Giat Kerja Bakti Warga Rw. 16 Cililitan

Minggu, 8 Desember 2024 - Komunitas

LPJ Triwulan 3 Kopma UIN Jakarta 2024

Jum'at, 6 Desember 2024 - Koperasi

LMS UNJ Error, Menyulitkan Pejuang Sarjana

Rabu, 4 Desember 2024 - Teknologi Kampus

Munas Dekopin Menuju Indonesia Emas

Minggu, 1 Desember 2024 - Koperasi

Beli Isuzu Sekarang Juga! Sebelum Menyesal

Jum'at, 29 November 2024 - Otomotif

Jangan Latih Anak-Anak Dijemput KBRI

Oleh Prof. Rhenald Kasali (UI)

Mungkin kita semua sepakat, anak-anak yang pintar di sekolah belum tentu pintar dalam kehidupan.

Sayangnya banyak orang tua yang masih berpikir, kalau anaknya juara kelas, pintar di sekolah, pasti akan pintar dalam menjalani hidup.

Untuk itulah sering kita lihat orang tua yang amat protektif, membuat anak merasa sudah belajar walau itu hanya di sekolah. Sedangkan perjalanannya menuju sekolah, pergaulannya, kebiasaannya mengambil keputusan dalam keadaan sulit, selalu disterilisasi orang tua.

Apalagi bila orang tua punya kuasa, banyak koneksi, punya uang, maka semua itu akan disterilisasi lebih luas lagi. Padahal yang membentuk orang tuanya hari ini sukses sudah jelas: orang tua mereka tak seprotektif mereka.

Kalau sudah begitu, apa hasilnya?

Anda lihat sendiri, banyak anak-anak pandai di sekolah tak berdaya saat di-bully kawan-kawannya, kurang bergaul, dan bila dikejar anjing di kampung, ia tidak bisa melompat, larinya tercekat.

Dan di usia dewasa, ia bisa menjadi sosok yang sulit bagi teman-teman, pasangan, dan kolega-koleganya. Ia akan merasa terus pandai, seakan-akan kecerdasannya tetap tak berubah.

Ke Luar Negeri Bagus

Pepatah mengatakan, dunia ini ibarat sebuah buku. Mereka yang tak melakukan perjalanan (hanya kuliah saja), hanya membaca satu halaman.

Terilhami oleh Susi Pudjiastuti, saya pun menugaskan mahasiswa ke mancanegara. Tidak main-main. Satu orang satu negara.

Menteri Kelautan dan Perikanan ini, sejak remaja sudah menyewa truk dari kampungnya di Pangandaran, hanya bersama seorang sopir, ia pergi membeli ikan ke Cirebon atau Indramayu, lalu berjualan ke Pasar Ikan di Jakarta.

Bila dulu saya menugaskan tiga orang satu negara, sejak kehadiran Ibu Susi di kelas itu, saya mengubahnya menjadi satu negara-satu orang.

Syaratnya, tidak boleh di antar, dan tak boleh ada yang menjemput. Itu pun harus pergi ke negara yang tak berbahasa Melayu.

Anda tahu siapa musuh program ini?

Para mahasiswa melaporkan, ada dua pihak. Pertama adalah orang tua yang selalu beranggapan anaknya bak princess. Orang tua bahkan merespon dengan negatif, takut anaknya kesasar. Padahal doktrin kelas itu sejak awal sangat jelas, "Berpikir karena kesasar."

Setiap kali orang tua protes, saya selalu bilang, "Memang kalau tersasar, mengapa?"

Dari situ, sebagian tiba-tiba tersentak dan tertegun sendiri karena hampir semua orang tua pasti pernah kesasar, dan toh akhirnya pulang juga dengan selamat. Malah menjadi semakin pandai, lebih percaya diri.

Sebagian lagi, responnya begitulah, memindahkan anaknya ke kelas lain. Mereka mengambil keputusan untuk anaknya yang sudah dewasa dengan menghentikan sebuah proses belajar yang penting untuk membangun hidup mereka.

Orang tua juga mengatur banyak hal. Tiket pesawat, rute tujuan, menginap di mana, siapa yang jemput, makan apa, pakaian dan perlengkapan, sampai SIM Card dan obat-obatan.

Padahal anaknya gaul, sehat, senang berpetualang. Dan kalau diatur, ia malah menjadi merasa tak dipercaya, bahkan malu dengan kawan-kawannya.

Bagi saya, ini semua bisa membuata anak kurang terlatih menghadapi kesulitan. Sebab setiap kali menghadapi persoalan kecil saja, mereka bisa menghindar dan cepat-cepat minta bantuan.

Dan musuh kedua adalah, para dosen sendiri. Ya, para akademisi percaya anak pintar itu tak boleh banyak bermain. Baca, baca, baca, buat tugas. Padahal anak-anak pintar itu terlalu serius, terlalu steril, dan kurang bermain.

