Kreasi Otomotif dari Solo*

Perpustakaan Hibah - “Anak-anak ini luar biasa. Mereka ternyata bisa kalau diberi kesempatan.” Itulah komentar Sukiyat, unsur pimpinan Kiat Motor.

Sukiyat adalah pendamping anak muda Solo dalam membuat mobil SUV yang diserahterimakan kepada Wali Kota Solo Joko Widodo, yang langsung menjadikannya sebagai kendaraan dinas. Ada dua hal yang ingin kita garis bawahi. Pertama, prestasi yang dicapai anak muda Solo dengan mobil Kiat Esemka-nya. Kedua, komitmen spontan Wali Kota Solo untuk menggunakan mobil kreasi pemuda di daerahnya sebagai kendaraan dinas.

SUV Kiat Esemka tidak secanggih produk negara otomotif maju, seperti Jepang atau Korea, tetapi produk itu harus kita hargai setinggi-tingginya karena melambangkan satu spirit kebangkitan. Tiga atau empat dasawarsa kita terlena di bidang otomotif. Akibatnya, ketika jalanan di kota Indonesia macet karena melubernya produk otomotif (dan karena minimnya infrastruktur jalan raya kita), Indonesia sudah paripurna sebagai pasar otomotif negara lain yang bisanya hanya menyerap model baru.

Memang adanya pabrik perakitan mobil asing memberi lapangan kerja dan kesempatan memasok komponen atau bagian kendaraan. Namun, dibandingkan harga jual produk jadinya, kontribusi nasional hanya presentase kecil.

Yang selama ini terjadi lalu konsumen Indonesia dengan lahap menelan apa saja produk otomotif asing, hingga kemana pun kita menoleh di jalan raya, merek mobil yang kita lihat, ya, tak bisa lain kecuali itu-itu saja.

Pengamat mengatakan, kalau Indonesia berpenduduk beberapa juta orang, tidak ada faedahnya mengembangkan industri otomotif. Namun, ketika jutaan penduduk negara ini punya kesanggupan membeli mobil, lalu kita tidak punya inisiatif apa pun mengembangkan kemampuan otomotif nasional, ini satu kekeliruan besar.

Sekarang ini kita tidak dalam posisi membuat mobil canggih seperi Honda Accord, Toyota Lexus, atau Mercedes-Benz. Namun, kalau mimpi pun tidak ada untuk bisa membuat Kijang Innova, atau Avanza, ini keterlaluan.

Selain anak muda Solo, sejumlah insinyur mesin ITB juga diketahui punya inisiatif mengembangkan kemampuan otomotif. Disadari, tidak semua pihak sepandangan dengan upaya ini. Namun, demi kemandirian, terciptanya kesempatan berkreasi bagi anak bangsa, dan demi kemajuan perekonomian kita masa datang, upaya seperti dilakukan pemuda Solo harus kita bela, kita lindungi, dan kita dukung. Mereka harus kita beri penghargaan.

Bagi kalangan mapan di bidang otomotif, upaya pemuda Solo hanya dilihat sebagai langkah sia-sia. Upaya yang sudah lebih jelas, seperti Proton di Malaysia, pun oleh kalangan proasing sering dipandang sebelah mata. Harus kita buktikan bahwa kita juga-seperti Malaysia-bisa.

Dalam upaya inilah, kita membutuhkan sosok visioner penuh komitmen, seperti Wali Kota Solo atau-dulu-mendiang Presiden Soeharto yang mencanangkan program mobil nasional, lepas dari gagalnya program tersebut.

*Artikel ini pernah dimuat di Opini Kompas pada hari Rabu, 4 Januari 2012.

0 comments:

Posting Komentar