Paket Al-Qur'an Yang Terseret

Rabu, 26 November 2025 - Berita Fakta

Terima Kasih

Minggu, 23 November 2025 - Sticker

Pengajian Bulanan MT. Al-Khairat Kebayoran Lama

Minggu, 23 November 2025 - Dakwah

SULINGJAR 2025

Senin, 6 Oktober 2025 - Pendidikan

Akibat RUU TNI Disahkan

Minggu, 23 Maret 2025 - Pendidikan Politik

Psikologi Guru Tak Layak Jadi Pemimpin

Minggu, 23 Maret 2025 - Hukum Pidana Pendidikan

Free E-Course Arabic Quantum

Sabtu, 4 Januari 2025 - Lembaga Privat

Jum'at Bersih dan Indah

Jum'at, 3 Januari 2025 - Komunitas

Gedung Rektorat UIN Jakarta Terbakar

Senin, 30 Desember 2024 - Kampus

Rental Mobil - Hijas Trans 77 - 081319091084

Innova Reborn Manual/Matic (Solar/Pertalite), Suzuki Ertiga Manual/Matic, Toyota Avanza Manual, Daihatsu Terrios Manual, Toyota Kijang Innova Manual

Sinetron Nazaruddin

Oleh Dede Supriyatna*

Gambar: detiknews.com
Namanya Muhammad Nazaruddin, ia sekarang merupakan mantan bendahara umum partai Demokrat, beberapa hari yang lalu namanya mulai ramai diperbicarakan, dan dalam sekejap sosoknya  melambung tinggi, bahkan keterkenalan bisa disejajarkan para artis papan atas.

Siapa dia, kenapa namanya begitu terkenal? Dari kabar yang beredar bahwa ia adalah seorang yang diduga melakukan penyelewangan anggaran terhadap pembangunan wisma atlet di Palembang, atau bahasa lebih enak ia diduga melakukan korupsi.

Belum tentu benar tidaknya dugaan tersebut ia telah jalan-jalan ke luar Negeri, dan atas kepergiannya media kembali ramai memberitakan tentangnya, dan ini adalah jilid ke dua dari kasus Nazaruddin. Meskipun demikiaan terdapat juga orang-orang yang ikut membela, dengan alasan hak asasinya.

Lambat laun kehadiran yang acapkali membuat para elit politik gerah atas SMS yang ia kirim, perdebatan kembali sengit terutama dalam tubuh partai Demokrat, hal ini juga yang membuat bapak Presiden kita turun tangan untuk menenangkan gejolak yang terjadi di dalam partai Demokrat. Mungkin pak SBY merasa masih punya tanggungjawab selain tanggungjawab atas nama pemimpin Negara.

Dan sekarang setalah terhitung entah berapa lamanya, akhirnya berita muncul dengan persoalan kasus penangkapan Nazaruddin, acara pemulangan Nazaruddin terasa istimewa, sebab tak tanggung-tanggung anggaran yang dikuluarkan mencapai hitungan Milyar... [Baca Selengkapnya]

Proyek Buat Yatim

Oleh Dede Supriyatna*

Apa yang ditunggu saat berpuasa, selain suara adzan maghrib sebagai tanda berbuka. Dengan terdengarnya suara tersebut, maka kita seperti terbebas dari kurungan berupa larang untuk makan dan minum. Kebebasan yang terasa nikmat walau hanya seteguk air putih, dan hal ini hanya dirasakan oleh orang yang berpuasa. Tapi, mungkin apa yang saya ungkapan bisa berbeda dengan yang lain.

Dan untuk berbicara mengenai hidangan di bulan puasa terkadang tersaji hidangan yang tak seperti biasanya, yakni kolak atau sirup, dan bisa juga es buah. Hal ini dilakukan mungkin dikarena adanya anjuran untuk berbuka dengan yang manis-manis. Tak hanya anjuran yang seperti itu saja, sebuah anjuran untuk saling berbagi dengan yang lain membuat maraknya fenomena di bulan puasa, semisal Buka Bersama (Bukber), sahur, amal, dan yang lain-lain.