Anda tahu apa yang dilakukan orang tua agar anak-anaknya diterima di perguruan tinggi yang bagus?

Mungkin Anda bisa lihat bagaimana treatment orang tua sejak anaknya masih kecil. Jangankan untuk menuju perguruan tinggi, untuk diterima di SMP yang bagus saja, sejak kelas 5 SD anak-anak itu sudah dilatih pulang sore atau malam hari, ikut les ini dan itu. Katanya untuk diterima di SMP A harus ikut bimbingan belajar di B.

Kemendikbud Pastikan Program Sertifikasi dan TPG Tetap Berjalan

Jakarta, Berita Acara - Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Muhadjir Effendy mengatakan, kebijakan positif terkait guru dan tenaga pendidikan akan terus berlanjut, termasuk Tunjangan Profesi Guru (TPG) dan program sertifikasi profesi guru. Hal tersebut ditegaskannya terkait isu yang beredar, bahwa Kemendikbud akan menghapus program sertifikasi guru yang di dalamnya termasuk kegiatan pelatihan guru.

"Untuk kegiatan guru yang sudah berjalan masih dapat terus dijalankan," ujar Mendikbud Muhadjir, Jum'at (29/7/2016), di Jakarta.

Tunjangan profesi guru merupakan amanat Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, serta Peraturan Pemerintah Nomor 74 Tahun 2008 tentang Guru. Mendikbud mengatakan, kedua peraturan tersebut mengamanatkan tunjangan profesi guru diberikan kepada guru yang telah memenuhi persyaratan dan telah tersertifikasi.

"Sudah jelas diamanatkan dalam Undang-Undang dan Peraturan Pemerintah tersebut. Amanat ini harus kita laksanakan," katanya.

Direktur Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan (Dirjen GTK), Sumarna Surapranata mengatakan, untuk tahun 2016, pemerintah telah menyiapkan anggaran untuk tunjangan profesi guru, baik guru PNS maupun bukan PNS.

Tahun ini, kata Dirjen GTK, pemerintah telah menyiapkan anggaran sebesar 71 triliun untuk guru PNS Daerah, dan hampir 8 triliun untuk guru bukan PNS yang memiliki sertifikat pendidik dan memenuhi persyaratan administrasi, antara lain telah mengajar 24 jam. "Pemilik sertifikat pendidik yang memenuhi persyaratan sesuai dengan peraturan perundang-undangan berhak memperoleh tunjangan profesi setara dengan gaji pokok," tutur pria yang akrab disapa Pranata itu.

Sumber: Siaran Pers, tertanggal 02 Agustus 2016 oleh Biro Komunikasi dan Layanan Masyarakat Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.

Berjumpa Sejenak, Berusaudara Selamanya

Assalamu'alaikum Wr. Wb.
Salam Koperatif...!!!

Koperasi Mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta akan mengadakan Halal Bihalal bersama alumni dengan tema "Berjumpa Sejenak Bersaudara Selamanya dalam Silaturrahim Lintas Generasi Kopma UIN Syarif Hidayatullah Jakarta."

Acara ini akan dilaksanakan pada 24 Juli 2016 pukul 09.00 WIB s/d selesai, bertempat di Perumahan Griya Jakarta Blok J2 No. 33 Pamulang, Tangerang Selatan.

Dimohon kehadirannya, khususnya bagi para Alumni untuk mempererat silaturrahim antar generasi koperasi mahasiswa.

Bagi yang berminat untuk menghadiri acara tersebut, silahkan daftar melalui SMS/WA dengan format Nama_Angkatan Kopma. Pendaftaran ditunggu sampai tanggal 22 Juli 2016.

Informasi lebih lanjut dpaat menghubungi:
Yulis (085719372276) dan Shalahuddin Al-Qadr (085695456921)

Dapat Beasiswa, Minimal 2 Juz

Assalamu'alaikum Wr. Wb.

Yth. Bapak/Ibu bagi yang memiliki Pondok Pesantren atau ada anak/saudara yang berminat kuliah di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta tahun akademik 2016/2017 untuk Program Studi Perbandingan Madzhab. Kami menyediakan beasiswa pendidikan untuk 40 orang, beasiswa ini akan ditanggung secara full hingga lulus sebagai sarjana.

Syarat lulus tes:
  1. Baik dan bagus berbahasa Arab.
  2. Tahfidz (dapat menghafal Al-Qur'an) minimal 2 juz.
Batas pendaftaran paling lambat tanggal 5 Agustus 2016.

Pendaftaran dapat diakses di web uinjkt.ac.id atau langsung datang ke Fakultas Syari'ah dan Hukum.

Informasi lebih lanjut dapat menghubungi contact person di bawah ini:
  • Pak Fahmi Ahmadi, M.Si. (082122813493)
  • Pak Adeb Davega Prasna (089605080537)
  • Ibu Siti Hanna (08174866946)