklarasikan NU pada tahun 1928 di Jakarta dan ia sebagai Rais Syuriah hingga wafat pada tahun 1934.

Habib Ali Al Habsyi lalu memerintahkan segenap murid=muridnya untuk membantu perjuangan NU dan terjun langsung dalam organisasi tersebut. Murid-murid Habib Ali banyak sekali, bahkan boleh disebut hampir sebagian besar ulama NU dan Betawi berguru kepada Habib Ali, di antaranya Muallim Thabrani Paseban, KH. Abdul Hadi Pisangan, KH. Zayadi Muhajir Klender, KH. Thohir Rahili Bukit Duri, KH. Abdurrazak Makmun, KH. Ismail Pedurenan, KH. Muhammad Naim Cipete, KH. Abdul Rasyid Ramli, KH. Rahmatullah Shidiq, KH. Syafi'i Hadzami, Dr. KH. Nahrawi Abdul Salam, dan lain-lain.

Hubungan antara Habib Ali dengan murid-muridnya cukup menarik dan romantis. Pada saat Pemilu 1955, Habib Ali kendati tidak memperlihatkan berpihak pada salah satu partai dan tidak pernah mengemukakan pilihannya pada orang lain, tetapi ia lebih dekat dengan Nahdhatul Ulama (NU). Ketika NU mengadakan Muktamar di Gedung Olahraga Lapangan Ikada (Monas) Jakarta, Habib Ali diminta membaca do'a. Ia juga banyak memiliki murid-murid orang NU, termasuk Ketua Umumnya saat itu, KH. Idham Khalid yang kerapkali datang ke masjidnya. Sedangkan KH. Abdullah Safi'i yang saat itu masih muda dan gagah menjadi tokoh Partai Masyumi. Pada Pemilu 1955 di Jakarta, NU dan Masyumi saling bersaing merebut massa pemilih. Kendati berbeda partai, tidak mempengaruhi hubungan antar guru, murid, dan sesama murid. Ada beberapa ulama Betawi kendati bermadzhab Syafi'i dan berfaham Ahli Sunnah Wal Jama'ah, tetapi menjadi aktivis Masyumi, seperti KH. Nur Ali, dan lain-lain.

Hubungan Habib Ali Al Habsyi dengan para pendiri NU terjalin dengan baik. KH. Hasyim Asy'ari dan KH. Wahab Hasbullah jika berada di Jakarta, maka hampir dipastikan bersilaturrahim ke rumah Habib Ali Al Habsyi atau mengikuti pengajian Minggu pagi di Majelis Taklim Habib Ali Al Habsyi. Silaturrahim juga dilanjutkan oleh anak dan cucu KH. Hasyim Asy'ari, seperti KH. Wahid Hasyim yang sering berkunjung ke Kwitang dengan mengajak anaknya, KH. Abdurrahman Wahid atau Gus Dur yang masih kecil saat itu. Bahkan Gus Dur saat kecil sempat "ngalap berkah" dengan membaca dan menghatamkan beberapa kitab kecil di hadapan Habib Ali dan disaksikan oleh ayahnya Gus Dur, KH. Wahid Hasyim. Maka tak heran ketika Gus Dur menjadi Presiden RI masih sering berziarah ke makam Habib Ali Al Habsyi dan menghadiri pengajian di Majelis Taklim Kwitang.

Habib Ali Al Habsyi juga sangat dekat dengan H. Abdul Manaf bin H. Muhammad Jabbar, tokoh NU dan pengusaha Betawi yang tinggal di Batu Tulis Jakarta Pusat. H. Abdul Manaf di samping sahabat dan murid Habib Ali juga kakek dari Dr. Ing. H. Fauzi Bowo, Mantan Gubernur DKI Jakarta dan nMantan Ketua PWNU DKI Jakarta.

Pada Ahad 20 Rajab 1388 H atau 13 Oktober 1968 M sekitar pukul 20.45 WIB, Habib Ali Al Habsyi wafat dalam usia 102 hijriah atau 99 tahun masehi dan dimakamkan di samping Masjid Ar Riyad, Jalan Kembang VI, Kwitang, Jakarta Pusat.

Alfaatihah.... Kirimkanlah do'a untuk beliau.