Maraknya Fenomena di bulan puasa ini, terutama di bidang Bukber, orang-orang pun berlomba untuk melaksanakan Bukber tersebut, tentunya dengan harapan sebuah pahala yang melimpah, sebagaimana yang telah dijanjikan oleh Nya.

Maka agar mendapatkan pahala tersebut, beberapa orang yang mengadakan Bukber dengan anak yatim, orang yang kurang mampu. Mereka para anak yatim dan orang-orang tak mampu dikoordinir untuk menghadiri acara Bukber.

Sebuah acara Bukber dikemas agar acara yang bernama  Bukber  dapat berjalan dengan lancar. Untuk itu, mereka membentuk sebuah kepanitian. Dari beberapa yang menjadi panitia bekerja keras untuk mensukseskan proyek Bukber bersama anak yatim. Pekerjaanpun dilakukan dari membuat proposal, meminta anggaran, dan segala macam.

Setelah propel terselesaikan,  tugas mereka pun berlanjut kepada pembentukan tim, yakni sebuah tim yang bertugas untuk mencarikan sebuah dana. Pencarian dana pun dilakukan ada yang mendatangi secara langsung, lalu mereka cukup dengan sedikit berbicara maksud kedatangannya, dan ada juga melalui proposal agar bersedia menjadi donator, pokoknya bagaimana acara ini sukses.

Dan tim pencari anggaran tentunya berbeda dengan mereka yang melakukan Bukber menggunakan uang pribadi. Dan berbeda juga dengan menggunakan uang pribadi yang berharap sungguh-sungguh mendapatkan pahala. Dan semoga melakukannya dengan sungguh-sungguh..... [Baca Selengkapnya]

Dialog Ayah Dengan Sang Anak

Oleh Angkringanwarta*

Selepas bergelut dengan aktivitas, akhirnya ia melaju sepeda motornya untuk segera bercengkrama dengan anak dan istrinya. Sesampainya di rumah, ia langsung membersihkan badan lalu datangin meja makan yang tersaji ala kadarnya, di sana telah duduk sang istri yang tersenyum saat sang ayah memandangnya, dan di sampingnya duduk sang anak yang sudah tak sabar untuk melahap makanan. Sambil melahap makanan yang tersaji, ayah bertanya pada anaknya yang masih berumur 7 tahun: [Baca Selengkapnya]

Toraja Di Phoenam

Oleh Dede Supriyatna*

Tanah Toraja, sebuah nama yang sudah tak asing terdengar. Lalu apa yang membuat namanya begitu terkenal? Mungkin salah satunya adat-budaya, sehingga membuat para wisatawan berkunjung. Namun, selain itu semua, ada satu hal yang tak kalah terkenal, yakni biji kopi yang berasal dari Toraja.

Biji kopi yang dalam urasan rasa bisa disejajarkan dengan biji kopi yang lainya, semisal biji kopi yang berasal dari Aceh, atau luar Indonesia.  Namun, dalam urusan rasa semuanya kembali pada selera masing-masing, yang jelas dalam masalah rasa kopi Indonesia tak kalah dengan yang Negara yang lainnya.  

Lantas apa yang menjadikan pembeda antar kopi? Untuk pertanyaan tersebut biarlah mengalir begitu saja, dan tak usah direnungkan untuk mencari perbedaan.  Sejujurnya dalam masalah ini, saya pun belum dapat membedakannya. Tapi, yang perlu kita lakukan hanyalah merehatkan sejenak segala macam aktivitas sambil menikmati secangkir kopi, sambil menikmatinya, dan semoga saja mampu memberikan sensasi kala ujung lidah menyentuh cairan hitam tersebut.

