Beramai-ramai Membunuh Kebenaran, Bersama-sama Hidup dalam Aib!!

TENTARA musuh memasuki sebuah desa. Mereka menodai kehormatan seluruh wanita di desa itu, kecuali seorang wanita yang selamat dari penodaan.

Dia melawan, membunuh dan kemudian memenggal kepala tentara yang akan menodainya.

Ketika seluruh tentara sudah pergi meninggalkan desa itu, para wanita malang semuanya keluar dengan busana compang-camping, meraung, menangis dan meratap, kecuali satu orang wanita tadi.

Dia keluar dari rumahnya dengan busana rapat dan bersimbah darah sambil menenteng kepala tentara itu dengan tangan kirinya.

Para wanita bertanya: Bagaimana engkau bisa melakukan hal itu dan selamat dari bencana ini?

Ia menjawab: Bagiku hanya ada satu jalan keluar. Berjuang membela diri atau mati dalam menjaga kehormatan.

Para wanita mengaguminya, namun kemudian rasa was-was merambat dalam benak mereka. Bagaimana nanti jika para suami menyalahkan mereka gara-gara tahu ada contoh wanita pemberani ini.

Mereka kawatir sang suami akan bertanya, Mengapa kalian tidak membela diri seperti wanita itu, bukankah lebih baik mati dari pada ternoda..?

Kekaguman pun berubah menjadi ketakutan yang memuncak. Bawah sadar ketakutan para wanita itu seperti mendapat komando.

Mereka beramai-ramai menyerang wanita pemberani itu dan akhirnya membunuhnya.

Ya, membunuh kebenaran agar mereka dapat bertahan hidup dalam aib, dalam kelemahan, dalam fatamorgana bersama.

Beginilah keadaan kita saat ini, orang-orang yang terlanjur rusak. Mereka mencela, mengucilkan, menyerang dan bahkan membunuh eksistensi orang-orang yang masih konsisten menegakkan kebenaran, agar kehidupan mereka tetap terlihat berjalan baik.

Walau sesungguhnya penuh aib, dosa, kepalsuan, pengkhianatan, ketidakberdayaan, dan menuju pada kehancuran yang nyata.

Sebelum terlambat, pastikan berani berpihak kepada KEBENARAN.***

Oleh: Letjen TNI (Purn.) Kiki Syahnakri
(Tokoh Militer Indonesia).

Tulisan diteruskan dari Suherman, pada Minggu, 9 September 2018 via grup Whatsapp MGMP PAI Jakarta Barat.

Related Posts:

  • EMOSI vs SHALAWAT Itu energi, tak bisa dilupakan, tak bisa dimusnahkan. Kalau usaha dilupakan, ketahuilah emosinya masih ada dalam diri kita, jadi sampah menumpuk di hati, berisiko meledak setiap waktu, tanpa bisa diprediksi, tung… Read More
  • Austin in Garden Ep. 002Day 2Good morning! I always start my day off with the paper --- I like knowing what's hapening in the world.What do we have here? A speech by the major... A golf competition... A new park is being opened...Hey! A cute little … Read More
  • Terlalu Agresif, Bingung, TakutMalam ini muncul seorang pria yang datang ingin bercerita, lalu kupersilahkan ia. Simak ceritanya, siapa tau ada yang pernah mengalaminya. Dalam cerita ini nama asli tidak dipublikasikan karena privasi orangnya. Jika ada… Read More
  • Austin in Garden Ep. 001Day 1.....Oh, it's only a bench in name now... And I almost offered you to sit on it! Let's get some new ones. Oh it's only tutorials. I got it.Okay... What are these screws for? Did I put the benches together wrong? Phew! Th… Read More
  • Menunggu Sesuatu Hal yang TerkurasBanyak orang yang berkunjung ke rumah sakit hanya ingin mendapat kepastian dari seorang dokter. Apakah dilanjutkan atau tidak? Walaupun sudah mendapat kepastian, pastinya semua energi akan terkuras seperti halnya menunggu ses… Read More

0 comments:

Posting Komentar