Ditulis oleh Ahmad Fadli HS. (Ketua GP Anshor Jakarta Pusat)
Jum'at, 15 Desember 2017

Chapter 7 - It Was a Memorable Event

What's on this chapter?
  • Recount text
  • Past simple tense
  • Past continous tense
  • Past perfect tense
  • Adverbs of time, place and manner
  • Pronouns
Recount text
A recount text is a text which retells events or experiences in the past.

The purpose of recount text is to tell the readers what happened in the past through a sequence of events.

Kinds of recount texts
  • Personal recount
  • Factual recount
  • Imaginative recount
  • Historical recount
The Structure of Recount
  • Orientation: introducing the participants, place and time.
  • Events: describing series of events that happened in the past.
  • Reorientation: it is optional. Starting personal comment of the writer to the story.
Language Elements of Recounts
  • Introducing personal participant - I, my group, my family, my school, etc.
  • Using chronological connection - Then, first, next, after that, first of all, etc.
  • Using linking verbs - Was, were, saw, heard, etc.
  • Using action verb - Look, go, change, run, arrive, take, laugh, sing, etc.
  • Using simple past tense, would + verb 1, past perfect tense, past continous tense.
Simple Past Tense
  • Basic simple tense - I/you/he/she/it/we/they helped.
  • Question form - Did I/you/he/she/it/we/they help?
  • Negative form - I/you/he/she/it/we/they did not (didn't) help.
Past Continous Tense
We use the past continuous for:
  • Something which continued before and after another action: E.g. The children were doing there homework when I got home.
  • The use of the past continuous is very common at the beginning of a story: E.g. The other day I was waiting for a bus when..... Last week as I was driving to work.....
  • Something that happened before and after a particular time: E.g. It was eight o'clock. I was writing a letter.
  • Something that was happening again and again: E.g. I was practising every day, three times a day. - They were meeting secretly after school. - They were always quarrelling.
  • With verbs which show change or growth: E.g. The children were growing up quickly. - Her hair was going grey. - The town was changing quickly.
Past Perfect Tense
It is often used when we are relating two events which happened in the past.

After he had locked all the doors he went to sleep

The first action : he had locked all the doors
The second action : he went to sleep

he had locked all the dorrs before he went to sleep

The first action : he had locked all the doors
The second action : he went to sleep

Adverbs of Time
We use adverbs of time to say:
  • When something happened: Ex. I saw Mary yesterday. - She was born in 1978. - There was a storm during the night. - I will see you later.
  • For how long: Ex. We waited all day. - They have lived here since 2004. - We will be on holiday from July 1st until August 3rd.
  • How often (frequency): Ex. They usually watched television in the evening. - We sometimes went to work by car.

Menunggu Kedatangan Alm. AM. Fatwa

Innalillaahi wa inna ilaihi rooji'uun...

Telah meninggal dunia ke rahmatullah Bapak AM. Fatwa, hari Kamis, 14 Desember 2017, pukul 06.25 WIB di RS. MMC. Rumah duka berada di Komplek Bappenas, Jl. Condet No. 11, Pejaten, Jakarta Selatan.

Menunggu Jenazah di Gedung Nusantara MPR - Foto Syulfah Syam

Foto Syulfah Syam

Foto Herda Ardhi Putri

Foto Herda Ardhi Putri

Programmed Fuel Injection

Programmed Fuel Injection atau biasa yang kita kenal dengan sebutan PGM-FI dalam motor Honda merupakan sistem suplai bahan bakar dengan menggunakan teknologi kontrol secara elektronik yang mampu mengatur suplai bahan bakar dan udara secara optimum yang dibutuhkan oleh mesin pada setiap keadaan.

Pada sistem PGM-FI salah satu komponen yang memiliki peranan penting dalam menjaga performa dan suplai bahan bakar di mesin adalah Injector.

Injector Honda PGM-FI adalah "Injector World Top Class Flow Control", yang memiliki keunggulan sebagai berikut:
  1. Ukuran partikel bahan bakar yang disemprotkan paling kecil di dunia.
  2. Memiliki kemampuan untuk mengontrol jumlah bahan bakar dengan presisi dalam skala minimum.
Sistem pengaturan dengan tingkat presisi yang paling tinggi di dunia, menghasilkan pengaturan jumlah aliran bahan bakar yang sangat tepat, sehingga lebih irit bahan bakar dan ramah lingkungan.