Dan untuk menikmatinya, kita tak perlu datang ke Toraja, cukup singgah di warung kopi Phoenam yang terletak tak jauh dari Tugu Tani, tepatnya berada di jalan Wahid Hasyim, Jakarta Pusat.  Untuk masalah harga cukup lumanya murah, secangkir kopi seharga Rp 9000,00, dengan suasana santai yang dapat dijadikan aternatif untuk tempat tongkrongan..... [Baca Selengkapnya]

Jalan Aspal Bulan Lima

Oleh Abdullah Alawi*

Masyarakat kampung Pojok terharu melihat drum-drum yang ada di pinggir jalan itu. Katanya berisi aspal. Sebentar lagi jalan mereka akan hitam seperti di kota. Cita-cita yang ditunggu bertahun-tahun kini hampir terlaksana. Mereka masih ingat dengan merelakan sebagian tanahnya untuk pelebaran jalan. Pohon kelapa, nangka, rambutan yang sedang berbuah diruntuhkan. Menurut pak kades, jalan kampung Pojok akan diaspal pada bulan lima tahun itu juga. 

Tapi bulan lima tahun itu pengaspalan tidak jadi. Masyarakat bertanya-tanya, tapi tak ada jawaban yang pasti. Pak kades jarang ada di kantor desa. Di rumahnya pun isterinya menggeleng kepala. Mereka tak bisa berbuat apa-apa. Tak kuasa menagih janji. Kalau pun ada yang berani, mereka akan mendapat janji yang lain. Yang melenakan. Janji di atas janji. Mereka hanya bisa bersabar. Orang sabar disayang Tuhan. Mungkin bulan lima tahun depan. Mereka akan menunggu sambil membajak sawah, menyiangi kebun, membabat huma. Dan tetap membayar pajak karena pak kadus tak pernah absen menunaikannya meski kakinya sudah reumatik. 

Bulan lima tahun kemudian datang lagi. Ketika masyarakat kampung Pojok menanyakan perihal pengaspalan, pak kades menerangkan dengan berbelit-belit dan panjang lebar, yang tak sepenuhnya dimengerti. Lalu mereka pun pulang dengan menggondol tanda tanya, “ada apa dengan pak kades?” Akhirnya mereka kembali mencangkul sawah, menyabit rumput, menggembala kerbau, menyiangi kebun, membabat huma. Mereka kembali menunggu. Mereka orang-orang sabar. Orang sabar kan disayang Tuhan. Dan tentu saja tetap membayar pajak. Itu wajib! Karena pak kadus tak pernah absen menunaikannya meski kakinya belum sembuh dari reumatik.

Bulan lima datang lagi dengan harap-harap cemas. Lalu pergi tanpa pamit. Tanpa membawa aspal. Tanpa stoom. Mungkin tahun depan. Mungkin tahun depannya lagi. Ketika pemerintahan desa berganti, mereka berharap pada pemerintah desa yang baru. Tapi ketika ditanyakan, mereka hanya mendapatkan jawaban demikian, “Itu urusan pemerintah yang lalu, kami tidak tahu-menahu.” Kades yang baru sama saja. Tak jauh berbeda dengan sebelumnya. Beda orang, tapi sistemnya sama.

Beberapa orang tua ada yang mati. Sebelum mati, orang itu bilang pada anak-anaknya, “Bulan lima jalan kampung kita akan diaspal.” Orang-orang yang mendengar bertanya hampir berbarengan, “Bulan lima tahun kapan?" Tapi orang tua itu tak memberi jawaban karena keburu meregang nyawa. ?” Orang tua itu mati membawa kepenasarannya. Anak-anak pun banyak yang lahir. Generasi yang akan mendapat kabar dari orang tuanya bahwa kampung Pojok akan diaspal bulan lima.

Akhirnya, masyarakat kampung Pojok berkesimpulan, jalan mereka akan diaspal bulan lima. Cuma peremasalahannya, entah bulan lima tahun kapan. Mereka tak bisa menentukannya.
***